Ngunduh Jiwo (5)

"Isteriku jadi korban pesugihan perias pengantin."

@bacahorror_id #pesugihan #ceritaserem #ngunduhjiwo
Ritual Tengah malam.

Ibu Sri masih terkapar dalam tempat tidurnya. Dia menyadari bahwa pernikahan yang nantinya akan dilakukan oleh anaknya dengan seorang pria yang bernama Bagus tidaka akan berjalan dengan mulus.
Orang tua Bagus hanya menginginkan Dini sebagai wadah dari demit manten yang tiap tahun atau tiap kali anaknya menikah, demit itu akan menjadikan isterinya sebagai wadah.
Kendala terbesar yang nantinya akan di hadapkan oleh Ibu Sri adalah pembuktian terhadap kejahatan yang telah dilakukan oleh Bunda Melati kepada keluarganya.
Ia sama sekali tidak menyangka bahwa semua terror yang terjadi kepadanya merupakan satu dari banyaknya serangkaian rencana yang sudah dipersiapkan oleh keluarga dari Bunda Melati sendiri.
Kini, ibu sri hanya bisa memegangi lukanya sembari melihat langit-langit kamar. Ia juga tidak peduli jika nantinya aka nada terror semacamnya. Ia tampak lelah dan tidak bergairah lagi untuk menjalani kehidupan yang penuh dengan kebohongan.
Namun, hati kecilnya menangis. Dia merasa telah gagal untuk memberikan kebahagiaan kepada anaknya sendiri. Terlebih lagi, keluarganya adalah orang biasa. Rakyat kecil yang sedang memberikan kebahagiaan kepada anak perempuannya.
Saat dimana Ibu Sri sedang memikirkan sesuatu yang tidak-tidak, dia berencana untuk mencari cara agar bisa menghentikan ini semua dengan cepat.
‘’Sisir dan melati …. ‘’
Ucapnya sambil meneteskan air mata
Perlahan, ia membangkitkan tubuhnya yang masih terlentang di kasur. Ia berusaha menarik semua beban rasa sakitnya. Bagian kepala yang sudah terluka, kini berganti kepada bagian leher yang memiliki luka dengan fatal.
‘’Aku harus membakar semuanya.’’
Ibu Sri menengok ke arah jendela kamarnya. Masih ada waktu untuk bisa menghentikan ini semua. Dia hanya membakar semua melati dan sisir pemberian dari perias pengantin yang memberikan efek terror mematikan kepadanya.
Matahari sudah sedikit meredup. Cahayanya benar-benar memberikan kehangatan tapi tidak bagi hati dan pikirannya yang semakin panas seperti terbakar oleh amarah dendam yang menggebu-gebu.
Sembari memegangi lehernya, ibu sri mengangkat satu persatu kakinya dan memindahkannya ke bagian bawah kasur. Ia berencana untuk keluar dari kamarnya dan bertujuan untuk menuju ke kamar Dini.
Saat Ibu Sri membuka pintu kamarnya, ia terkejut dengan kehadiran dua orang asing wanita yang sudah terduduk di ruang tamu.
Dua orang wanita tersebut langsung menundukkan kepalanya sebagai tanda penghormatan kepada Ibu Sri.
‘’Si—siapa kalian?’’
‘’Saya perias pengantin yang ditugaskan oleh Bunda Melati untuk membawa anak Ibu ke tempat kami. Sudah dua hari rasanya dia tidak pernah kembali.
Kami ingin melihat wajah cantiknya dan menyesuaikan lagi dengan riasan yang kami sandingkan untuk pesta pernikahan nanti.’’
‘’Tidak! Saya tidak menyetujui pernikahan ini!’’
Dua orang wanita tersebut adalah Bi Imah dan juga Cici. Keduanya berencana untuk mengambil Dini untuk kembali dirias nanti saat pesta pernikahan tiba.
Cici dan Bi Imah hanya tersenyum. Dia mengetahui akan sesuatu yang tidak bisa diterima oleh Ibu Sri terhadap apa yang memang tidak diketahui oleh anaknya yaitu Dini.
Mereka pun terus beradu argumen. Ibu Sri tetap kekeh untuk tidak menikahkan anaknya dengan Bagus. Ia tahu betul bahwa orang tua Bagus hanya memperalat keluarganya dan berkeinginan untuk menjadikan Dini sebagai salah satu dari tumbal mereka.
