SI DANYANG LEMBAH JENGGES (7)
(Trah Timur Artonegoro)

"Tertangkapnya Raden Artonegoro."
#bacahorror #ceritaserem #jengges #ngiprikethek
‘’PERANGKAP’’
Irham dan Rosikin tidak percaya jika dia berhadapan langsung dengan manusia aneh yang memiliki sifat layaknya iblis. Berbaju kesombongan dan bertopi keserakahan.
Dia adalah Raden Sengkuni. Salah satu dari keturunan timur yang sangat ditakuti oleh orang-orang bahkan beberapa pejabat pemerintahan pun tunduk kepadanya.
Kedatangan Raden Sengkuni sudah jelas untuk menemui Raden Artonegoro. Pastinya, hal ini didasari dengan kekalahan Raden Angkoro dan juga Raden Jogopati yang gugur akibat dari salah satu penjaga yang berasal dari anak Raden Artonegoro.
Langkah kaki Raden Sengkuni membuat angin yang ada di sekitarannya mendadak menjadi sangat panas. Seperti halnya abu panas yang bertebaran hingga menyesakkan dada, orang yang berada di sekitarannya benar-benar merasakan hawa panas tersebut.
Sampai-sampai, irham dan Rosikin sulit untuk bernafas. Tubuh mereka berdua juga mendadak lemas tak berdaya. Entah ajian apa yang dimiliki oleh Raden Sengkuni sampai-sampai membuat orang-orang yang ada di sekitarannya menjadi tidak bisa bergerak sama sekali.
‘’Jadi? Dimanakah rumah Raden Artonegoro?’’
Pertanyaan Raden Sengkuni membuat Irham dan Rosikin tidak berbuat apa-apa. Jika mereka tidak menjawabnya, maka, mereka semua akan mati. Namun, jika mereka menjawabnya, maka, hal yang lebih mengerikan akan terjadi.
Dari dalam rumah, kyai sukri membuka lembaran-lembaran buku yang biasa ia baca. Tidak disangka, dirinya telah membaca banyak bacaan yang menjelaskan terkait dengan macam-macam penyakit yang terjadi di masa lalu.
Dia terkejut saat membaca sebuah ungkapan yang berbunyi,
‘’Jengges adalah salah satu alat untuk melumpuhkan seseorang atau bahkan banyak orang dengan cara yang mengerikan.
Istilah lain dari santet ini merupakan salah satu hal yang sudah biasa digunakan oleh orang-orang yang berasal dari timur untuk berjaga-jaga.’’
Setelah membaca tulisan tersebut, kyai sukri langsung terdiam. Ia sedang membayangkan dengan keadaan yang sedang terjadi di desanya saat ini.
Sudah ada beberapa korban yang memang terlibat dari kasus yang belum pernah sama sekali terjadi sejak puluhan tahun yang lalu.
Saat dimana Kyai Sukri sedang membaca buku di tempat dimana dirinya biasa mengajarkan ngaji kepada anak-anak desa, tiba-tiba, lampu rumah mendadak mati semua. Begitu juga dengan rumah-rumah yang ada di sekitarannya, semua listrik padam dengan seketika.
Suara tangisan bayi, teriakan anak kecil dan kepanikan para warga terdengar dengan jelas pada malam itu. Kyai Sukri sudah menduga bahwa mereka sudah mulai untuk mencari keluarga Raden Artonegoro.
‘’Waktunya sudah tiba. Ternyata, mereka datang lebih cepat. Ini di luar dugaan semua orang.’’
Bapak langsung keluar dari rumah. Diikuti dengan Ibu, aku dan juga Mas Rahardian, kami melihat sebuah penampakkan yang kurang mengenakkan.
Tiga buah bola api beterbangan dan mengintai para warga yang berada di dalam rumah. Tidak heran, banyak dari mereka semua yang ketakutan. Sampai-sampai, tidak ada satu pun warga yang berani keluar.
