Just Ahmad Profile picture
Mar 27, 2023 83 tweets 14 min read Read on X
Berdasarkan kisah nyata dari yang saya alami.

Insya allah nanti malam, saya akan coba menulis, cerita tentang teman saya yang mati tidak wajar kurang lebih 3 tahun yang lalu.

#bacahorror #ceritahoror @bacahorror_id #ceritaserem #horor #ahmaddjstory Image
Sebelum saya menulis cerita ini, saya hanya ingin menulis, dari sudut pandang apa yang saya rasakan, apa yang saya lihat, dan apa yang saya dengar dari beberapa sumber, termasuk teman-teman terdekat almarhum.

Saya juga berharap Semoga amal dan ibadah almarhum di terima disisinya
Silahkan teman-teman yang membaca berasumsi sendiri.

Tujuan saya menceritakan ini, hanya ingin berbagi pengalaman, dan cerita, agar selalu berdoa dengan apa yang anda yakini, meskipun anda atheis, selalu jaga kesehatan dan keamanan.
Tahun 2017, saya mulai masuk di salah satu kampus kesehatan di Kabupaten Bone, di Sulawesi Selatan.

Saya mengambil jurusan Keperawatan yang notabenenya, didominasi oleh perempuan. Jadi sangat mudah untuk mengenal dan akrab satu sama lain dengan antara sesama mahasiswa laki2
Sebut saja nama teman saya ipul, kami berkenalan saat PMB dan juga kebetulan satu kelas.

Saya dan ipul berbeda, saya adalah mahasiswa yang lumayan aktif dalam proses pembelajaran, dan juga ikut organisasi, sedangkan ipul lebih pasif, jarang ikut dalam kegiatan kampus.
Dia hanya datang ke kampus ketika ada mata kuliah, atau kegiatan yang benar2 harus di ikuti oleh mahasiswa baru, selebihnya dan stelah itu, entah ke mana dia menghabiskan waktu di luar.

Ipul pernah sekali ikut dalam pentas drama untuk ramah tama senior yang akan di wisuda.
Tetapi dia hanya di paksa, dan di bujuk oleh sahabatnya, sebut saja Ian, yang juga teman saya, dan kami bertiga satu kelas.

Saya dan ipul tidak akrab, baik itu di luar proses pembelajaran maupun saat di pembelajaran di mulai, entah saya juga tidak mengerti.
Mungkin karena kepribadian atau pola pikir kami yang berbeda.

Saya tidak pernah minum minuman beralkohol, saya juga bukan perokok, kecuali bener bener sangat stres, terkadang saya merokok satu batang untuk tenang lalu, mencari solusi untuk masalah saya.
Berbeda dengan ipul, yang sangat aktif merokok, terkadang juga dia minum, jika ada beberapa teman yang mengajaknya, hal itu membuat dia akrab dan di sukai dengan senior di kampus, dia juga sering menghabiskan kan waktu dengan senior di malam hari di depan kampus.
Di kelas kami jarang berbicara dan bercanda satu sama lain. Seperti ada penghalang atau batasan, terkadang dia bercanda dengan berbicara bahasa bugis yang membuat saya terkadang tidak mengerti.

Terkadang saya juga membuat jokes, yang tentu saja tidak membuatnya tertawa.
Antara awal tahun 2018 atau akhir tahun, saya ingat kami pernah bercekcok, berdebat.

Saat itu, ketua tingkat bertanya di grup kelas kami, ingin memasukkan dosen atau tidak, mengingat ssat itu menjelang akhir semester, saya mengusulkan agar menghabisi jadwal perkuliahan.
Agar bisa fokus dengan ujian, tetapi ipul, dan sahabatnya ian, beserta ketua tingkat, sebut saja namanya ardi tidak setuju.

Kami berdebat di grup, mereka mengatakan akan mengeroyok saya, dan sangat membenci saya, sedangkan saya hanya mencoba membuat mereka mengerti
Besoknya, saya bertemu dengan ardi yang satu ruangan dengan di mata kuliah bhs inggris, ardi menarik saya keluar, dengan mata merah dan rasa amarah yang di tahan dengan kepalan tangan, di luar ruangan, dia mendorong saya.

Saya yang terpancing, berbalik, dengan kesal.
Tetapi teman2 kelas yang perempuan melarang saya merespon dan melawan. Salah seorang teman saya berbisik,
"Kak ahmad jena di ewa, mabok ro."