Perdebatan itu pun akhirnya memuncak. Ibu Sri meminta kepada Bi Imah dan juga Cici untuk pergi dari rumahnya. Ia bahkan tidak segan untuk mengusirnya dengan cara melempari keduanya dengan menggunakan benda-benda yang ada di sekitarannya seperti sapu dan lain-lain.
Perlakuan dari Ibu Sri pun membuat Bi Imah naik pitam. Ia kemudian mengancam Ibu Sri untuk membuatnya menjadi menderita sampai ajal menjemputnya.
Mendapatkan ancaman seperti itu, ibu sri justru melawan. Ia tidak takut jika dirinya menderita asalkan kebahagiaan akan dimiliki oleh anaknya yaitu Dini.
Bi Imah dan Cici pun akhirnya mengalah. Ia memilih untuk pergi dari rumah Ibu Sri di banding membuat keributan yang tidak layak dan menjadi tontonan warga sekitar. Mereka berdua akhirnya meninggalkan rumah Ibu Sri.
Namun, setelah mereka berdua keluar dari rumah, keduanya kembali mendapatkan umpatan serta cacian dari mulut Ibu Sri yang tidak bisa mengontrol diri.
‘’KALIAN SEMUA PENGABDI SETAN! KALIAN SEMUA SENGAJA MENJADIKAN ANAKKU SEBAGAI KORBAN PESUGIHAN! ENYAHLAH DARI SINI, BAJINGAN!’’
Perkataan itu membuat Bi Imah dan Cici tersenyum. Senyumannya seperti menandakan akan ada rencana selanjutnya untuk menyingkirkan wanita tua yang menjadi penghalang bagi keinginan tuannya.
Jika memang sudah seperti itu, maka, ibu sri akan berhadapan dengan maut seperti apa yang Bi Imah dan Cici pikirkan setelahnya.
Ibu Sri masih memegangi kepalanya. Ia masih merasakan rasa sakit yang begitu kuat di bagian kepala. Rasa sakit yang bersamaan juga terjadi di bagian leher. Setelah dirinya tidak bisa mengontrol diri dan memaki-maki seorang perias pengantin suruhan Bunda Melati,
leher dari Ibu Sri kembali merasakan rasa sakit. Ia hanya bisa bersandar di depan rumah sambil menunggu Dini dan juga suaminya.
Dan tidak berselang lama, pak terjo dan Dini pun kembali ke rumah. Mereka berdua terkejut saat mendapati Ibu Sri sedang bersandar di pintu rumah dengan rambut yang sudah acak-acakan.
Ditambah dengan luka di bagian leher, dini dan Pak Terjo pun mulai khawatir dengan keadaan dari Ibu Sri yang terus menerus mendapatkan hal-hal aneh jika di tinggal sendiri di dalam rumah.
‘’Bu? Ibu kenapa?’’ Tanya Pak Terjo
Ibu Sri hanya menangis. Ia memeluk suami dan juga anaknya yang menjadi tempat untuk berlabuhnya ketenangan di dekatnya.
Air matanya benar-benar mengalir dengan deras. Perasaan kecewa dan sakitnya benar-benar tertampakkan saat itu juga. Pertanyaan besar pun menyelimuti Pak Terjo dan juga Dini.
‘’Leher ibu kenapa, bu?’’ Tanya Dini
Ibu Sri pun langsung menatap tajam ke arah anaknya. Ia kemudian memegangi kerah baju anaknya sambil berkata,
‘’Demit manten itu ada di rumah kita! Mereka berniat menumbalkanmu dan menjadikanmu sebagai wadah!” Jelas Ibu Sri
‘’Wadah?’’ Tanya Dini
Ibu Dini pun langsung melihat banyak melati yang berserakan tidak jauh dari depan rumahnya. Ia kemudian mengambil melati-melati itu seperti orang kesetanan dan menunjukkannya kepada Dini,
‘’Ini! Ini adalah perkaranya! Perias pengantin itu telah menjebak kita! Dia ingin membunuh Ibu dengan ini.’’ Ucap Ibu Sri sembari menunjukkan bunga melati itu kepada Dini.
Dini hanya terdiam. Ia kemudian mengambil bunga tersebut. Matanya seperti terhipnotis untuk memakan bunga tersebut. Perlahan, dini menelan ludahnya seperti menelan dahaga lapar yang sudah ditunggu-tunggu olehnya.
‘’Ini makananku, bu.’’ Ucap Dini
Dini pun membuka mulutnya lebar-lebar. Ia kemudian mengarahkan melati itu ke dalam mulutnya sebelum akhirnya Ibu Sri mengambil lebih dulu bunga melati yang ingin dimakan oleh Dini.
