Nasura Profile picture
Mar 10 52 tweets 8 min read
Bismillah...

"Kau lancang mengambil tumbalku maka bersiaplah untuk menjadi pengganti"

A Tread Horror Base on True Story

TUMBAL PENGGANTI

#bacahorror @bacahorror #ceritaht @ceritaht
@C_P_Mistis @P_C_HORROR @autojerit #3 Image
Hi semua sesuai janjiku ya, kita marathon. Kita lanjut bab 03, jangan lupa like, comment, rt dan Qrt, agar nggak ketinggalan bab selanjutnya.
BAB-03 MISTERY KELUARGA RIYANA

Aku terbangun di rumah sakit, ibu dan ayah serta Riyana ada di sampingku, aku memindai seisi ruangan. Mereka menyambutku dengan senyum sumringah, "akhirnya kau bangun," ucap ibu.
"Sudah berapa lama aku di sini bu?" tanyaku.
"Seminggu," jawab ibu lembut, "seminggu?!"
"Iya, Maman yang membawamu ke rumah sakit," ucap ibu menjelaskan, kau tergelincir saat mengejar Indri, tubuhmu terguling beberapa lama sebelum akhirnya menabrak pohon."
"Maman?!" tanyaku bingung, tidak percaya dengan ucapan ibu. Ada kengerian saat mendengar namanya. Namun kemudian aku ingat ayah mertua, "bagaimana dengan ayah, Ri?"
"Ayah baik-baik saja, Wa," jawab Riyana.
"Tadi ayah mertuamu juga di sini menungguimu, sekarang sedang shalat duhur," ucap ayah menambahkan. Aku sedikit bingung dengan jawaban Riyana dan ayah,
“bagaimana beliau baik-baik saja? sedang aku pingsan sampai seminggu?! padahal kita sama-sama dipukuli oleh Maman?! bukan jatuh tergelincir.” Ucapku di dalam hati, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa semua jadi membingungkan seperti ini?
"Sudah nggak usah khawatir, ayah tidak terluka sedikit pun. Indri juga sudah baikan kok, yang terpenting sekarang kau fokus sama pemulihanmu," ucap Riyana panjang lebar. Aku melongo tidak percaya, apa yang kualami dengan penjelasan Riyana jelas berbeda.
Siapa sesungguhnya Maman? Apa ayah mertua bersekongkol dengannya untuk menyakitiku? Sementara ini aku hanya bisa diam, aku akan menyelidiki semuanya saat sudah keluar dari rumah sakit.
“Apakah Maman juga yang membawa Indri kembali?” tanyaku penuh selidik.

“Tentu saja, ayah juga pingsan saat ditemukan, jauh dari atas bukit.” Jawab Riyana menjelaskan.
“Maksudmu ayah dan aku ditemukan di lokasi yang berbeda?” Riyana tidak menjawab pertanyaaku, hanya mengangguk pelan. Aku menatap Riyana, lekat. Berusaha mencari jawaban atas kejujuran ucapannya. Dia berpaling, menghindari tatapanku.
“Apakah Riyana sedang berbohong? Kenapa dia menghindari tatapanku?” Entahlah, kenapa aku menjadi curiga kepada semua orang termasuk Riyana,
kami berangkat baik-baik dari rumah untuk mengobatkan Indri, lalu tiba di lokasi dengan alasan keamanan hanya dua orang yang boleh ikut masuk ke dalam hutan. Kemudian Komar menolak untuk pergi, akhirnya aku yang ikut.
Saat terjadi insiden terjadi, kenapa semua orang baik-baik saja, dan hanya aku yang terluka? Apa semua sudah direncanakan? Sekarang aku di rumah sakit tidak ada satupun yang muncul di hadapanku. Hanya Riyana yang datang.
Semenjak aku siuman, Riyana hanya sesekali datang, itupun tidak pernah menginap, selalu ibu dan ayah serta kakakku yang bergantian menjagaku.
Setelah dua minggu, aku diperbolehkan pulang, aku memilih pulang ke rumahku sendiri, meski ibu memaksa agar sementara waktu aku tinggal di rumah keluarga.
Akhirnya, ibu dan ayah yang mengalah tinggal di rumahku untuk sementara waktu. Riyana tidak ada di rumah saat kami sampai rumah, "kemana istrimu Le, bukankah seharusnya dia sudah pulang kerja?" tanya ibu datar.
“Mungkin ke rumah orang tuanya, Bu," jawabku canggung.
"Oalah, suami sakit kok yo sempat-sempatnya," keluh ibu, muka ibu tambah masam saat melihat kondisi rumah yang berantakan.
Sambil mengomel ibu marapikan rumah, ibu terus melakukan pekerjaannya meski sudah kularang. Jujur aku sedikit kecewa kepada Riyana.
Dia jarang menjengukku, juga tidak mengurus rumah dengan baik. Ada jasa cleaning service jika dia tidak mau mengerjakan sendiri. Selama ini, memang aku yang selalunya menghubungi perusahaan jasa cleaning service.
Aku menghubungi ponsel Riyana berkali-kali tapi tidak aktif. Akhirnya tanpa sepengetahuan ibu dan ayah, aku menyelinap keluar rumah, mencari istriku.
Saat aku sampai di rumah mertua, mereka semua sedang bercengkrama hangat di ruang tengah. Suasana menjadi canggung saat aku datang, “entah apa yang membuat suasana langsung berubah, mungkin perasaan bersalah, atau kecurigaanku benar bahwa mereka sengaja mencelakaiku?”
“Apa bapak baik-baik saja?” sapaku, penuh selidik. Berbasa-basi menanyakan keadaan ayah mertua, meski jelas bahwa beliau baik-baik saja. Aku menatap beliau dari ujung kaki hingga ujung rambut, tubuhnya bahkan tidak ada yang lecet sedikit pun.
Ayah mertua tampak salah tingkah saat aku tatap sedemikian rupa, tanpa memperdulikan beliau yang salah tingkah, aku berpamitan untuk ke rumah Indri. Komar tampak sangat terkejut, jelas dia juga tidak nyaman dengan kedatanganku. Aku berbasai-basi menanyakan keadaan Indri.
“Apa Indri baik-baik saja?” ucapku datar.