Akan tetapi …
Seorang juru kunci keluar dari rumahnya sembari membawa damar (Lampu minyak). Dia tidak tahu, jika sekumpulan banaspati sedang berkeliaran di sekitaran rumahnya,
‘’Pak … ‘’
‘’Itu Banaspati … ‘’
Ketiga bola api tersebut segera mencari orang yang keluar dari rumahnya. Saat ada salah satu target yang keluar dari tempat persembunyiannya, mereka saling berebutan untuk menyerang orang tersebut.
‘’Pak! Pak! Ada banaspati! Masuk!’’ Teriak Bapak
Mas Rahardian langsung berteriak. Ia mungkin melihat sesuatu yang tidak bisa kami lihat.
‘’Kenapa, mas?’’ Tanyaku
‘’Orang itu mati terbakar!’’
Bapak segera berlari dengan niat untuk menyelamatkan juru kunci tersebut. Namun, belum juga Bapak berlari lebih jauh, tiba-tiba …
‘’WUSHHHHHHHHH … ‘’
Banaspati itu benar-benar menyerang juru kunci yang sedang berdiri sembari memegangi damar di tangan kanannya.
Api perlahan membakar tubuhnya. Suara teriakan minta tolong melonglong keras. Bebauan daging yang dibakar hidup-hidup tercium jelas dari hidung Bapak saat itu.
Satu banaspati sudah mengenai target. Sisanya masih memutari rumah-rumah warga. Mencari-cari siapa korban selanjutnya yang akan dibakar dalam keadaan hidup-hidup.
Bapak segera kembali ke rumah. Ia menginggiring anak-anaknya untuk masuk ke dalam rumah guna menghindari serangan banaspati tersebut.
Selagi banaspati masih berkeliaran di luaran rumah, hal-hal mengerikan lainnya juga terjadi di beberapa rumah warga. Banyak mereka yang dipaksa keluar oleh sesuatu yang tidak tampak di kegelapan malam.
Mereka seperti tercekik oleh sesuatu dan dipaksa untuk keluar dari kamar untuk nantinya disambar oleh banaspati dan membakarnya hidup-hidup tepat di malam hari yang gelap gulita itu.
Tangisan di malam hari belum usai hanya sampai di situ. Kini, giliran udara panas dicampur racun yang menebar ke seluruh penjuru desa bersamaan dengan bertiupnya angin malam.
Kondisi darurat mulai digaungkan. Suara kentungan dari surau terdengar jelas. Orang-orang diminta untuk tidak keluar sampai wabah aneh ini selesai.
Serangan yang begitu jelas di malam buta ini membuat banyak warga mengurungkan diri di dalam kamarnya sembari memegangi kitab suci Al-qur’an.
Bapak masih memeluk kami bertiga. Ibu tampak ketakutan dengan serangan itu. Ia seperti mengingat masa lalu saat dimana kejadian ngipri kethek terulang kembali.
Banyak orang-orang yang menjadi korban dari keserakahan dan kekejaman manusia-manusia yang mengaitkan ambisi dengan keabadian yang bersifat sementara.
‘’Pak … Apakah ini ulah mereka?’’ Tanya Ibu
‘’Bapak tidak tahu, bu.’’
‘’Bagaimana kita bisa menyelesaikan ini, pak? Banyak warga yang sudah meninggal dengan cara mengenaskan.’’
Wabah penyakit dan juga jengges menjadi satu penghalang bagi bapak untuk bisa menemui Kyai Sukri.
Tidak ada jalan untuk bisa menuju ke sana selain keluar dari rumah dan menghadapi ketakutan yang sudah terbuka lebar di sana.
Saat Bapak dan yang lainnya sedang bersembunyi, tiba-tiba, pintu depan rumah digedor-gedor dari luaran dengan tenaga yang keras.
‘’Dok!’’
‘’Dok!’’
Kami semua ketakutan mendengar suara gedoran kencang itu. Tidak mungkin ada warga yang berani menggedor-gedor pintu tersebut dengan sebegitu kencangnya.