‘’Jangan kau makan bunga ini! Ini harus dibakar! Sisir yang kau gunakan juga harus dibakar!’’ Jelas Ibu Sri
Dini yang mengetahui hal itu langsung marah. Ia kemudian berusaha untuk mengambil paksa bunga melati yang sudah berpegang tangan darinya. Sedangkan Ibu Sri, ia menginjak bunga melati tersebut tepat di hadapan anaknya sendiri.
‘’Gara-gara ini, leherku jadi terluka! Gara-gara ini, kehidupanku juga jadi hancur!’’
Pak Terjo dan Dini hanya terdiam sambil melihat tingkah Ibu Sri yang sangat emosi terhadap bunga melati yang tersebar di hadapan rumahnya.
Keduanya masih belum paham, apa yang terjadi kepada Ibu Sri. Namun, dari raut wajahnya yang penuh kekesalan, pak terjo dan Dini merasa ada yang tidak beres dengan Ibu Sri sampai-sampai dirinya harus menginjak-injak bunga melati tersebut.
Setelah puas menginjak-injak bunga melati, ibu sri kehilangan keseimbangannya. Tubuhnya tiba-tiba terjatuh. Ibu Sri kembali pingsan.
Mukanya semakin pucat. Sepertinya, ibu sri kelelahan. Mental dan fisiknya benar-benar diserang beberapa hari ini. Mungkin, penyebab dari ini semua adalah ketakutan yang dirasakan oleh Ibu Sri sendiri.
Pak Terjo segera mengangkat tubuh Ibu Sri ke dalam kamar. Dini masih berada di luaran rumah. Ia masih menatap bunga-bunga melati yang diinjak-injak oleh Ibunya.
Seakan kebiasaannya sudah mendarah daging, dini segera berlari ke tempat dimana bunga melati itu diinjak-injak. Ia kemudian mengambil satu persatu melati itu lalu melahapnya seperti orang yang sedang kelaparan.
‘’Allahu akbar … Allahu akbar … ‘’
Waktu maghrib berkumandang. Orang-orang di desa wongso segera masuk ke dalam rumah. Mereka tahu jika waktu maghrib adalah waktu yang sangat sakral melebih waktu-waktu lainnya.
Keadaan Ibu Sri sedikit membaik. Ia hanya perlu beristirahat penuh dan diberika perawatan yang terbaik.
Pak Terjo mengundang salah seorang ustadz yang memang berasal dari sekitaran desa.
Katanya, ustadz tersebut pernah mengobati orang-orang yang memang mendapatkan gangguan yang sama seperti yang telah terjadi kepada Ibu Sri.
Saat dimana sang ustadz ingin memasuki rumah, dia merasa ada gesekan energi dari dalam rumah tersebut.
Menurut Ustadz tersebut, ibu sri mengalami gangguan ghaib yang mungkin saja disebabkan oleh sesuatu yang berada di sekitaran rumahnya.
‘’Sudah berapa lama terror ini terjadi?” Tanya ustadz tersebut kepada Pak Terjo
‘’Kira-kira, sudah hampir 2 hari ini, ustadz.’’
‘’Apakah sebelumnya pernah ada orang asing yang pernah memasuki rumah ini selama dua hari kemarin?”
Pak Terjo terdiam. Ia bahkan tidak mengetahui akan hal tersebut. Begitu juga dengan Dini, dia hanya menatap ustadz tersebut dengan tatapan yang tajam sambil memakan bunga melati yang sudah dia letakkan ke dalam mangkuk kecilnya.
Keanehan yang terjadi pada Dini pun menarik perhatian ustadz tersebut. Ia kemudian mendekati Dini yang sedang memakan melati dengan tatapan yang berubah drastis menjadi tatapan yang sangat kosong.
‘’Sudah berapa lama anakmu memakan melati ini, pak?’’ Tanya ustadz itu kepada Pak Terjo
‘’Sudah dua hari, pak.’’
‘’Siapa yang menyuruh dia memakan bunga melati ini?’’
‘’Anu, pak. Itu atas perintah dari calon mertuanya. Katanya, melati ini diberi oleh perias pengantin yang nantinya akan merias Dini di hari pernikahannya.’’
‘’Calon pengantin, ya?’’
Saat dimana ustadz tersebut sedang menatap Dini, tiba-tiba, wajah Dini mendadak berubah menjadi sosok wanita pengantin.
‘’Astaghfirullah …. ‘’
‘’Kenapa, ustadz?’’
‘’Aku tahu sumber masalah ini.’’
Ustadz tersebut meminta segelas air kepada Pak Terjo. Dia ingin mengeluarkan sesuatu yang memang sudah mengendap di dalam tubuh Dini dan menjadi penyebab dari gangguan aneh yang terus menerus menerror Ibu Sri.