“Indri baik-baik saja,” jawab Komar tak kalah datar, lalu mempersilahkan aku untuk menemui Indri. Seperti halnya ayah mertua, Indri pun tampak baik-baik saja, tubuhnya tidak terluka sedikit pun.
Setelah memastikan yang ingin kulihat, aku pamit pulang, tanpa mampir ke rumah mertua. Aku juga tidak mengajak Riyana pulang, entahlah, harga diriku terlukai dengan sikap Riyana yang lebih mementingkan bercengkrama dengan keluarganya dari pada mengurusku di rumah sakit.
Saat aku sampai rumah, ibu dan ayah tampak cemas menungguku di beranda. Aku memang meninggalkan ponselku di rumah.

"Oalah Le, dari mana saja to? kok ndak pamit," sambut ibu, ada sedikit kelegaan di wajah ayah dan ibu melihatku datang.
"Maaf, Dewa hanya mencari udara segar," jawabku canggung. Akhirnya kami masuk rumah, tak lama setelah itu, Riyana juga datang, tidak ada rasa bersalah sedikit pun di raut mukanya. Ibu dan ayah langsung berpamitan untuk beristirahat di kamar. Aku pun melakukan hal yang sama.
Riyana menyusulku ke tempat tidur setelah membersihkan diri, aku mematikan lampu di atas nakas yang berada di samping tempat tidur lalu pura-pura tidur.
Beberapa saat kemudian aku mendengar dengkuran halus Riyana. Sementara aku terjaga hampir sepanjang malam, aku mulai merasa tidak mengenali istriku.
“Benarkah perempuan yang ada di sampingku sekarang adalah Riyana yang kukencani beberapa tahun sebelum akhirnya aku nikahi?”
_________________________
Sebelum subuh, aku putuskan menyelinap keluar rumah, tujuanku adalah mencari Maman. Aku sudah tidak bisa menunda, kepalaku terasa sakit tiap kali memikirkan Riyana dan keluarga besarnya. Segala kerumitan yang menimpaku dan tingkah Riyana benar-benar membuat aku tidak tahan.
Matahari muncul malu-malu di balik pepohonan saat aku sampai di depan rumah Maman, seorang nenek menyambutku.
"Sepertinya kau orang asing? aku tidak pernah melihatmu," ucapnya, tatapannya penuh selidik.
"Benar Nek, saya datang dari kota, saya mencari Maman," jawabku, santun.
"Maman___?" nenek tampak befikir keras, kemudian berkata, "oh orang asing itu, yang sempat tinggal di sini seharian saat aku tinggal ke mbabatan." Mbabatan adalah istilah yang dipakai oleh orang daerah tapal kuda, yang berarti kebun di tengah hutan.
Penjelasan nenek membuatku terkejut, reflek bibirku berucap, "orang asing?!"
"Iya, beberapa waktu lalu ada orang asing yang tersesat ke sini, lalu memohon untuk beristirahat di sini. Karena nenek sedang sibuk panen, jadi aku tinggal ke mbabatan. Eh sorenya pas aku balik, dia sudah tidak ada di sini."
Aku semakin bingung mendengar penjelasan nenek, setelah beberapa saat aku berpamitan. Sebelum aku pergi aku bersalaman lalu mengucapkan terimakasih. Namun nenek justru menahan tanganku beberapa saat, raut mukanya tiba-tiba berubah.
"Rupanya laki-laki yang kau sebut Maman itu telah menipumu," ucap nenek lirih, tapi cukup jelas di telingaku.
"Maksud Nenek?" tanyaku ingin memastikan maksud dari ucapannya.
Nenek terdiam beberapa saat, lalu terkekeh, "ah, sudahlah anggab saja nenek salah bicara," ucapnya kemudian, Beliau menatapku, iba. Kami terdiam beberapa saat, karena merasa datang ke tempat yang salah kemudian aku memohon diri,
belum tujuh langkah aku meninggalkannya halaman rumah, Beliau menghentikan langkahku.

