Ngunduh Jiwo (4)

"Isteriku jadi korban pesugihan perias pengantin."

@bacahorror_id #pesugihan #ceritaserem #ngunduhjiwo Image
Part-5 udah update di karyakarsa, ya!
karyakarsa.com/Restuwiraatmad…
Part-4
RASUK ING JERONE ROGO,
KEPATI ING DALEMe SUKMO.

Bunda Melati tersenyum manis kepada Ibu Sri. Bagian pipinya mendadak menjadi merah merona hingga kedua matanya yang awalnya terbuka lebar,
kini menjadi tertutup seperti memberikan sebuah kepalsuan dalam menghidangkan makanan yang ingin ia berikan kepada tamunya.
‘’Ja—di? Itu demit manten?’’
‘’Huss … Jangan kencang-kencang ngomongnya. Nanti anak saya tahu. Sekarang, dimana Dini?’’
Di hadapannya sudah berdiri seorang pria asing yang belum pernah ia temui. Entah itu siapa, tapi, ibu sri hanya mengenal dua orang yang sekarang ada di hadapannya.
Dua orang tersebut adalah Bunda Melati dan juga Bagus. Sedangkan, satu pria yang sedari tadi memandangnya dengan pandangan bengis masih berdiri terpaku sembari mengisap rokok kreteknya yang sangat menyerbak itu.
Ibu Sri pun berusaha bangkit. Ia tidak mau menampakkan wajah ketakutannya kepada Bagus ataupun orang asing yang ada di hadapannya. Kali ini, dia benar-benar diajarkan oleh Bunda Melati untuk berlaku dalam senyum palsu untuk menghindari kecurigaan.
Bagus yang awalnya terdiam, kini dia menerobos maju ke depan. Ia kemudian mencoba untuk memapah langkah Ibu Sri yang sudah tertatih-tatih.
‘’Ibu gak papa, kan?’’ Tanya Bagus
‘’Ibu baik-baik aja, nak. Terima kasih, ya.’’
Bagus memperhatikan luka di bagian kepala Ibu Sri. Ia tahu, mungkin semalam tadi, calon mertuanya ini mendapatkan sebuah tragedi hingga membuat kepalanya menjadi terluka sampai-sampai harus ditutupi menggunakan kain perban.
Ibu Sri pun mengantarkan mereka semua menuju ke dalam rumah. Seperti biasa, ketika ada tamu, ibu sri langsung buru-buru untuk menuju ke bagian belakang rumahnya.
Namun entah kenapa, di saat dirinya melewati kamar Dini, ibu sri masih merasakan merinding yang samal. Ia masih teringat dengan jelas akan penampilan dari wajah sosok demit manten tersebut.
Sejenak, ibu sri terdiam sembari menatap kamar Dini. Tentu saja, hal ini membuat Bagus dan yang lainnya bertanya-tanya.
‘’Bu? Ada apa?’’ Tanya Bagus
Ibu Sri memegangi kepalanya. Ia berusaha untuk menolak segala ketakutan dan tekanan yang pernah ia rasakan beberapa hari terakhir ini.
Berbeda dengan Bunda Melati, ia tampak tersenyum dari kejauhan. Kali ini, bunda melati benar-benar tahu dimana lokasi tempat Demit Manten itu berada.
Ia kemudian melangkah mendekati Ibu Sri yang masih berdiri mematung di hadapan kamar Dini. Langkahnya tampak anggun hingga membuat Bagus dan seorang pria asing di sebelahnya merasakan ada yang tidak beres dengan cara berjalan dari seorang Bunda Melati.
Setibanya di dekat Ibu Sri, bunda melati langsung memegang pundak Ibu Sri dan mengatakan sebuah kalimat,
‘’Aku tahu apa yang sedang kau takuti saat ini. Orang jawa bilang, jika kamu takut akan pantangan, maka kamu juga akan merasakan hal itu.’’
Kalimat itu seperti membuat keyakinan Ibu Sri kembali dengan seketika. Bunda Melati sudah tahu apa yang ditakuti oleh Ibu Sri.
Tatapan matanya yang begitu tajam membuat Ibu Sri kembali melanjutkan perjalanannya menuju ke arah belakang rumah untuk menyiapkan hidangan untuk Bunda Melati dan yang lainnya.
5 menit kemudian, ibu sri kembali ke ruangan depan sembari membawa makanan dan minuman yang nantinya akan dihidangkan untuk Bunda Melati dan yang lainnya. Akan tetapi, dilihat dari cara langkah yang dilakukan oleh Ibu Sri, tampaknya ia merasa sedikit tertekan.