"Kak Ahmad jangan melawan, dia itu mabok."
Padahal saat itu, masih jam 9 pagi, saya akhirnya mengabaikan ardi dan masuk ke kelas.
Sejak saat itu, saya tidak pernah berbicara dengan ardi, bahkan dari situ hubungan saya dan ipul juga menjadi tidak bagus.

Kami tidak pernah bertelur sapa di mana pun, bahkan berbicara saat pembelajaran berlangsung pun, kami saling membuang wajah.
Stelah seminggu lebih, hubungan kami akhirnya kembali membaik, di bantu oleh semua teman kelas.

2019 kami kembali keluar praktek di RS.
Sekali lagi kami praktek, dalam tim praktek kali ini saya tidak bersama dengan ipul, walaupun sebelumnya pernah satu kali.
Saya tidak pernah bertemu dengan ipul, baik itu jeda libur praktek, maupun saat praktek, bahkan kami tidak pernah sama-sama mengerjakan tugas.

Setalah melewati satu minggu, temen2 bercerita kalau ipul sakit, dia terpaksa tidak ikut praktek selama satu minggu kedepan
Suatu waktu, saya libur dinas, saya tinggal dan bermalam di asrama depan RS, saya dan teman saya ingin menjenguk ipul yang ternyata masuk RS sejak 3 hari yang lalu.

Saat itu jam 12 malam, saya masuk rs dengan teman saya, menuju bangsal tempat di rawat ipul.
Ian menemani ipul, tidak ada keluarga nya sama sekali, baik itu ayah maupun ibunya, alasannyakarena rumah ipul jauh, ipul juga sudah di persilakan untuk pulang besoknya oleh dokter.

Yang aneh, wajah ipul pucat, bibir pecah2, dan sering mengeluh sakit tenggorokan.
"Agatta mapeddi bro?" saya bertanya.
"Ayyede we bawang, maressaka memme i nanre." jawabnya sambil menyentuh tenggorokannya.

("Bagian mana yang sakit bro?")
("Ini saja, saya susah menelan makanan"

Saat itu kami masih bercanda dengan dia.
"Mettong ye, makkelasi bawang, denelo dinas, dega lasana, na aseng dottoro." Kata Ian yang ada di sampingnya.

"Bah, mepeddi kesina cigoroku." Ipul terus menyentuh tenggorokannya.

("Memang ini, alasan saja, tidak mau dinas, tidak ada penyakit nya, dokter yang bilang.")
("Ini tenggorokan ku sakit.")

Saat itu fisik ipul masih kuat, dia bahkan mengambilkan kami kue yang ada di ujung ruangan dan mempersilakan kami untuk makan.

Setelah beberapa menit, saya pamit dengan ipul dan ian, yang terus tertawa dan menghibur satu sama lain.
Tanpa saya sadari, itu terakhir kali saya berbicara dengan ipul, dan terakhir melihat dia tertawa.

Beberapa minggu berlalu, Praktek berakhir, kami akhirnya kembali ke kampus, dan merespon askep hasil dari praktek di RS, sembari memulai proses pembelajaran.
Tiba2 teman2 di kelas mulai ribut berbicara tentang keadaan ipul.

Ipul sempat menyelesaikan prakteknya, akan tetapi dia harus bolak balik RS, sedangkan dokter yang menanganinya, menyarankan agar ipul pulang ke rumah, dan sebaiknya berobat "bugis"
Saya lahir di kota yang jauh dari hal berbau mistis, di tambah keluarga yang religius, jadi saya tidak terlalu mengerti tentang hal2 mistis, apalagi dalam budaya bugis.

Setahu saya, berobat "bugis" biasa di maksudkan berobat kepada sandro (dukun).
Berhubung saya ada deadline,
Lanjut bsok, Insya allah
Mendengar dari Ian yang sudah sering berkunjung ke rumah Ipul, katanya kondisi Ipul tiap hari semakin parah, bahkan terakhir dia melihat ipul di rumahnya beberapa hari yang lalu, Ipul sudah terbaring lemas, tidak bisa bergerak, semua aktivitas di bantu oleh ibu dan neneknya.
Ipul bahkan tidak bisa makan, setiap ada makanan yang masuk, dia selalu memuntahkannya.