Kecuali, jika orang tersebut adalah orang yang berada di bawah kendali orang-orang yang menyerang serangan ini. Mereka sudah dipaksa dengan keras untuk bisa memberitahukan lokasi rumah Bapak.
‘’PA—AK ARTO! BUU—KA PINTUNYA!’’
Bapak mengenal jelas suara itu. Itu adalah suara dari Irham. Salah seorang warga yang bertugas sebagai hansip di desanya.
‘’Pak! Jangan keluar!” Pinta Ibu
‘’Itu suara Irham, bu.’’
‘’Itu jebakan, pak!”
‘’Gak mungkin. Tidak mungkin seorang Irham menjebakku dalam posisi seperti ini.’’
Bapak tidak mempercayai akan perkataan hal tersebut. Ia mencoba untuk meyakinkan Ibu terkait dengan orang yang berada di luaran rumahnya.
‘’Aku akan menyelesaikan ini semua. Jangan khawatir. Semuanya akan selamat.’’
Perkataan Bapak benar-benar tidak meyakinkan kami. Aku dan Mas Rahardian seperti melihat kilas balik dari sosok tubuh seorang pria yang sengaja menyerahkan diri kepada pihak musuh demi keselamatan keluarganya.
Dari luar rumah, aku tidak meyakini jika ada warga desa yang selamat dan meminta bantuan kepada Bapak. Bukankah Banaspati berkeliaran di luaran? Bukankah Jengges bertaburan di udara? Bukankah banyak orang-orang yang masih misterius yang bersembunyi di balik kegelapan malam?
Lalu? Mengapa Bapak mempercayai bahwa suara itu adalah suara panggilan dari salah satu warga yang meminta tolong kepadanya?
Firasat Ibu mulai tidak enak. Ia bahkan masih menatap Bapak dengan tatapan yang tak biasa. Sesaat sebelum pintu dibuka, ibu mengucapkan sesuatu,
‘’Pak … Jangan keluar … ‘’
Dan saat pintu terbuka, aku melihat dengan jelas sebuah penampakan yang kurang mengenakkan. Sebanyak tiga orang dengan mengenakan pakaian serba hitam sedang menyandera seorang warga yang bernama Irham.
Bapak terkejut saat mengetahui jika yang ada di hadapannya adalah orang-orang asing yang bahkan Bapak sendiri belum mengenal siapa orang tersebut.
Aku melihat dengan jelas ketiganya sedang mengikatkan sebuah tali ke leher seorang warga yang bernama Irham. Bagian mulut serta hidungnya terdapat bekas darah yang sudah mengering.
‘’Ir—ham?’’
‘’PAA—KK … TOLO—NG SAYA … ‘’
Bapak tidak tahu akan ketiga orang asing tersebut. Mereka hanya berdiri tegak. Salah satu dari mereka memegang sebuah tali yang mengikat leher Irham. Sedangkan keduanya, masing-masing tangan kanannya bersembunyi di balik kantong jas.
‘’Siapa kalian?’’ Tanya Bapak
‘’Selamat malam, raden artonegoro. Aku perlu berbicara kepadamu. Jika memang ingin dirimu dan juga keluarga lainnya selamat, pastikan tubuhmu berserah diri kepada kami.’’
Tiba-tiba, energi besar tercipta saat itu. Bapak merasakan gesekan energi yang begitu dahsyat. Bahkan, energi dari ketiganya benar-benar melebihi Raden Angkoro.
Dalam hati, bapak langsung teringat akan perkataan yang diucapkan oleh Raden Suropto terkait orang-orang yang memiliki tingkat supernatural yang melebihi tingkatan dari Raden Suropto.
Jika memang itu benar-benar ada, maka, mereka bukanlah orang biasa. Mereka bisa juga menjadi pendamping serta pelindung dari orang-orang besar yang berada di daerahnya.