Langkahnya seperti sedikit tergesa-gesa hingga membuat minuman yang ia bawa menjadi tumpah di bagian nampan.
Kedua tangannya bergetar seperti menahan rasa takut. Belum lagi dengan kedua matanya yang selalu menunduk ke bagian bawah. Ibu Sri benar-benar merasa ketakutan terhadap sesuatu.
‘’Mo—nggo … Silahkan … ‘’ Ucap Ibu Sri dengan nada yang rendah
Bunda Melati membuka tas yang sudah berada di pangkuannya. Ia kemudian mengambil sebuah kantong kresek berwarna hitam yang berisi bunga melati.
Baunya yang menyerbak membuat orang-orang yang ada di sekitarnya merasa rishi. Bunda Melati tidak peduli. Cemilannya di waktu pagi haruslah menggunakan bunga melati dan kopi hitam.
Bercampur dengan jajanan pasar, serangkaian cemilan yang disiapkan oleh Bunda Melati mengundang perasaan aneh di setiap lubuk hati orang-orang yang melihatnya.
‘’Kopi hitam ini seperti jantungku. Sedangkan bunga melati, ia seperti darah yang mengalir ke tubuhku. Aku harus memakan dan meminum ini tiap pagi hari.’’
Bagus tidak heran jika Ibunya memang menyukai dua makanan yang aneh tersebut. Sudah sejak lama, orang tuanya ini selalu menyajikan hidangan yang berbeda di saat memulai sarapan di pagi hari.
Selagi Bunda Melati menyantap hidangan, ibu sri meminta izin untuk pergi ke bagian belakang untuk menuju ke kamar mandi.
Akan tetapi, sebelum Ibu Sri bangkit dari duduknya, bunda melati tiba-tiba menyumpahi Ibu Sri dengan sumpah serapah yang mengerikan,
Akan tetapi, sebelum Ibu Sri bangkit dari duduknya, bunda melati tiba-tiba menyumpahi Ibu Sri dengan sumpah serapah yang mengerikan,
‘’Jika tidak jiwamu yang terikat, maka sukmamu yang terjebak. Tidak sopan sekali dirimu meninggalkan tamu yang sedang menyantap hidangan.’’
Ibu Sri tidak mengindahkan perkataan tersebut. Ia tetap meninggalkan Bunda Melati dan melangkahkan kakinya menuju belakang rumah.
Dirinya memang tidak ada urusan yang penting dengan Bunda Melati, namun berbeda dengan Bagus, bagus justru meminta kepada Ibunya untuk menarik kembali sumpah serapah yang baru saja ia ucapkan kepada calon mertuanya itu.
‘’Bunda, … Aku minta untuk tarik sumpah serapah itu. Ibu Sri kelak akan menjadi mertuaku.’’ Jelas Bagus
‘’Kamu salah, anakku … ‘’
Bunda Melati kembali menelan kembang melati lalu menyeruput kopi hitam kesukaannya. Sembari menatap kamar Dini, ia sudah tahu letak keberadaan demit manten yang sudah tiba di rumah Ibu Sri itu.
‘’Dia tidak akan lama lagi hidup, nak. Untuk apa dirinya dipertahankan seperti itu.’’
Saat dimana Bunda Melati masih memperhatikan kamar Dini, tiba-tiba, pandangan Bagus menuju ke arah yang sama. Dia merasa ada yang aneh dengan kamar calon isterinya tersebut.
Dan benar saja, tidak berselang lama, pintu kamar dini terbuka dengan sendirinya. Hawa merinding langsung terasa kuat di tubuh Bagus saat itu juga. Lalu, dari dalam kamar tersebut terdengar suara gemrincing gelang dari tangan pengantin yang dibunyikan dengan sengaja.
‘’Bunda … Jangan bilang kalo ini adalah … ‘’
‘’Kita tidak akan memiliki ikatan darah kepada siapapun, nak. Terlebih lagi kepada orang-orang yang berada di bawah kita, nak. Warga desa di sini dan sekitarnya selamanya akan menjadi tumbal.’’
Ketakutan Bagus semakin membesar tatkala suara gemrincing itu sudah dekat dengan keberadaan pintu kamar. Dia yakin, sebentar lagi akan keluar sosok yang ia ketahui sebelumnya.
Sosok yang pernah merasuki dua wanita yang merupakan isteri dari Bagus sebelumnya. Dua wanita tersebut bernama Rahayu dan Kusumawati.
‘’Rahayu … ‘’ Ucap Bagus