Setelah Pak Terjo mengambilkan segelas air, ia pun langsung menyerahkannya kepada ustadz tersebut.
‘’Dia bukan orang yang pertama, pak.’’
‘’Maksudnya ustadz?’’
‘’Nanti bapak tahu setelah saya mencipratkan air ini ke wajahnya. Tapi sebelum itu, tolong tutup kamar isteri Bapak.’’
Pak Terjo pun langsung menutup pintu kamar isterinya sesuai dengan arahan ustadz tesebut. Ia tidak tahu, apa yang sedang direncanakan oleh ustadz tersebut sampai-sampai harus meminta kepadanya untuk menutup pintu kamar isterinya.
Mulut ustadz tersebut membaca sesuatu seperti do’a khusus yang berguna untuk meruqyah seseorang yang memang sedang berada di dalam gangguan. Tidak berselang lama, ustadz itu mulai mencipratkan air ke wajah Dini.
Dan hal yang mengerikan pun terjadi …
Tiba-tiba, lampu rumah menjadi mati. Angin bertiup dengan kencangnya hingga membuat jendela rumah menjadi terbuka. Terdengar suara-suara aneh dari luaran. Dini yang awalnya menatap ustadz tersebut, kini dirinya mengganti posisi wajahnya menjadi menunduk ke arah bawah.
Sang ustadz seperti mengetahui sosok yang merasuki tubuh Dini. Dia yakin, sosok yang sama pernah dia temui namun dengan wadah atau orang yang berbeda.
‘’Assalamu’alaikum … ‘’
Ustadz itu memulai pembicaraan dengan menyapa sosok yang merasuki Dini. Namun, sosok yang merasuki Dini menjawabnya dengan tawaan ringan layaknya orang yang sedang meremehkan sesuatu yang ada di hadapannya.
‘’Kita bertemu lagi, rahayu.’’
‘’Opo gelemmu, tadz?’’
(Apa keinginanmu, tadz?)
‘’Aku ingin, kamu keluar dari tubuh ini dan kembali ke tuanmu.’’
‘’HAHAHA … AWAKMU WERUH WULAN MANTEN? WULAN SING DADI WULAN KEPATI KABEH MANTEN ING DESO NANG KENE?’’
(HAHAHA … DIRIMU TAHU BULAN PENGANTIN? BULAN YANG MENJADI BULAN TERIKATNYA SEMUA PENGANTIN DI DESA INI?)
Pak Terjo tidak menyangka, jika anaknya dirasuki oleh sesuatu. Jika memang ini benar adanya, maka, apa yang terjadi kepada isterinya adalah karena ulah sosok yang merasuki tubuh Dini.
‘’Dadi? Opo gelemmu?’’
(Jadi? Apa keinginanmu?) Tanya Sang Ustadz
Tangan-tangan Dini mulai mengeluarkan urat-uratnya. Dia seakan benci dengan ustadz yang ada di hadapannya, dia pun langsung mengarahkan tangannya ke wajah Ustadz tersebut dan mencengkramnya dengan kuat.
‘’OJO MELOK-MELOK MARING URUSANKU!’’
(JANGAN IKUT-IKUTAN DENGAN URUSANKU)
Sang Ustadz berusaha melepaskan tangan yang mencengkram wajahnya dengan kuat. Pak Terjo ingin membantu ustadz tersebut, namun anehnya, dia langsung terpental seperti ada sesuatu yang melarangnya untuk mendekat.
‘’OJO GANGGU RITUALKU!”
(JANGAN GANGGU RITUALKU!)
Sosok yang merasuki tubuh Dini kembali memberikan ancaman. Kali ini, dia mengancam kepada ustadz tersebut untuk tidak mengganggunya tepat di malam ritual tiba.
Namun, lagi dan lagi. Sang Ustadz hanya membaca dzikir sembari menahan tangan dari Dini yang dengan kuatnya mencengkram wajah sang ustadz dengan sangat kuat.
‘’OJO NJUPUT TUMBALKU!”
(JANGAN AMBIL TUMBALKU!)
Saat kalimat tumbal itu diucapkan, pak terjo langsung terkejut. Ia baru mengetahui jika anaknya sudah ditandai dengan cara dijadikan tumbal oleh seseorang lewat dengan sosok yang merasuki tubuh Dini.
Pak Terjo hanya bisa mengulurkan tangannya sembari meminta kepada Ustadz tersebut untuk menyadarkan Dini dengan cepat.
Namun, usahanya sia-sia. Saat dimana Ustadz tersebut ingin melepaskan sosok yang merasuki tubuh Dini, tiba-tiba, ada bayangan hitam yang keluar dari tubuh Dini dan masuk ke dalam kamar Ibu Sri dengan cepat.