‘’Mungkinkah mereka ini ingonan (peliharaan) dari timur?’’
Salah satu dari mereka langsung mendekati Bapak sembari menyodorkan tangannya,
‘’Ikutlah bersama kami. Kami akan menjaga keluarga dan warga-wargamu. Namun, jika kamu menolak, jengges ini akan terus bertebaran sampai 40 hari lamanya.’’
Bapak tidak memiliki pilihan lain. Dengan sabarnya, ia rela penangkapan itu atas dirinya demi keamanan warga dan keluarganya. Bapak rela untuk menjadi sandera dari mereka.
Aku dan Ibu hanya menangis saat Bapak ditangkap oleh tiga orang pria asing yang bersinyalir sebagai orang-orang yang menyebarkan jengges dan terror mematikan pada malam itu.
Sedangkan Mas Rahardian, ia jatuh pingsan mana kala mengetahui aksi penangkapan itu tepat di depan matanya sendiri.
Bapak yang melihat itu hanya bisa terdiam. Suara tangisan dari Ibu menjadi salah satu penyebabnya. Kami tidak bisa berbuat apa-apa selain berserah diri terhadap keajaiban.
Raden Sengkuni pun membawa Bapak untuk menuju ke sebuah tempat yang tidak diketahui keberadaannya.
Aku terus menerus menenangkan Ibu. Semenjak itu, orang-orang menjadi sangat ketakutan. Mereka semua menjadi marah karena di balik semua kekacauan ini, keluargakulah yang paling bertanggung jawab.
Banyak orang-orang yang meninggal dunia dan tergeletak di tiap jengkal tanah yang melintas. Beberapa dari mereka ada yang tergantung di pepohonan seperti ditarik oleh sesuatu yang disebut sebagai ‘’Danyang’’
Beberapa yang lain mengeluarkan cairan putih dari mulutnya. Mereka yang menghirup jengges di udara akan mati seketika. Salah satunya adalah Pak Rosikin. Ia meninggal dunia dengan kedua mata terbelalak ke arah atas.
Sedangkan Irham, dia menjadi sandera bagi ketiga tersebut bersama dengan Bapak. Aku merasakan kehancuran dalam hidup. Ibu tidak berhenti menangis. Sedangkan Mas Rahardian, dia belum juga siuman karena tekanan dari energi yang dikeluarkan oleh ketiga orang asing tersebut.
‘’Allahu akbar …. Allahu akbar … ‘’
Adzan subuh bergema. Jumlah orang yang sholat di surau/mushola bisa dihitung dengan jari. Banyak warga yang enggan sholat di sana dan memilih untuk sholat di rumah.
Mereka takut jika serangan danyang, jengges dan wabah penyakit lainnya akan datang secara tiba-tiba.
Aku segera mengambil air wudhu guna melaksanakan sholat. Biasanya di pagi ini aku sudah melihat Bapak yang sedang terduduk di atas sajadah sembari memilin-milin tasbih kaukanya.
Akan tetapi, kini terasa semu. Keberadaan di rumah seperti hampa.
Ibu dan Mas Rahardian masih terlelap dalam tidurnya. Mereka semua seperti kelelahan karena energi mereka terkuras habis dalam waktu semalaman.
Setelah aku selesai berwudhu, aku melangkahkan kakiku untuk sholat. Aku niatkan hati dan pikiranku untuk mendekatkan diri kepada Tuhan.
Tidak ada siapa-siapa lagi yang bisa kuandalkan selain kekuatan Tuhan.
Bahkan untuk menangis pun aku tidak sanggup lagi. Deraian air mata yang membasahi sajadah sudah tak terhitung lagi tetesannya.
Aku terus menerus melakukan apa yang diperintahkan oleh Bapak agar bisa menjaga ibadahku terhadap Tuhan. Tidak ada manusia yang mampu menyelesaikan urusannya tanpa bantuan dari Tuhan. Sehebat apapun orang tersebut, dia butuh sang penolong sejati yaitu Tuhan yang maha esa.