Ian bercerita, Ipul sudah sering berobat dengan sandro (dukun), tetapi tidak ada yang mampu,malh semakin parah. Semua dukun di daerah sekitar sampai yang dari luar kota datang ke rumah Ipul.
Namun, tidak ada yang berubah. Dukun terakhir yang mencoba mengobati Ipul mengatakan, Ipul terkena doti2 (guna2) dari orang terdekat nya.

Ian menceritakan semuanya kepada kami, di dalam kelas saat jam istirahat.
Matanya berkaca-kaca, suaranya agak sedikit pelan, terdengar seperti menahan kesedihan.

Ian juga sering di telpon oleh ibunya Ipul, untuk datang kerumahnya.

Setelah itu kami berinisiatif untuk sama2 berangkat ke rumah Ipul, esok hari, ada juga yang langsung berangkat.
Saat itu saya tidak bawa kendaraan ke kampus, dan pulang pun juga saya harus ikut dengan teman, jadi lebih baik saya ke rumah Ipul di esok hari.

Tetapi, saat teman-teman yang lain pulang dari rumah Ipul, mereka singgah di depan kampus, dan mengatakan kalau keadaannya sudah parah
Mendengar itu saya kaget.

Yang membuat saya merinding adalah, salah seorang teman saya yang perempuan bilang:

"Loni labe, tajeng bawanni paling lambat lusa."

"Sudah mau waktunya, tinggal menunggu paling lambat lusa."
Kami saling bertukar pendapat, beberapa gosip ada yang mengatakan Ipul terkena doti2 dari mantannya, katanya mantannya pernah muncul sekali di rumah Ipul, tetapi dia tidak pernah masuk ke rumah Ipul.

Ada juga yang bilang, kalau Ipul di doti2 oleh keluarganya sendiri.
Keluarga disini maksudnya, adalah keluarga jauh, yang tinggal dekat dengan rumah Ipul.

Ian mengatakan Ipul juga pernah muntah darah, dan pernah di temukan potongan tulang di dalam rumah Ipul oleh salah seorang dukun yang saat itu mencoba menyembuhkan ipul.
Saya ingat sekali, waktu itu hari kamis, dan saat malam hari, tepat setelah sholat isya, malam jumat, Ian menyampaikan di grup kelas, bahwa Ipul sudah tidak ada.

Seketika kami yang siap dan punya waktu saat itu, langsung kumpul di depan kampus, dan berangkat ke rumah Ipul.
Saat itu perasaan saya campur aduk, saya sangat sedih, ditambah dengan perasaan merinding, entahlah, suasananya saat aneh, mungkin karena saat itu angin berhembus agak dingin.

Kami berangkat menuju rumah Ipul, beberapa kendaraan yang semuanya di kendarai oleh laki2.
Para senior kampus, dan kami teman2 angkatan Ipul.

Pertama kalinya saya ke rumah Ipul, jaraknya agak jauh, di luar kota, masuk lorong ke sebuah desa yang di sebut Baenang.

Jalan bebatuan, tanpa lampu di pinggir jalan, sangat gelap, yang paling saya ingat saat itu, banyak anjing
Banyak anjing yang menggonggong.

Akhirnya kami sampai di rumah Ipul, tidak cukup sulit untuk menemukan rumahnya, bukan karena banyak orang yang kumpul, tetapi saat itu, dari sekian banyak rumah di daerah itu, hanya rumah Ipul yang lampunya menyala.
Rumah Ipul terlihat sederhana, rumah panggung ala bugis di kampung yang seperti biasa.

Yang aneh adalah, yang berkumpul di halaman rumah Ipul hanya kami, temen2, beberapa dosen, dan beberapa teman kampung Ipul, yang bahkan tidak terlihat sedih sedikit pun.
Suasana di sekitar rumah Ipul sangat gelap, dan terasa lebih dingin, di tambah suara anjing yang terus menggonggong, membuat perasaan saya sangat tidak enak.

Saya bukan orang yang peka dengan hal mistis, tetapi saat itu rasanya benar-benar tidak bikin nyaman
Kami di sambut oleh keluarga ipul, om dan adiknya yang sesekali menangis.

Saya menaiki tangga, dan masuk ke dalam ruang tamu, terlihat beberapa orang menangis di samping ipul yang terbaring tertutup selimut di sertai kelambu putih yang mengililingi kasur Ipul.
Ibunya terus menangis, sembari sesekali menenangkan anaknya, adik ipul yang perempuan, di belakangnya ada neneknya dan beberapa kerabat terdekat ipul.