Dari kamar Dini, terlihat dengan jelas jari jemari dengan kuku-kukunya yang panjang nan runcing keluar dari bagian daun pintu. Disambut dengan suara gemricik gelang, akhirnya sosok demit pengantin keluar dengan menampakkan wajah yang penuh dengan dendam dan kebengisan.
Senyuman yang menindas keberadaan Bagus membuat dirinya teringat kembali akan korban pertama dari praktek yang dilakukan oleh Ibunya sendiri. Dia adalah Rahayu.
Sosok itu menggerak-gerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri sembari tersenyum ke arah Bagus. Sepertinya, bagus adalah salah seorang yang sangat dikenali oleh sosok demit tersebut.
‘’Kau tambah cantik, rahayu.’’ Ucap Bunda Melati kepada sosok wanita yang mengenakan pakaian pengantin yang sedang berdiri menatap mereka bertiga di depan pintu
‘’Bu … ‘’ Ucap Bagus dengan ekspresi penuh ketakuta
Dia tidak percaya, selama ini, sosok dari Rahayu-lah yang sering menerror dan menjadi alat serta wadah bagi demit manten. Semuanya dikendalikan penuh oleh Bunda Melati.
Sosok demit manten tersebut bergerak ke arah belakang. Sepertinya, ada sesuatu yang ingin dia lakukan atas perintah tuannya yaitu Bunda Melati.
Berbeda dengan Bagus, dia justru bergerak maju dengan tujuan untuk menghalangi kehendak dari demit manten yang ingin mencelakai Ibu Sri.
Namun takdir berkata lain. Bunda Melati melarangnya dengan cara mengancamnya dengan ancaman yang keras,
‘’Sekarang kau boleh memilih, siapa yang ingin kau selamatkan kali ini.’’ Ucap Bunda Melati
‘’Bu! Ini sudah kelewatan batas.’’
‘’Dini atau ibunya?’’
Bagus terdiam. Ia bahkan tidak bisa mengatakan apapun untuk memilih pilihan yang diajukan oleh Ibunya. Kejam memang. Dalam kehidupannya, bagus hanya dituntut untuk memilih.
Sedangkan kedua orang tuanya, dengan seenak jidatnya dia memainkan kehidupan dan kematian seseorang demi ambisi yang diinginkannya pribadi.
Sementara itu …
Pak Sumardi dan Ibu Sumi menuju ke salah satu rumah warga. Dia berkeinginan untuk menanyakan terkait siapa warga yang nantinya akan dinikahkan oleh seorang pria kaya raya dari desa sebelah.
Namun, sudah beberapa rumah warga yang ia kunjungi, tidak ada satu pun warga yang mengetahui terkait hal tersebut.
Dan tiba saatnya ketika mereka berdua menemui seorang wanita tua yang sedang menyapu halaman rumahnya seorang diri.
Wanita tua tersebut tampak cuek tatkala Pak Sumardi dan Ibu Sumi menanyakan terkait keberadaan wanita yang nantinya akan dinikahkan oleh seorang pria kaya raya dari desa tejo kromo.
Leher wanita tua tersebut dilapisi dengan kain. Sangat aneh bagi Ibu Sumi dan Pak Sumardi yang melihat pemandangan tidak biasa di salah seorang warga yang ada di desa wongso ini. Entah mengapa, keanehan di tiap orang-orang memiliki perbedaan yang sangat aneh.
‘’Permisi, mbah. Kami ingin bertanya terkait seorang wanita yang kelak akan menjadi pengantin di desa ini. Apakah simbah mengetahuinya?’’ Tanya Ibu Sumi
‘’Siapa namamu, nak? Dari mana asal kalian berdua? Ada perlu apa kalian datang ke sini?’’
‘’A—nu … Nama saya Sumi. Ini suami saya Sumardi. Kami berdua adalah seorang lebe’ yang mengurus terkait pernikahan dan kematian orang-orang yang ada di desa tejo kromo.’’
‘’Kalian lebe’ dari desa sebelah?’’
‘’Be—benar, mbah.’’
Wanita tua tersebut terdiam. Dia kemudian menatap satu persatu wajah dari Ibu Sumi dan Pak Sumardi. Tatapannya penuh dengan ketidaksukaan terhadap mereka berdua.
‘’Namaku Suryani. Panggil aku Mbah Sur.’’
‘’Ba—baik, mbah sur.’’
Wajahnya yang semula penuh dengan pertanyaan, kini berangsur-angsur menjadi wajah yang penuh dengan intimidasi terhadap lawan pembicaranya.