Selesai sholat, aku memilin-milin tasbih sembari mengucapkan kalimat yang biasa Bapak ucapkan,
‘’Allahu … ‘’
‘’Allahu … ‘’
‘’Allahu … ‘’
Berkali-kali aku ucapkan kalimat tersebut. hatiku seperti terbang ke sebuah tempat yang hampa. Pikiranku menjadi semu. Entah apa yang terjadi. Aku seperti melihat gambaran yang tidak biasa. Kulihat cahaya yang berkilauan menyinari sebuah tempat.
Lalu, berjalanlah seorang wanita dengan mengenakan kebaya berwarna loreng dengan motif bunga di sekitarnya.
Wanita itu memelukku dengan erat selagi mengatakan sesuatu yang membuat mata hatiku terketuk karenanya,
‘’Ingat, nak. Tiada kekuatan dan daya upaya selain Tuhan yang maha esa. Aku akan membantumu untuk menyelamatkan Bapakmu dari cengkraman orang-orang timur.’’
Ucapan itu terdengar jelas di telingaku. Aku langsung terbangun. Keadaan menjadi sunyi. Aku segera melepaskan mukenah dan membereskan sajadah. Dan benar saja, pintuku diketuk oleh seseorang.
Awalnya aku tidak ingin membukakan pintu rumah karena ketakutan yang aku sendiri ciptakan setelah melihat ketiga orang asing menyandera Bapak.
Namun, begitu orang tersebut menyebutkan namanya, aku langsung berlari ke arah pintu rumah depan,
‘’Arto … Artonegoro?’’
Aku segera membuka pintu. Kulihat seorang wanita tua dengan pakaian sederhana sedang berdiri di hadapanku.
‘’Kyai Sukri?’’
‘’Iyan, nduk. Aku sudah tahu ceritanya.’’
Aku segera memeluk tubuh Kyai Sukri. Kali ini, aku tidak bisa berbuat apa-apa selain memeluk tubuh seorang kyai yang wangi kasturinya menebar ke seluruh tubuh.
‘’Bapakmu akan selamat. Aku akan membantunya. Sekarang, kita harus menunggu saudara-saudaramu untuk tiba ke sini.’’ Jelas Kyai Sukri
‘’Saudaraku? Siapa, ki?’’
‘’Mereka yang berada di siti pangaliran sudah mengetahui terkait cara untuk mengentikan jengges.’’
Aku langsung teringat akan Raden Suropto dan juga Mas Krishna. Keduanya benar-benar sangat dibutuhkan kali ini.
‘’Raden Sengkuni adalah salah satu orang yang mampu menyelesaikan ini. Tugasmu sudah selesai.’’
Kyai Sukri tahu jika aku sangat merendahkan orang tuaku dengan pengetahuanku sendiri. Namun untungnya, kehadiran dari Kyai Sukri benar-benar membuat suasana menjadi lembut kembali semuanya.
Siti Pangaliran,
Keberadaan Raden Suropto.
Siti Pangaliran sangat damai tempatnya. Orang-orang yang datang ke tempat ini bertujuan untuk mencari ilmu agama dan memperkuat kedekatan dirinya kepada sang maha pencipta.
Raden Suropto dan Mas Krishna sangat betah berada di sana. Mereka berdua masih belum mengetahui akan pemberitaan terkait penangkapan Raden Artonegoro ke tangan orang-orang timur.
Tepat saat subuh bergema, raden suropto memiliki firasat yang tidak enak. Rumahnya selalu dikelilingi oleh burung keak (gagak) yang memutari rumahnya sebanyak 7 kali.
Burung itu juga mengeluarkan suara yang amat mengerikan hingga membuat Raden Suropto memiliki pikiran yang aneh-aneh akan pertanda tersebut.