Saat ustadz tersebut ingin mengejarnya, pintu kamar mendadak tertutup dengan sendirinya.
Lampu rumah kembali menyala. Keadaan menjadi normal. Hanya saja, ada yang tidak beres dengan Ibu Sri yang tiba-tiba langsung sadar saat pintu tersebut menutup dengan sendirinya.
Mula-mula, mereka berdua segera mengangkat tubuh Dini ke kamarnya. Lalu, mereka kembali lagi untuk menyelamatkan Ibu Sri yang sedang terperangkap di dalam kamar.
Entah apa yang terjadi di dalam, mereka mendengar seperti ada sesuatu yang sedang dilakukan oleh Ibu Sri. Dan benar saja, tidak berselang lama kemudian terdengar suara teriakan minta tolong dari dalam kamar tersebut.
Ustadz itu meminta kepada Pak Terjo untuk membantunya mendobrak pintu. Dan saat pintu didobrak, …
Mereka berdua melihat sesuatu yang kurang mengenakkan untuk di pandang. Ibu Sri sedang membuka seluruh pakaiannya dan menggaruki sekujur tubuhnya dengan kuku-kuku di tangannya hingga menyebabkan tubuhnya menjadi terluka.
‘’Astaghfirullah … ‘’
‘’Ibu!!!’’
Sang ustadz menjadi serba salah. Di lain sisi, dirinya ingin menyelamatkan Ibu Sri. Namun, di sisi lain, aurat Ibu Sri terbuka dengan jelas.
Untuk menyelesaikannya, pak terjo pun segera memakaikan lagi seluruh pakaian yang sudah dilepas oleh Ibu Sri untuk nantinya dapat dengan mudah si ustadz tersebut dalam mengeluarkan sosok yang sedang berpindah wadah ke dalam tubuh Ibu Sri.
Malam itu, sang ustadz segera menenangkan keadaan. Dirinya seperti terbawa ke masa lalu saat berusaha menyelamatkan seseorang yang kasusnya sama seperti apa yang terjadi kepada Dini dan juga Ibu Sri.
Setelah selesai, sang ustadz pamit untuk pulang. Ia meminta kepada Pak Terjo untuk mengelilingi rumahnya di tiap pagi, siang dan menjelang maghrib. Jika ada bunga melati yang berserakan, segera ambil dan bakar.
4 hari sebelum Pesta Pernikahan
(Desa Tejo Kromo)
Waktu kembali berputar dengan cepat. Mentari bersinar dengan terangnya di desa tejo kromo. Suara ayam yang berkokok terus menerus bersahutan.
Kini, pak sumardi dan Ibu Sumi kembali memiliki tugas terhadap pemecahan konflik lama yang telah terjadi di dua desa yang berbeda yaitu desa tejo kromo dan juga desa wongso.
Mereka berdua kembali berangkat ke desa wongso untuk menemui Mbah Sur. Tujuannya adalah untuk menggali informasi lebih dalam terkait dengan praktik ilmu hitam yang dilakukan oleh keluarga dari Bagus sendiri.
Tidak seperti hari-hari biasanya, pak sumardi dan Ibu Sumi justru terus mengunjungi desa wongso untuk membongkar lebih dalam terkait dengan sesuatu yang sudah lama belum juga terpecahkan.
Perjalanan kali ini cukup memakan waktu yang lama. Selain dengan kendaraan yang seadaanya, mereka berdua juga sudah berumur. Kini, keduanya sama-sama berjuang untuk mengetahui lebih dalam terkait dengan misteri yang sudah lama terpendam di desanya
Tiba di desa wongso, ibu sumi dan Pak Sumardi langsung bertolak ke rumah Mbah Sur. Keduanya memang sudah janjian terlebih dahulu untuk mengobrol lebih panjang akan cerita yang belum pernah ia ketahui sebelumnya.
Dan saat dimana ketika mereka tiba di rumah Mbah Sur, mbah sur sudah berdiri di depan rumah sambil mengulurkan tangannya.
‘’Ayo cepat masuk! Kalian harus tahu ini!’’
Pak Sumardi dan Ibu Sumi segera masuk ke dalam rumah Mbah Sur. Sepertinya, mbah sur memiliki cerita yang menarik sampai-sampai dirinya begitu antusias untuk membagikan ceritanya kepada Pak Sumardi dan Ibu Sumi.
‘’Semalam, ada salah seorang warga yang mengalami kerasukan. Namun, sosok yang merasukinya selalu berpindah wadah.’’
‘’Berpindah wadah? Maksudnya, mbah?’’