Saya masuk ke dalam kelambu dengan Ian dan beberapa teman kelas, pelan2 kami membuka selimut, melihat Ipul.
Saya menangis, beberapa teman saya ada yang berteriak, saat itu kami tidak berkata apa2.

Ian kemudian pelan2 menutup kembali wajah Ipul yang terlihat pucat. Ipul terlihat sangat kurus, sangat berbeda dengan ipul yang terakhir kali saya temui.
Saya lalu keluar dari kelambu, mengambil al quran, dan membacakannya beberapa surah.

Di sudut ruangan, ada dupa, yang sengaja di bakar oleh keluarga Ipul, di samping kepala juga ada sebuah piring, yang di isi dengan nasi yang banyak, kata bbrpa teman2 itu bekal Ipul.
Mohon maaf, jaringan saya mulai tidak bagus, twit saya mulai tidak rapih
Beberapa menit kemudian, teman2 kampung Ipul masuk dan duduk di ruang tamu, mereka tidak terlihat sedih sedikit pun, bahkan mereka sempat bercanda dengan satu sama lain.

Sedangkan saya dan beberapa teman2 memutuskan untuk pulang, dan kembali esok hari saat ipul dimakamkan
Setelah sholat jumat, kami berkumpul kembali di rumah Ipul.

Suasana rumah Ipul sangat sesak, ada banyak teman2 SMA Ipul yang datang, guru dosen, termasuk mahasiswa dn mhsiswi dari kampus saya yang mengenal ipul.

Rupanya saat itu Ipul belum di mandikan dan di sholati.
Besok lanjut lagi ya, Insya allah bsok saya selesaikan di bagian akhir yang menurut saya banyak hal2 yang janggal.

Silahkan jika ada saran atau masukan mengenai cara penulisan saya, mohon maaf karena saya masih belajar.
Jasad Ipul masih ada di tempat dan posisi yang sama, saat saya terakhir melihatnya.

Saya melihat sekeliling rumah Ipul, ada beberapa foto ipul dengan 2 orang laki2, dan Foto keluarga pada umumnya, tidak ada yang aneh

Keluarga akhirnya menginstruksikan agar jasad Ipul dimandikan
Nenek dan ipul mengambil dan membawa ember berisi air, lalu menyimpannya di sudut ruang tamu, membuat ruang.

Para tamu bergeser, ada yang keluar dari ruangan, karena tidak ada tempat.

Awalnya saya kira jasad Ipul akan di mandikan dibelakang, di kamar mandi, ternyata tidak.
Entah dengan alasan apa, saya juga tidak mengerti, jasad Ipul akan di mandikan di ruang tamu.

Nenek ipul mengatakan imam akan segera datang, beberapa keluarga dekat, seperti sepupu, om dan kerabat dekat mengambil posisi, mereka jongkok, sejajar. Jasad Ipul lalu diangkat.
Jasad Ipul di baringkan di atas paha sepupu, om, dan kerabat dekatnya.

Beberapa orang mengambil kain putih, membentangkan, menutup area tempat Ipul di mandikan.

Meskipun terdapat kain, tetapi orang2 masih bisa melihat jasad Ipul melalui sela2 kain.
Saya dan beberapa teman2 dari kampus memegang kain, mencoba memberikan area privasi di tempat yang seharusnya, di ruang tamu, dihadapan semua orang2 mengenalnya.

Berkali-kali saya bertanya dalam hati, dan ingin berteriak agar lebih baik di lakukan di tempat tertutup.
Tetapi saya berpikir, orang bodoh mana yang mau melakukan hal seperti itu.

Teman saya ada tiba2 bersin, sontak ibu2 yang mendengar dan melihat teman saya panik, mereka langsung meminta bantal, dan memukul pundak teman saya.

Teman saya merespon dengan rasa ketakutan, dan panik.
Jasad Ipul perlahan di mandikan bergantian oleh keluarganya.

Air membasahi lantai, sabun dioleskan ke suluruh tubuh ipul, beberapa orang berteriak histeris melihat ipul, dan sisanya merasa kasihan melihat tubuh ipul yang sudah terbujur kaku.
Tubuhnya yang dulu berisi, sekarang terlihat sangat kurus, kering, saya sangat tidak tega melihatnya.