Sementara Mas Krishna, ia sudah biasa untuk membaca buku di pagi hari. Buku yang ia baca sangat beragam. Namun, mas Krishna sendiri amat menyukai bacaan terkait kisah-kisah dan babad penciptaan orang-orang terdahulu.
Di tangannya telah tertulis sebuah buku yang mengisahkan tentang kehidupan orang-orang timur dalam bertahan hidup di setiap harinya.
Mas Krishna menelaah setiap kalimat yang tertulis di buku tersebut. Ia bahkan memahami kalimat-kalimat tersebut di tiap katanya agar bisa menemukan kunci untuk menyelesaikan jengges.
Di sela-sela Mas Krishna sedang menelaah dan mencari kunci untuk menghentikan jengges, tiba-tiba, raden suropto mendekatinya sembari mengatakan sesuatu,
‘’Krishna … ‘’
‘’Kang Mas? Ada apa?’’
‘’Kau sedang membaca apa?’’
‘’Aku sedang membaca sebuah buku terkait sebuah golongan yang memelihara jengges dan mempergunakannya untuk sehari-hari.’’
Mas Krishna yang memang terkenal sebagai salah satu dari banyaknya keluarga ningrat yang diberkati kecerdasan yang tinggi. Dia adalah satu-satunya dari keluarga ningrat yang hafal terkait dengan trah dari keturunan kedua orang tuanya.
Saat dimana dirinya sedang membaca terkait dengan banyaknya kasus jengges yang ada di beberapa desa di timur, mas Krishna terkejut dengan sebuah tragedi yang mengerikan di sana.
‘’Kang Mas … Coba lihat ini!’’
Raden Suropto langsung melihat sebuah tulisan yang sedang dibaca oleh Mas Krishna.
‘’Desa yang tenggelam?’’
Mas Krishna dan Raden Suropto baru mengetahui terkait sebuah desa yang tenggelam karena keserakahan dari salah satu anggota pemerintahan.
Dia berkeinginan untuk memperluas kejayaannya dengan cara mencari sumber kekayaan dari desa tersebut.
Di dalam buku tersebut juga dijelaskan akan orang-orang yang berkecimpung dalam tragedi yang memilukan itu. Sebanyak puluhan orang yang terdiri dari orang-orang timur, anggota pemerintahan, kepolisian dan lain sebagainya turut ikut serta dalam menjalankan proyek ini.
Saat dimana Raden Suropto membaca daftar nama orang-orang yang berkecimpung dalam proyek tersebut, ia terkejut dengan sebuah nama yang sangat tidak asing baginya.
‘’Raden Sengkuni?’’
‘’Siapa itu Kang Mas?’’
‘’Aku pernah dengar tentang orang ini. Dia adalah salah satu ingonan (peliharaan) dari pemerintahan.’’
Ingonan yang dimaksud adalah peliharaan dari pemerintah. Dia yang bertugas menjaga tahta dan kekuasaan pemerintah tersebut. selain itu, para ingonan harus menjaga dan melindungi anggota pemerintahan yang menjadikannya sebagai sebuah ingonan (peliharaan).
Penjagaan dan perlindungan ini bertujuan untuk meminimalisir serangan-serangan yang mungkin saja berasal dari orang-orang yang tidak menyukainya selama dirinya menjabat atau mungkin karena dari orang sekitarannya sendiri.
Tidak sedikit cerita-cerita terkait dengan serangan jengges yang berakibat fatal di daerah timur yang disebabkan oleh perebutan kekuasaan atau hal lainnya.
Karena itulah, jengges adalah kekuatan yang digunakan untuk sehari-hari tergantung dengan penggunaan dan tujuannya.
‘’Penjarahan dan pemberontakan hingga pembunuhan banyak warga oleh sebab wabah aneh yang menyerang udara dalam satu hari.’’
Mas Krishna masih membaca kasus-kasus yang terjadi di desa sekitaran daerah timur. Dia menemukan banyak fakta terkait dengan jengges.