‘’Sopo sing dadi ngunduh jiwo selanjute?’’
(Siapa yang menjadi ngunduh jiwo selanjutnya?) Tanya wanita tua tersebut
Pak Sumardi dan Ibu Sumi saling menatap. Mereka tidak mengerti maksud dari kalimat wanita tua tersebut. Yang mereka tahu, dalam istilah pernikahan di sukunya, ngunduh manten adalah sebuah kalimat yang tepat.
Namun, dengan perkataan yang baru saja diucapkan oleh wanita tua tersebut, ibu sumi dan pak sumardi hanya terdiam. Bahkan mereka berdua kembali menanyakan apa maksud dari ngunduh jiwo yang dimaksud.
‘’Ngunduh jiwo niku nopo, mbah?’’
(Ngunduh jiwo itu apa, mbah?)
Tidak ada jawaban yang terucap dari mulut wanita tua tersebut. Ia hanya memalingkan wajahnya ke bagian kanan dan kiri sekitaran rumah-rumah warga.
Pak Sumardi dan Ibu Sumi hanya menunggu jawaban yang mungkin saja akan menjadi kunci utama untuk mengungkapkan kebusukan yang sudah terjadi selama bertahun-tahun ini.
‘’Mari masuk.’’ Pinta wanita tua tersebut
Pak Sumardi dan Ibu Sumi pun mengikuti perintah yang disampaikan wanita tua tersebut. Mereka berdua segera memasuki rumah sederhana yang dindingnya terbuat dari anyaman bambu.
Setibanya mereka di dalam rumah tersebut, ibu sumi dan Pak Sumardi terkejut saat melihat dinding rumah tersebut. Hampir setiap dinding rumah tersebut dipenuhi dengan foto wanita cantik nan jelita.
Pak Sumardi dan Ibu Sumi hanya memiliki satu pertanyaan,
‘’Dimanakah wanita yang ada di foto tersebut?’’
Mereka berdua kemudian dipersilahkan untuk duduk. Sembari menatap gambaran dari foto-foto wanita tersebut, ibu sumi hanya terfokuskan pada salah satu foto yang sangat ia kenali.
Foto tersebut adalah foto seorang wanita yang mengenakan pakaian pengantin dengan kedua tangan yang sedang menengadah ke arah depan. Ketika diteliti lagi, ternyata, di bagian tangan tersebut terdapat beberapa buah bunga melati.
‘’Pak … ‘’
‘’Kenapa, bu?’’
‘’Wajah wanita ini mirip seperti sosok pengantin yang 1 tahun lalu menerorku.’’
‘’Maksud Ibu?’’
‘’Pak! Dia adalah wanita yang meminta tolong kepadaku! Dia wanita yang selama ini aku cari!’’
‘’Wanita itu …. ‘’
‘’Dia seperti sosok pengantin yang kita temui.’’
Tidak berselang lama, si wanita tua yang dipanggil ‘’simbah/mbah’’ tersebut hadir sembari membawakan hidangan berupa makanan dan minuman.
Ibu Sumi langsung merasa canggung. Ia menganggap dirinya sudah berlebihan terhadap apa yang sudah terjadi lama terhadap dirinya sendiri.
Langkah kaki Simbah itu menuju ke sebuah meja kayu dengan ukuran setinggi paha orang dewasa. Ia meletakkan hidangan tersebut dengan penuh hati-hati. Tidak disangka, buah pikiran yang baru saja diucapkan oleh Ibu Sumi didengar oleh simbah.
‘’Dia adalah anakku.’’ Ucap Simbah itu
‘’Mak—maksud simbah?’’ Tanya Ibu Sumi
Ibu Sumi memperhatikan gerak-gerik si wanita tua itu. Ia kemudian terduduk di sebuah kursi yang mampu menghadap keduanya secara langsung. Salah satu tangannya masuk ke dalam kantong baju.
Sepertinya, ada sesuatu yang ingin ia beritahu terkait apa yang selama ini menjadi sesuatu yang ditakutinya.
‘’Bunga ini … ‘’ Ucap Simbah itu sembari menunjukkan bunga melati kepada Pak Sumardi dan juga Ibu Sumi
‘’Bunga ini adalah lambang dari ketulusan. Ketulusan cinta seorang wanita yang bernama Rahayu … ‘’
Ibu Sumi dan Pak Sumardi pun mendengarkan awal mula terjadinya ngunduh jiwo.
‘’Dia adalah anak yang baik. Anak yang penuh dengan kesetiaan. Cintanya benar-benar sehalus sutra. Tapi sayang, dia harus menjadi korban dari perias pengantin itu.’’