‘’Namanya Ibu Sri dan Dini. Aku baru tahu, jika Dini adalah wanita yang nantinya akan dijodohkan oleh Bagus.’’
Ibu Sumi dan Pak Sumardi masih belum paham dengan cerita Mbah Sur yang sedikit kurang jelas terhadap alur cerita yang dia ceritakan.
‘’Begini-begini … Beberapa hari ke depan, bulan pernikahan akan tiba.
Tepat bulan itu tiba, bagus akan menikah dengan seorang gadis yang berasal dari desa wongso yang bernama Dini. Namun, selama beberapa hari ini, orang tuanya selalu mendapati terror yang mengerikan. Dan ini salah satunya … ‘’ Ucap Mbah Sur sembari menunjukkan luka di lehernya.
‘’Luka leher?’’
‘’Benar. Leher Ibu Sri terluka karena dirinya menggorok lehernya sendiri dengan pisau dapur. Untungnya, dia masih bisa diselamatkan.’’
Ibu Sumi dan Pak Sumardi sempat menaikkan alis matanya sebagai tanda ngilu mendengar cerita seram itu. Mereka berdua tidak bisa membayangkan jika leher sendiri digorok menggunakan pisau dapur.
‘’Belum cukup sampai di situ. Malam tadi, ibu sri kerasukan sesuatu yang berasal dari tubuh Dini. Ternyata, sosok itu berpindah wadah dari Dini ke tubuh Ibu Sri.’’ Tambah lagi Mbah Sur
‘’Lalu? Apa yang terjadi?’’ Tanya Pak Sumardi
‘’Ibu Sri menggaruk tubuhnya sendiri dengan kedua tangannya sampai terluka. Mula-mula, dia membuka semua pakaiannya sampai tidak ada satu kain pun yang menempel di tubuhnya.
Lalu, dia menggaruk tubuh, kemaluan dan bagian payud*ra hingga tergores oleh kuku-kukunya.’’
Tidak disangka, ternyata memang benar adanya. Ibu Sumi sudah memprediksikan dari awal jika Bagus mencari wanita di desa wongso. Benar seperti apa yang dikatakan oleh orang tua dari almarhum wati.
Keluarga Bagus mungkin saja dalang dari perbuatan kejam ini. Mereka jelas-jelas telah melakukan dosa besar terhadap orang-orang yang tidak bersalah demi kepentingan pribadi yang dia jalankan bersama dengan orang-orangnya.
‘’Lalu? Apa yang harus kami lakukan?’’ Tanya Ibu Sumi kepada Mbah Sur
‘’Biasanya, perias pengantin itu akan mendatangi rumah dari calon pengantin Bagus. Aku mengenali rupanya.’’
Mbah Sur berniat membantu Pak Sumardi dan Ibu Sumi untuk mengetahui perias pengantin dari setiap calon pengantin yang akan dinikahkan oleh Bagus.
Karena itulah, kesempatan ini menjadi kesempatan yang sangat langka. Di sisi lain, kesempatan ini hanya sekali datangnya.
Kesabaran yang dilakukan oleh Pak Sumardi dan Ibu Sumi benar-benar membuahkan hasil. Sebentar lagi, keduanya akan mengetahui terkait dengan misteri kematian para pengantin yang meninggal setiap bulan pengantin tiba.
Sementara itu …
Desa Tejo Kromo
Bi Imah kembali menghadap Bunda Melati. Dia sepertinya ingin memberitahu akan sebuah hal terkait dengan pekerjaannya saat ini.
‘’Bunda … Akan ada banyak pengganggu dalam acara bulan pernikahan tiba nanti.’’
‘’Aku tahu … ‘’
‘’Mungkinkah ritualnya dipercepat?’’
‘’Sabar sejenak. Kita ikuti semua keinginannya. Yang terpenting, kita harus tahu, siapa yang benar-benar berkontribusi untuk menggagalkan rencana kita.’’
Bulan pernikahan akan tiba. 4 hari dari sekarang, orang-orang berbondong-bondong untuk menikah. Akan tetapi, bunda melati dan juga Bi Imah telah menyusun rencana untuk melancarkan aksinya.
Namun, dapatkah Pak Sumardi dan Ibu Sumi membongkar misteri ngunduh jiwo ini?
Part-6 akan update pada tanggal 10 Maret 2023. Di part ini akan membongkar teka-teki kematian dari Kusumuwati dan motif tersembunyi di balik ngunduh jiwo terhadap keluarganya.
Bagi yang mau baca duluan atau memang sekedar support, bisa langsung klik link karyakarsa ini aja ya.
karyakarsa.com/Restuwiraatmad…