Berbeda dengan Raden Suropto, dirinya malah terfokuskan dengan Raden Sengkuni. Dia adalah salah satu orang yang berasal dari timur yang pernah menjadi topik pembicaraan di keluarganya.
‘’Krishna, coba cari identitas dari Raden Sengkuni. Aku ingin tahu tentangnya.’’ Pinta Raden Suropto
Mas Krishna pun menuruti permintaan dari Raden Suropto. Ia kemudian mencari sumber identitas dari Raden Sengkuni.
Entah apa yang membuat Raden Suropto sebegitu penasarannya terhadap Raden Sengkuni, namun, jika memang ada keterkaitan antara Raden Sengkuni dengan Keluarga Brotoseno, itu berarti aka nada keterkaitan antara Raden Angkoro dengan Raden Sengkuni.
Mas Krishna berusaha untuk mencari sumber identitas dari Raden Sengkuni. Dia pun membaca semua identitas satu persatu dari tiap nama-nama yang telah dibongkar dalam buku tersebut.
Bahkan yang lebih mengerikan, dosa-dosa mereka benar-benar tercetak dalam sebuah tulisan agar dunia tidak melupakan kesalahan-kesalahan fatalnya hingga menyebabkan salah satu desa tenggelam.
‘’Raden Sengkuni. Dia merupakan salah satu dari banyaknya penasehat di timur yang ditakuti oleh orang-orang. Penyebab orang-orang takut kepada Raden Sengkuni adalah karena keberadaannya yang membuat udara menjadi sangat panas.
Berbeda dengan keluarga ningrat dan brotoseno yang menyandang trah keserakahan, mereka berasal dari timur dikenal sebagai trah penuh amarah.’’
Diketahui, trah dari timur ini adalah salah satu trah yang sangat ditakuti. Bukan hanya karena jengges dan serangan wabah yang bisa membawa kematian bagi orang-orang sekitar, trah dari timur ini juga dikenal dengan trah yang penuh amarah.
Mereka yang termasuk dalam trah ini sangat ditakuti oleh para trah lainnya termasuk dari trah ningrat dan trah brotoseno. Saking ditakutinya trah ini, pejabat pemerintah yang memang bersinggungan dengan trah ini akan mendapatkan serangan yang sangat mengerikan.
Tidak sedikit dari mereka memilih untuk bekerja sama dan menjadikan mereka sebagai orang terdekat seperti tangan kanan atau asisten pribadi mereka.
Karena itulah, raden kuncoro sangat mewaspadai keberadaan mereka.
Jika mereka sampai menginjak ke tempat Raden Artonegoro, itu artinya akan ada sesuatu yang harus dibalas oleh karena dendam kesumat yang dilakukan oleh orang-orang mereka terhadap kematian dari Raden Angkoro.
Raden Sengkuni adalah salah seorang yang baru diketahui keberadaannya. Dia termasuk orang yang berada dalam satu kekhususan yang dilakukan oleh salah satu pejabat pemerintah untuk membentuk sebuah kekuasaan yang berdiri tegak tanpa kalah.
Karenanya, atas perlakuan dari mereka sendiri, alam tidak menerimanya. Desa yang seharusnya menjadi sebuah lahan untuk mengambil kekayaan dan keutuhan dari kekuasaannya, kini tenggelam dan menyebabkan banyak sekali kematian di sana.
Lahan menjadi hancur. Rumah-rumah terendam oleh tanah yang bercampur air. Udara panas menyertai sekitarannya. Ternak banyak yang mati. Sebanyak ribuan jiwa keluarga harus mengungsi karena perlakuan mereka yang tidak manusiawi.
Dan kini, mereka mendatangi Keluarga Raden Artonegoro dengan memiliki niat yang terselubung. Entah karena dendam yang mereka inginkan atau karena ada keinginan lain yang harus mereka dapatkan dari Raden Artonegoro.