Ternyata, awal mula terjadinya ngunduh jiwo adalah saat dimana anak dari Mbah Sur yang bernama Rahayu didatangi oleh seorang 4 orang asing yang bermaksud ingin menjadikan Rahayu sebagai calon menantunya.
‘’Dua dari keempat orang tersebut memiliki ikatan darah. Sedangkan sisanya, bukanlah pasangan suami isteri. Melainkan, sebuah pasangan yang hanya dijadikan sebagai wadah ritual.’’ Jelas Mbah Sur
‘’Aku tidak memahami akan penjelasan Mbah Sur. Mbah Sur boleh jelasin lebih detail?’’
‘’Tepatnya saat dimana Rahayu akan dipersunting oleh salah seorang pria yang bahkan belum dikenalinya sama sekali, rumah kami didatangi oleh 4 orang asing. Dua dari mereka mengaku sebagai pasangan, sedangkan sisanya adalah seorang ibu dan juga anak.’’
Ibu Sumi mulai memahami penggambaran yang diberikan oleh Mbah Sur terkait dengan latar belakang terjadinya Ngunduh Jiwo yang sudah memakan lebih dari 8 korban dalam satu tahun terakhir.
‘’Mereka meminta kepadaku untuk mengikhlaskan Rahayu agar bisa dipersunting oleh seorang pria yang bernama Bagus.’’
Mbah Sur saat itu tidak mengenal siapa mereka semua. Yang mereka tahu, salah satu dari mereka berempat adalah orang yang memiliki nama di desa tejo kromo.
Dia adalah Bunda Melati. Orang yang dikenal karena kemajuan usahanya yang begitu sangat pesat. Saking pesatnya, dia membuka usaha lain seperti perias pengantin yang nantinya akan menjadi usaha terbesar bagi kehidupannya.
Pemaksaan yang dilakukan oleh Bunda Melati yang menginginkan gadis perawan bernama Rahayu ini sempat memperoleh kencaman dari Mbah Sur. Namun tetap saja.
Keberadaan mereka tidak menguntungkan saat itu. Bunda Melati terus memberikan banyak penawaran terhadap Rahayu dan juga termasuk kepada Mbah Sur.
Mereka berdua diberi penawaran dengan nilai yang cukup fantastis. Dimana saat nantinya Rahayu akan dinikahkan dengan anaknya, bunda melati akan menjamin akan mensejahterakan kehidupannya dan juga kehidupan keluarga lainnya.
Akan tetapi, tiba saat dimana 7 hari sebelum pernikahan dimulai, rahayu selalu diperintahkan oleh Bunda Melati untuk mengunjungi rumah seorang perias pengantin yang bernama Bi Imah.
Di sana juga, bunda melati meminta kepada Rahayu untuk memakan bunga melati yang kesannya harus mengikuti kebiasaan yang dilakukan oleh Bunda Melati dalam kesehariannya.
Selain harus memakan bunga melati yang akan menjadi kebiasaan terbarunya, rahayu juga diminta untuk menyisiri rambutnya yang sudah diberi serat bunga melati. Permintaan tersebut langsung disampaikan oleh Bunda Melati melalui perias pengantinnya.
‘’Anakku selalu memakan melati di tiap pagi dan menyisiri rambutnya secara terus menerus. Sampai akhirnya, terror yang mengerikan pun terjadi saat itu juga.’’ Jelas Mbah Sur
Mbah Sur masih belum melupakan kenangan mengerikannya saat dimana dia melihat dengan jelas sosok demit pengantin yang merasuki tubuh anaknya secara perlahan.
‘’Rahayu selalu mengamuk-ngamuk di hari-hari menjelang pernikahannya. Dia hanya memakan bunga melati di setiap pagi, siang dan menjelang tidur. Aku sendiri pernah mendapati demit pengantin itu hadir tepat di belakang tubuh Rahayu saat dia sedang menyisiri rambutnya.’’
Bisa dibilang, sosok demit pengantin itu akan merasuki tubuh korbannya secara perlahan-lahan. Dengan media bunga melati yang diberikan oleh Bunda Melati kepada Bi Imah, lalu diserahkan kepada calon tumbal, sosok tersebut akan merasuki tubuhnya sampai hari pernikahan tiba.
Mbah Sur terus menceritakan perjalanan Rahayu hingga detik-detik dimana hari pernikahan akan tiba. Dirinya menyaksikan banyak kejanggalan saat hari pernikahan Rahayu dengan seorang pria yang bernama Bagus.
