Haloo! Kali ini aku mau bahas soal 👉Invisible Disability
Semakin ke sini, semakin sadar bahwa banyak 'derita' yg trnyt disimpan seseorang, sulit utk dijelaskan, ditambah 'nggak kelihatan'.
Tulisan ini tertrigger dri ketubiran bbrpa wktu lalu di medsos.
Jujur lupa detailnya, tapi tentang oknum yang "ngeviralin" seseorang yang kelihatannya baik-baik aja, tapi duduk di kursi prioritas saat transportasi umum lagi rame.
Ternyata, orang tersebut punya autoimun...
yaitu Multiple Sclerosis yang membuat seseorang sangat mudah lelah dan kaku otot"nya. (sc : nhs.uk/conditions/mul…)
Turns out, ada istilah "Invisible Disability" atau Disabilitas tak terlihat, yang mana nyata membatasi kehidupan seseorang walau sulit dilihat tandanya dari luar.
Sayangnya karena nggak mudah 'ternotis' (bahkan sama yang memilikinya sendiri), keterbatasan ini rentan menimbulkan mispersepsi dan salah kaprah.
Juga rentan di-'judge'
"Kok kamu (insert kejelekan) sih? Padahal keliatannya baik-baik aja"
dan sejenisnya or lebih parah.
Dari tanda-tanda yang mungkin membingungkan tersebut, seseorang perlu mendapatkan analisis lebih lanjut dari dokter (termasuk penanganannya).
Btw, apa aja yg termasuk dari 'Invisible Disabilities'? Dari asosiasi internasionalnya, ada kurleb 5 golongan besarnya ges, yg bisa [con]
[con] disebabkan ntah karena faktor genetik, penyakit, peristiwa yang tidak diinginkan dalam hidup, kecelakaan, dan trigger lainnya.
Total-total ada ribuan (oh jelas bnyk yg nggak tercover di thread ini jg). Boleh juga kalo ada yang mau sharing ya.
Apapun keterbatasan seseorang, wajar bila sulit utk dikomunikasikan, baik yg terlihat dan yg nggak terlihat.
Sebacanya aku, bbrpa negara di luar udah punya semcm tag/lanyard penanda yg resmi diberikan bagi mereka yg membutuhkan, agar mrk bsa akses fasilitas yg tersedia di umum.
Berkaca sama kasus "viral-viralan" itu, malah jadi memalukan gasih, udah ngasih makan asumsi dan nurutin ego, eh ternyata realitanya beda.
Padahal kalopun kursinya dibutuhkan, ada opsi bertanya personal, atau minta baik-baik kalo emg situ mau duduk(!)
oh satu lagi, nggak semua orang yang punya 'disabilitas' itu berkenan dibantu, jadi kalo mau bantuin, lebih baik kita tanya dulu (kecuali konteks darurat ya ges, bisa lah kalian bedain).
Kadang, tidak mengusik pun udah jadi langkah yang baik kok~
Dari sikap dan keputusan empatik kita sehari-hari, terutama di fasilitas dan area publik,
walau mungkin kecil bagi kita, bisa jadi bermakna besar bagi mereka yang punya invisible disability tersebut
Siapa diantara temen" yang masih suka merasa bingung harus merespon apa ketika ada temen yg curhat? Takut memperburuk kondisi, salah respon, ikutan baper bahkan kemelunjakan (?).
Salah satunya dalam bentuk perbandingan yang tidak sehat dengan anak lainnya, baik saudara kandung maupun anak tetangga.
"Anakmu pinter ya mbak juara terus, gak kyk anakku"
"Kakaknya cakep, kok adiknya nggak"
dan lain sebagainya.
Anak belum dapat menyadari bahwa hal ini nggak "apple-to-apple".
Mereka akan beranggapan kalo dirinya harus sebagus anak orang lain, tapi dia gapernah bsa, Hal ini jusru malah membuatnya lupa utk berfokus pada kemampuannya..
*ps bahkan anak udh gede pun gak nyaman digituin dah.
maap gabisa bacain satu satu reply dan qrt :") tapi makasihh bnyk yg udh berbagi cerita dan perspektifny, dan aku harap buat tmen" yang sedang berjuang melewati burnout / lelah apapun itu, kalian hebat dan kuat, keep fightin! this too shall pass
Pernahkah kamu merasa gugup, cemas atau sedih tiba" karena hal yg tidak menyenangkan di masa lalu? Merasa tertekan akibat suatu beban yang terasa sulit dihadapi?
Lalu, bagaimana meringankannya?
Mungkin, teknik "Grounding" ini bisa kamu lakukan.
Ingatan masa lalu dapat hadir secara tak terduga. Hal yang buat kita trauma, kecemasan akan sesuatu yg membayangi dan ... tidak pasti, sedikit banyak bisa membuat kita merasa nggak nyaman.
Rasanya ingin kembali ke masa lalu dan memperbaikinya..
Tapi.....
Sebenarnya, yang kita bener-bener miliki dan bisa kendalikan, ya hanya diri kita saat ini saja.
Mungkin belum terlepas, tetapi kita tetap perlu melanjutkan hidup kita.
Tapi, gimana cara meringankannya?
Salah satu caranya adalah melalui teknik "Grounding".
Pernahkah kamu mengambil waktu untuk terlepas dari seseorang beberapa lama, lalu menjadi awkward? atau memiliki suatu urusan yg belum selesai dengan seseorang, tetapi saling tidak berkontak begitu saja?
Mungkin... kita sedang dalam kondisi Silent Treatment.
Silent Treatment bisa dibilang sebagai perilaku pasif agresif dalam hubungan, dengan cara mendiamkan, mengabaikan atau menyisihkan seseorang.
Biasanya, ada suatu kejadian/hal yang belum terkomunikasikan antara kedua belah pihak, tapi terputus baik oleh slh satu pihak / keduanya.
Istilah ini biasanya sering digunakan dlm hubungan romansa, tapi bisa juga dalam geng/klmpok pertmanan, kakak adik, anak dan orangtua, dan sebagainya (berlaku both ways, gk pasti yang lebih muda atau yang lebih tua lhoo)
Kenapa kok seseorang bisa ngelakuin itu? Lanjut O.O
Pernahkah kamu mengalami masa lalu yg ngga menyenangkan?
Mgkn kejadiannya mmg sudah 'beres', tetapi blm benar" selesai. Bisa jadi masih ada bekas... yg terasa mengganjal hingga sekarang.
Sdikit bnyak, aku rasa smua org pasti pernah mengalami momen yang nggak menyenangkan dengan intensitas yang berbeda".
(TW)
Dikatain, dibully, ditinggal orang terdekat, kekerasan fisik dan emosional, mungkin juga perlakuan nggak adil.
Salah satu atau lebih mgkn prnh kita alami.
Apa yang kamu rasakan setelah kejadian tersebut?
Bisa jadi, cara pandang kita terhadap kehidupan jadi berbeda.
Mungkin beberapa hal mentrigger kita menjadi lebih baik, tetapi gak jarang juga yg malah menarik kita kebelakang, menjadi sulit terbuka, cemas berlebih, dll.