Tidak lupa pula dengan kemampuan istimewa yang dimiliki oleh Raden Rahardian. Dia yang masih memiliki garis trah timur harus berada dalam ancaman. Jika semuanya tertangkap, maka, habislah riwayat mereka dalam genggaman orang-orang dari timur yang mampu mengendalikan jengges,
danyang dan juga wabah penyakit hanya dalam satu malam.
Walau satu malam, raden sengkuni telah menyebutkan jika dirinya mampu membuat sebuah desa menjadi kering kerontang dalam waktu 40 hari lamanya.
Air jernih akan hilang. Banyak ternak yang mati kelaparan. Sungai menjadi kering. Tumbuhan akan layu. Orang-orang berebut satu sama lain untuk mendapatkan pasokan makanan. Jengges dimana-mana. Wabah penyakit menyiksa jiwa dan juga raga.
Banyak bayi yang gugur dalam kandungan ibunya. Anak-anak kehilangan gizi sehatnya. Para orang tua kehilangan arah.
Agama hanyalah sebuah pegangan yang tatkala dipegang seperti bola api namun ketika dilepas sama saja menghilangkan harga diri.
Kebiadaban manusia di atas iblis telah terbukti. Orang-orang banyak melakukan penjarahan.
Tindakan criminal dimana-mana. Krisis ekonomi menjadi satu penyakit kambuh yang sering terjadi. Pemerintah tutup telinga dan melemparkan banyak asumsi.
‘’Kita harus hentikan orang-orang dari timur itu. Jika tidak, maka, nasib kita akan menjadi budak di bawah kekangannya.’’
Part terakhir akan update pada tanggal 10 Maret 2023. Part terakhir akan banyak kejutan dan memungkinkan tragedi 15 tahun yang lalu akan terjadi.

Bagi yang mau baca duluan atau sekedar support bisa langsung kunjungi karyakarsa, ya. Link di bawah ini
karyakarsa.com/Restuwiraatmad…

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Restu Wiraatmadja

Restu Wiraatmadja Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @RestuPa71830152

Feb 23
SOSOK KETIGA DI BANGSAL RUMAH SAKIT

"Tepat di tengah malam, aku mendengar suara kursi roda yang diseret-seret tepat di depan pintu ruangan. Tak berselang lama, aku juga mendengar suara anak kecil yang tertawa cekikikan layaknya sedang bermain."

#bacahorror @bacahorror_id
‘’Allahu Akbar …. Allahu akbar.’’
Lantunan suara adzan begitu terdengar jelas dari luar ruangan. Aku masih terdiam diri di depan ruangan tempat dimana Ibuku mendapatkan perawatan khusus.
Bagian kiri tangan dan kaki Ibu patah seusai ditabrak lari oleh pengendara motor yang melintasi jalan raya besar di terminal kota Cirebon. Tidak henti-hentinya, aku terus membacakan kalimat dzikir untuk menenangkan hati dan juga pikiran yang sedang kacau ini.
Read 86 tweets
Feb 15
SI DANYANG LEMBAH JENGGES (6)
(Trah Timur Artonegoro)

"Selamat malam, tuan. Dimanakah rumah dari Keluarga Artonegoro?"
#bacahorror #ceritaserem #jengges #ngiprikethek Image
Bagian XI
‘’KEMUNCULAN SANG WAKIL’’
Tubuh warga pendatang baru itu bergetar hebat tatkala dirinya melihat ketiga orang di hadapannya sedang berdekatan dengan pocong. Namun, bukan itu yang ia takutkan.
Read 111 tweets
Feb 10
Ngunduh Jiwo (2)

"Isteriku jadi korban pesugihan perias pengantin."

@bacahorror_id #pesugihan #ceritaserem #ngunduhjiwo Image
Part-2
7 hari sebelum pesta

Wanita itu menangis sembari kedua tangannya menggaruk-garuk bagian bawah kemaluannya. Lalu, bersamaan dengan itu, muncul cairan yang menetes secara perlahan. Semerbak bau busuk mulai tercium.
Read 159 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(