Dan saat pernikahan tiba, mbah sur merasa ada yang tidak beres. Keluarga dari mempelai pria hanya bisa dihitung dengan hitungan jari.
Sedangkan, orang-orang yang berada di pihaknya melebihi dari mempelai pria. Dengan perbedaan jumlah seperti ini, mbah sur terlihat ada yang tidak beres dengan praktik pernikahan yang dilakukan oleh keluarga dari Bagus itu sendiri.
Kejanggalan lainnya adalah saat pernikahan tiba. Orang yang menikahkan Rahayu dan juga Bagus adalah bagian dari keluarganya sendiri. Orang tersebut adalah Pria asing yang selalu bersama dengan Bunda Melati.
Bukan hanya itu saja, setelah akad nikah diucapkan, kesurupan massal pun terjadi saat pernikahan Rahayu dan Bagus telah usai.
Sebanyak 10 orang dari pihaknya mengalami kesurupan massal dan mengamuk-ngamuk tidak jelas. Kekacauan pun tergambarkan dengan jelas. Mbah Sur hanya bertanya-tanya, mengapa dirinya tidak terkena gangguan tersebut.
Ia berpikir, bahwa Bunda Melati telah menyiapkan ini semua. Mereka menjadikan ke-10 orang ini benar-benar kehilangan akal untuk menutupi semua aib-aib buruknya selama pernikahan antara Rahayu dan Bagus berlangsung.
Dan lagi-lagi, orang yang mampu menenangkan dan menyelesaikan itu semua adalah Bunda Melati.
Bunda Melati memberikan bunga melati dan menyuruh kepada orang yang sedang mengalami kesurupan untuk memakannya. Dengan terpaksa, sebanyak 10 orang yang mengalami kesurupan harus menelan mentah-mentah bunga melati tersebut.
Ibu Sumi masih tidak percaya dengan tragedi semacam itu. Oleh karena itulah, dirinya merasa ada yang janggal. Karena dia dan juga suaminya adalah seorang lebe’, mana mungkin dirinya tidak mengetahui akan pernikahan yang terjadi di sekitaran desa tejo kromo.
‘’Kami ingin bertanya. Apakah pernikahan mereka sengaja ditutup-tutupi?” Tanya Ibu Sumi kepada Mbah Sur
‘’Benar. Mereka menutupi itu semua. Mereka tidak ingin jika praktik ilmu hitamnya terbongkar. Karena itulah, orang yang mengetahui ini semua adalah orang-orang yang selamat dalam pernikahan itu berlangsung.’’ Jelas Mbah Sur
‘’Hanya orang-orang yang selamat? Maksudnya?’’ Tanya Pak Sumardi
‘’Mereka yang mendatangi pesta pernikahan tersebut rata-rata akan hilang akalnya. Apakah kau tahu? Kenapa di desa ini tidak ada yang tahu tentang pernikahan tersebut?”
Ibu Sumi dan Pak Sumardi saling menatap satu sama lain. Mereka belum memahami apa yang menjadi teka-teki dari pernikahan yang dilakukan oleh keluarga dari Bunda Melati.
‘’Mereka semua tidak akan bisa menjawab akan hal itu karena saat tragedi berlangsung, akal mereka dihilangkan sementara.’’
‘’Jadi? Ketika kesurupan itu berlangsung, gunanya adalah … ?”
‘’Benar! Untuk menghilangkan pikiran mereka agar tidak bisa membocorkan praktik pernikahan yang dilakukan oleh keluarga iblis tersebut!”
Obrolan terhenti sejenak. Mbah Sur memegang tangan Ibu Sumi. Dengan tatapan yang sudah berkaca-kaca, mbah sur mengatakan sesuatu kepada Ibu Sumi,
‘’Aku ingin menunjukkan sesuatu kepada kalian berdua.’’ Ucap Mbah Sur
‘’A—pa itu, mbah?’’ Tanya Ibu Sumi
Mbah Sur kemudian membuka kain yang menutupi lehernya. Ia kemudian membeberkan satu fakta terkait apa yang terjadi kepadanya selama terror demit manten itu terjadi kepadanya dan fakta yang dia ketahui terkait demit manten tersebut,
‘’Jika salah seorang keluarganya sudah mengetahui akan penyebab dari demit manten merasuki calon pengantin, maka, demit manten tersebut akan berusaha penuh untuk membunuh orang tersebut.’’