Yang membuat saya jengkel saat itu, ada orang2 yang ingin melihat jasad Ipul di mandikan, ada yang memaksa masuk ke dalam rumah, ada juga yang ingin melihat dari sela2 kain.
Setelah diselimuti kain kafan, jasad Ipul di sholati imam yang baru datang, kemudian kami teman2 ipul, mengangkat jenazah ipul, membawanya ke dalam ambulans, lalu di kuburkan di tempat yang tidak jauh dari rumahnya.

Selesai pemakaman, kami pulang, dan kembali ke kampus.
Beberapa hari berlalu, waktu itu saya dan beberapa teman2 kumpul di rumah teman saya, bersama dengan Ian dan Ardi.

Kami menghabiskan waktu bersama, bermain domino, bernyanyi sambil bermain gitar, tiba2 hujan, kami masuk ke dalam rumah.
Saya lupa siapa yang saat itu memulai pembicaraan, kami mulai membahas Ipul.

Satu per satu teman2 saya mulai menyampaikan ketidaknyamanan dan kejanggalan saat berada di rumah Ipul. Mulai dari Ipul sakit, sampai hari di mana ipul di makamkan.
Ternyata bukan saya sendiri yang merasakannya, dari sinilah pembicaraan kami mulai agak membuat saya sangat kaget sampai merinding.

Kata Ian, yang sering bolak-balik menjenguk ipul di rumahnya, Ipul memiliki dua orang kakak.
Kedua kakak ipul, mati dengan tidak wajar sama seperti Ipul, secara medis tidak bisa di buktikan.

Gila, saat itu saya benar-benar terkejut. Dan semua kakak ipul mati dengan umur yang tidak beda jauh dengan Ipul, antara umu 23-19 tahun, mereka juga tidak ada yang sudah menikah.
Ian juga mengatakan, kalau dia sangat kesal dengan ibu ipul, katanya sebelum kondisi Ipul parah, dia di rawat di rumah kebun.

Rumah penggung yang menyimpan hasil penen, seperti beras, jagung dan lain-lain. Rumah yang sekedar berdiri, untuk tempat singgah, tapi tidak layak huni.
Ibu Ipul beralasan, karena doti2 yang di kirimkan tidak bisa sampai ke rumah kebun tersebut. Tetapi kata Ian, ekspresi ibu ipul saat itu biasa2 saja, tanpa ada rasa sedih, padahal saat itu kondisi Ipul mulai memprihatinkan.

Ian juga mengatakan, saat itu Ibu Ipul sudah pasrah.
Dia sudah memakai segala cara, memanggil semua dukun, dokter, tapi tidak ada yang berhasil.

Sebenarnya doti2 tersebut katanya di target kan kepada bapak ipul, tetapi bapak ipul di bentengi oleh ilmu yang kuat, sehingga hanya kondisi fisiknya saja yang menurun.
Waktu malam hari saya melayat ke rumah Ipul, bapak ipul terlihat pucat, katanya dia habis terkena penyakit tipes, suaranya juga habis, sehingga saat dia menangis, yang keluar hanya air mata.

Ardi juga mengatakan, kalau segala kebutuhan saat ipul masih hidup, selalu terpenuhi.
Di situ juga saya baru sadar, Ipul memang bukan orang kaya, tapi beberapa hal yang dia inginkan selalu terpenuhi, selalu dia dapatkan.

Hp lama yang cepat terganti, pelek motor scoopy yang seminggu sekali dia ganti, dan beli yang baru.
Ipul juga pernah bilang dia mau beli rumah BTN, dan katanya pernah membeli tanah.

Tanpa saya sadari, di malam yang saat itu hujan sangat deras, cuaca dingin yang menusuk kulit, saya tanpa sengaja mengatakan "Tumbal"

Seketika lampu rumah temen saya mati.
Kami semua terdiam, saya melihat keadaan di luar yang terlihat sepi di jam 10, semua lampu rumah mati. Teman saya mengatakan agar jangan terlalu berisik, apalagi saat itu, kematian ipul belum melewati 40 hari.

Beberapa detik kemudian, lampu kembali menyala.
Kami mulai menyampaikan beberapa opsi yang menimpa ipul seperti, doti2, dan tumbal.