"Tunggu Le!"
Nenek melangkah mendekatiku, "obat dari kakak iparmu ada di timur selatan, tapi jika dia sembuh mereka pasti akan mengambil pengganti," ucap nenek datar. Setelahnya, beliau langsung berbalik kemudian masuk rumah, lalu menutup pintu.
Meninggalkanku terpaku dengan banyak pertanyaan di benakku, “timur selatan? Meminta pengganti? Apa maksudnya?” ingin sekali kembali mengetuk pintu dan meminta penjelasan beliau tapi kuurungkan.
“Beliau menutup pintu, artinya sudah tidak ingin diganggu.” Beberapa saat kemudian aku tersadar oleh kicauan burung, hari memang masih pagi. Angin pagi semilir menerpa wajahku, entahlah ada damai yang menyelusuf di sanubari.
Sepanjang perjalanan aku memikirkan kalimat nenek, semua ucapannya terekam jelas di otakku. Ada kelegaan saat memikirkan Indri akan sembuh. Namun dua kalimat terakhir terasa janggal di telinga, "mengambil pengganti?" apa sesungguhnya maksud dari kalimat ini?
Hampir dhuhur aku sampai rumah, Riyana sudah pergi kerja, sedang ayah dan ibu tampak cemas menungguku di beranda. Tergambar jelas di sorot mata kedua orang tuaku saat aku datang, kali ini baik ayah maupun ibu tidak menanyakan apa-apa tapi langsung membimbingku ke meja makan.
Setelah makan aku menceritakan semua yang kualami pagi ini, ibu dan ayah tampak tidak terkejut, "aku sudah menduga kau pasti menyelidiki masalah ini, meski kami tidak ikut mengantar Indri, kami sesungguhnya mengerti apa yang sesungguhnya sedang terjadi," ucap ayah panjang lebar
"Maksud ayah?" tanyaku, tidak mengerti.
"Dari semua orang yang ikut dalam rombongan kau satu-satunya yang bukan keluarga, meski benar kau menantu. Lalu kenapa hanya kau yang terluka parah? Sementara, semua orang baik-baik saja, sedikitpun tidak ada yang terluka.
Meski mereka menolongmu, tapi mereka telah terang-terangan membahayakan nyawamu, itu sesungguhnya ancaman. Jika lain waktu kau masih ikut campur tentang kesehatan Indri, mungkin mereka tidak akan segan berbuat yang lebih buruk."
"Ah, ayah ini berlebihan," bantahku canggung, meski sesunguhnya hati kecilku membenarkan pendapat ayah. Namun, benarkah keluarga Riyana sejahat itu? Kupikir aku telah mengenal mereka dengan baik. Nyatanya, begitu banyak mistery yang menyelimuti keluarga Riyana.
_________________
Bersambung
yang mau baca duluan lanjutannya, bisa kesini ya, karyakarsa.com/Karenina/bab-0…
atau mau baca full episode bisa ke sini, karyakarsa.com/Karenina/serie…

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Nasura

Nasura Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @nasura2101

Mar 12
Bismillah....

"Kau lancang mengambil tumbalku, maka bersiaplah untuk menjadi pengganti!"