Ibu Sumi yang melihat itu hanya itu menjadi terkejut. Dia benar-benar kaget melihat luka mengerikan tepat di bagian tengah leher Mbah Sur. Sembari meneteskan air mata, mbah sur pun menyampaikan permintaan terakhirnya kepada Ibu Sumi dan Pak Sumardi.
‘’Aku minta satu hal kepadamu, nak. Tolong, hentikan praktik pernikahan ini. Selamatkan korban terakhir dan keluarganya. Sebentar lagi, bulan pernikahan akan tiba.’’
‘’Bagaimana kami menyelesaikannya, mbah?’’
‘’Kalian harus membunuh inangnya!’’
Rumah Dini,
Desa Wongso (Bukan nama sebenarnya)
Bagus masih menunggu Ibu Sri yang sudah berada lama di bagian belakang rumahnya. Ia tidak mengetahui, apa yang akan terjadi kepada calon mertuanya tersebut tatkala demit manten menuju ke arahnya.
Tidak berselang lama, muncul seorang wanita tua yang sedang berjalan sempoyongan sembari memegangi lehernya yang sudah penuh dengan darah. Di tangan kanannya sudah terpegang pisau dapur dengan lapisan darah yang berada di ujungnya,
‘’Ibu Sri!’’
‘’Jangan ke sana, bagus!’’
‘’Tapi, bu! … ‘’
Ibu Sri tiba-tiba terjatuh. Tubuhnya ambruk tepat di dekat kamar Dini. Saat tubuhnya ambruk, bagus melihat dengan jelas ada sesuatu yang keluar dari tubuh calon mertuanya tersebut.
Ternyata, ibu sri baru saja dirasuki oleh sosok demit manten yang menjadi peliharaan Bunda Melati. Entah apa tujuan dan keinginan dari Bunda Melati sampai-sampai dirinya menginginkan kematian dari Ibu Sri. Ketakutan dari Bunda Melati sendiri hanyalah satu.
Ibu Sri adalah orang yang sudah mengetahui penyebab orang-orang yang nantinya akan menjadi wadah dari Demit Mantet tersebut.
Bagus langsung meringsek maju ke depan untuk membantu calon mertuanya tersebut. Ia tidak memperdulikan apa kata orang tuanya jika memang itu adalah hal terlarang baginya.
‘’Ibu Sri!! ‘’
Dengan terpaksa, bagus pun langsung menggotong tubuh Ibu Sri menuju kamarnya. Ia segera mencari kain untuk menutupi pendarahannya. Ia tidak rela jika mertuanya harus meninggal dunia karena ulah ibunya sendiri.
Hari yang kelam bagi Ibu Sri. Dia menjadi orang incaran dari Bunda Melati karena telah mengetahui sesuatu yang nantinya bisa menjadi pembongkar dari aib-aib Bunda Melati itu sendiri.
Setelah pendarahan Ibu Sri terhenti, bagus meninggalkan Ibu Sri seorang diri di dalam kamarnya.
Kehadiran Bunda Melati ternyata memberikan sebuah peringatan kepada Ibu Sri untuk tidak mencampuri keinginannya di atas keinginan tahunya terkait apa yang nantinya terjadi kepada putri kesayangannya, dini.
Sebelum meninggalkan rumah Ibu Sri, bunda melati berjalan ke arah kamar Dini. Ia kemudian membuka pintu kamar Dini. Saat pintu kamar terbuka, bunda melati langsung tersenyum begitu menatap cermin.
Dia sedang melihat seorang pengantin sedang merapihkan rambutnya dengan menggunakan sisir yang sudah dilapisi dengan serbuk melati,
‘’Tinggallah di sini lebih lama sampai hari pernikahan tiba, rahayu. Sebentar lagi, aku akan mendapatkan penggantimu.’’ Ucap Bunda Melati
Mereka pun pergi meninggalkan Ibu Sri seorang diri di dalam rumah. Sembari berjalan ke arah mobil, bunda melati pun menaburkan melati ke sekitaran jalan. Ia merasa jika hari ini sangatlah indah. Ia bisa melihat tetesan darah yang bercampur dengan harumnya melati.
‘’Suatu saat, melati-melati ini akan berubah warna menjadi merah merona. Layaknya darah, setiap orang yang terikat, akan terperangkap.’’
Part ke-5 akan update pada tanggal 3 Maret 2023. Bagi temen-temen yang mau baca duluan atau sekedar support part-5 nya bisa langsung kunjungi karyakarsa.
ini link-nya.