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Restu Wiraatmadja

Restu Wiraatmadja Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @RestuPa71830152

Mar 1
SI DANYANG LEMBAH JENGGES (7)
(Trah Timur Artonegoro)

"Tertangkapnya Raden Artonegoro."
#bacahorror #ceritaserem #jengges #ngiprikethek
‘’PERANGKAP’’
Irham dan Rosikin tidak percaya jika dia berhadapan langsung dengan manusia aneh yang memiliki sifat layaknya iblis. Berbaju kesombongan dan bertopi keserakahan.
Dia adalah Raden Sengkuni. Salah satu dari keturunan timur yang sangat ditakuti oleh orang-orang bahkan beberapa pejabat pemerintahan pun tunduk kepadanya.
Read 120 tweets
Feb 23
SOSOK KETIGA DI BANGSAL RUMAH SAKIT

"Tepat di tengah malam, aku mendengar suara kursi roda yang diseret-seret tepat di depan pintu ruangan. Tak berselang lama, aku juga mendengar suara anak kecil yang tertawa cekikikan layaknya sedang bermain."

#bacahorror @bacahorror_id
‘’Allahu Akbar …. Allahu akbar.’’
Lantunan suara adzan begitu terdengar jelas dari luar ruangan. Aku masih terdiam diri di depan ruangan tempat dimana Ibuku mendapatkan perawatan khusus.
Bagian kiri tangan dan kaki Ibu patah seusai ditabrak lari oleh pengendara motor yang melintasi jalan raya besar di terminal kota Cirebon. Tidak henti-hentinya, aku terus membacakan kalimat dzikir untuk menenangkan hati dan juga pikiran yang sedang kacau ini.
Read 86 tweets
Feb 15
SI DANYANG LEMBAH JENGGES (6)
(Trah Timur Artonegoro)

"Selamat malam, tuan. Dimanakah rumah dari Keluarga Artonegoro?"
#bacahorror #ceritaserem #jengges #ngiprikethek Image
Bagian XI
‘’KEMUNCULAN SANG WAKIL’’
Tubuh warga pendatang baru itu bergetar hebat tatkala dirinya melihat ketiga orang di hadapannya sedang berdekatan dengan pocong. Namun, bukan itu yang ia takutkan.
Read 111 tweets
Feb 10
Ngunduh Jiwo (2)

"Isteriku jadi korban pesugihan perias pengantin."

@bacahorror_id #pesugihan #ceritaserem #ngunduhjiwo Image
Part-2
7 hari sebelum pesta

Wanita itu menangis sembari kedua tangannya menggaruk-garuk bagian bawah kemaluannya. Lalu, bersamaan dengan itu, muncul cairan yang menetes secara perlahan. Semerbak bau busuk mulai tercium.
Read 159 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(