A Tread Horror Base on True Story

TUMBAL PENGGANTI

#bacahorror @bacahorror #ceritaht @ceritaht
@C_P_Mistis @autojerit @P_C_HORROR #05 Image
Sesuai janjiku, kita marathon, kita up bab selanjutnya. Jangan lupa like, comment, rt, qrt, agar tidak ketinggalan bab selanjutnya.
BAB-04 TERJEBAK DI DALAM HUTAN

Pak Kiyai berbisik di telinga ibu mertua, ibu mertua seperti terbangun dari kesedihan. Mulutnya mulai komat-kamit membaca sesuatu, aku memperhatikan dengan seksama gerak bibirnya.
Read 52 tweets
Mar 11
Bismillah...
"Kau lancang mengambil tumbalku, maka bersiaplah menjadi pengganti!"

A Tread Horror Base on True Story

TUMBAL PENGGANTI

#bacahorror @bacahorror #ceritaht @ceritaht
@C_P_Mistis @autojerit @P_C_HORROR #4 Image
Assalamualaikum...
Happy weekend ya, met malming, meski sendiri semoga sehat dan bahagia selalu, Amiiin...
Ada seseorang mengatakan padaku, "kalau kau terus milih buat sendiri, kau itu kayak arwah gentayangan." Aku ngakak, menurut temen-temen gimana?
Jangan lupa like dan comment, rt, Qrt, supaya nggak ketinggalan bab selanjutnya. Mari kita mulai bab 04, Bismillah...
Read 57 tweets
Mar 9
Bismillah...

A tread horror base on true story

TUMBAL PENGGANTI

#bacahorror @bacahorror @ceritaht #ceritaht
@C_P_Mistis @P_C_HORROR @autojerit #02 Image
BAB 02 BAB-01 TEKA-TEKI DIBALIK KECEKAAN YANG MENIMPAKU

Insident itu cukup membuatku sedikit tertekan, aku mulai mempertanyakan keputusanku. Tapi, aku bisa apa? undangan sudah disebar, persiapan pernikahan 95% sudah selesai.
Terlebih lagi, rasa cinta pada Riyana yang membuatku pantang mundur.
Read 60 tweets
Mar 9
Bismillah...

"Kau lancang mengambil tumbalku, bersiaplah untuk menjadi pengganti."

Tread horror base on true story

TUMBAL PENGGANTI

#bacahorror @bacahorror #ceritaht @ceritaht
@C_P_Mistis @P_C_HORROR @autojerit
Bismilah...
Apa kabar semua, semoga penjenengan semua senantiasa dalam lindungan-Nya. Nay repost ya kisah ini, mau langsung update pas bab yang belum di update pastinya penjenengan semua sudah lupa kisah sebelumnya.
Nulis kisah ini banyak rintangannya, pas bab 12 tiba-tiba ada kejadian di kantor yang bikin aku benar-benar nggak bisa ngelanjutin. Dua bulan kemudian baru bisa lanjut, pas baru mulai lagi ada kejadian di rumah yang memaksaku untuk jeda lagi.
Read 65 tweets
Nov 27, 2022
TERSESAT DI DESA BUNIAN
BAB 16 EXTRA PART (PULANG)
@ceritaht @C_P_Mistis @P_C_HORROR @autojerit @IMatsirat @ArifKakung
Cahaya hangat mentari mengiringi perjalanan pulang ketujuh remaja itu, perasaan lega terpancar pada wajah-wajah lelah mereka. Mereka seperti masih tidak percaya, akhirnya mereka bisa pulang dengan selamat.
Kuda Besi yang mereka kendarai, melaju perlahan meninggalkan Desa Neo. Breki menatap mereka dengan tatapan yang susah diartikan.

“Kau tidak perlu mengkhawatirkan nasib mereka,” ucap Nek Beti.
Read 27 tweets
Nov 26, 2022
TERSESAT DI DESA BUNIAN
BAB -15 ENDING
@ceritaht
@IMatsirat
Hi semua, akhirnya ending juga ya.
Selamat membaca.

Pancaran energi yang sangat besar dari para makhluk Bunian, membuat tubuh semua yang ada disitu bergetar hebat. “Benar-benar pancaran energi yang luar biasa."
Para makhluk Bunian, tiba-tiba mengangkat tangan disertai kilatan cahaya besar yang membuat silau dan suara yang memekakan telinga, semua orang menutup mata serta telinga mereka dengan kedua tangan.
Read 50 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(