Santet bisa jadi karena perkara tanah, kata Ian, yang pernah mendengar ibu ipul berbicara, kalau dia pernah bercekcok dengan tetangganya perihal tanah.
Tetapi ada teman saya yang bilang kalau bisa jadi itu cerita yang dia buat2, alibi yang dia siapkan.

3 orang anaknya meninggal dengan tidak wajar, menumbalkan anak demi harta, tanah, dan kesehatan, entah mengapa itu menjadi masuk akal.
Kata teman saya, yang dekat dan sensitif dengan hal mistis, itu lumrah terjadi di kampung2, yang masih bergantung dengan hal2 gaib.

Saya bertanya kepada teman saya, "kenapa harus ipul yang menjadi korban, ada adiknya yang masih di bawah umur 2 orang?"
Ardi menjawab,
"mungkin karena umur ipul yang sudah waktunya."

Selanjutnya teman saya memperingat kan agar berhenti membahas kematian ipul, katanya tidak baik, mencari kesialan, sedangkan saya adalah orang dengan rasa ingin tahu yang tinggi.
Setelah malam itu, kami sepakat untuk tidak lagi membahas Ipul, cukup dengan mendoakannya di sela2 ibadah yang kami lakukan

Saya pernah menawarkan agar kami semua pergi mencari tahu, tetapi hal tersebut tidak pernah terjadi, karena kami takut, jangan sampai ada yang menimpa kami
2 minggu setelah kematian ipul, nomor WhatsApp nya aktif, dan beberapa teman saya di menerima chat agar datang ke rumah Ipul, menjenguk ibunya yang jatuh sakit, temen2 saya terkejut dan membelok nomor ipul.

Setelah di telusuri ternyata itu adeknya yang mengambil alih hp ipul.
Setelah beberapa bulan, saat itu saya aktif ikut kompetisi film pendek, saya ingin membuat film berdasarkan kisah Ipul, tapi beberapa teman saya melarang.

Katanya doti2 yang bersangkutan dengan Ipul itu sangat berbahaya.
Sepotong tulang, di campur tanah kuburan, dan dililitkan dengan kain kafan, katanya bukan doti2 biasa, doti2 tersebut ampuh untuk membunuh orang yang di targetkan, dalam budaya bugis.

Entahlah saya lupa namanya.
Tahun 2020, saat kami membicarakan kembali hal ini, Ian mengatakan, kalau Ibu Ipul sering menelpon, dan adik Ipul juga menyuruhnya datang ke rumah, untuk jalan-jalan.

Dan pernah Ian dan beberapa teman saya mengajak adik Ian pergi ke tempat wisata, dia sangat senang.
Kabar terakhir, Ian mengatakan, keluarga Ipul sudah pindah dari rumahnya yang lama, katanya Ayah dan Ibu Ipul sering sakit-sakitan.

Ian juga sudah jarang berkomunikasi dengan adik Ipul.
Walaupun saya tidak terlalu dekat dengan Ipul, dia tetap teman saya, orang yang terkadang mengingatkan saya tentang seberapa dekatnya kematian.

Saya sekarang kerja di IGD yang membuat saya selalu berdoa, agar selalu siap.
Ketika saya ingat, saya mendoakannya, agar amal dan ibadahnya di terima di sisinya, agar dia juga bisa tenang.

Sekaligus pengingat agar kita selalu berhati-hati, berdoa dengan apa yang kita yakini, selalu menjaga kesehatan, sopan santun terhadap orang lain.
Oke terima kasih untuk teman2 yang sudah membaca, share, ataupun like terhadap apa yang saya tulis.

Mohon maaf jika ada kata2 dan alur yang tidak rapih, ada beberapa twit yang kemarin salah tempat, mohon ambil saja sisi baik dan positifnya. Saya hanya ingin berbagi cerita. 🙏
Oh iya, mingkin ada yang bingung dengan judul.

Sebenarnya saya bingung, antara pilih "Janggal" atau "Cilaka", tapi karena saya orang bugis, saya pilih "Cilaka" yang artinya "Sial".

Kesialan terkadang terjadi terhadap siapa saja, semua orang pernah mengalami, jangan lupa berdoa.
Kematian adalah takdir yang tidak bisa di ubah, atau di tebak, mempersiapkan diri adalah satu-satunya yang bisa di lakukan.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Just Ahmad

Just Ahmad Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(