karyakarsa.com/Restuwiraatmad…
Part-6 akan membongkar terkait alasan kenapa Kusumawati atau wati meninggal dunia

karyakarsa.com/Restuwiraatmad…
Bagi yang mau nyawer juga bisa via saweria ya ...
saweria.co/RestuWira090720

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Restu Wiraatmadja

Restu Wiraatmadja Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @RestuPa71830152

Feb 23
SOSOK KETIGA DI BANGSAL RUMAH SAKIT

"Tepat di tengah malam, aku mendengar suara kursi roda yang diseret-seret tepat di depan pintu ruangan. Tak berselang lama, aku juga mendengar suara anak kecil yang tertawa cekikikan layaknya sedang bermain."

#bacahorror @bacahorror_id
‘’Allahu Akbar …. Allahu akbar.’’
Lantunan suara adzan begitu terdengar jelas dari luar ruangan. Aku masih terdiam diri di depan ruangan tempat dimana Ibuku mendapatkan perawatan khusus.
Bagian kiri tangan dan kaki Ibu patah seusai ditabrak lari oleh pengendara motor yang melintasi jalan raya besar di terminal kota Cirebon. Tidak henti-hentinya, aku terus membacakan kalimat dzikir untuk menenangkan hati dan juga pikiran yang sedang kacau ini.
Read 86 tweets
Feb 15
SI DANYANG LEMBAH JENGGES (6)
(Trah Timur Artonegoro)

"Selamat malam, tuan. Dimanakah rumah dari Keluarga Artonegoro?"
#bacahorror #ceritaserem #jengges #ngiprikethek Image
Bagian XI
‘’KEMUNCULAN SANG WAKIL’’
Tubuh warga pendatang baru itu bergetar hebat tatkala dirinya melihat ketiga orang di hadapannya sedang berdekatan dengan pocong. Namun, bukan itu yang ia takutkan.
Read 111 tweets
Feb 10
Ngunduh Jiwo (2)

"Isteriku jadi korban pesugihan perias pengantin."

@bacahorror_id #pesugihan #ceritaserem #ngunduhjiwo Image
Part-2
7 hari sebelum pesta

Wanita itu menangis sembari kedua tangannya menggaruk-garuk bagian bawah kemaluannya. Lalu, bersamaan dengan itu, muncul cairan yang menetes secara perlahan. Semerbak bau busuk mulai tercium.
Read 159 tweets
Feb 3
Ngunduh Jiwo (1)

"Isteriku jadi korban pesugihan perias pengantin."

@bacahorror_id #pesugihan #ceritaserem #ngunduhjiwo Image
Part-1 nitip sini dulu, yak.
Upload malam ini ...

karyakarsa.com/Restuwiraatmad…
Bismillahir rohmanir rohim ...
Mari kita mulai.
Read 105 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(