Bangsa Arab dan Persia telah menjalin kontak langsung dengan kerajaan Korea kuno lewat perdagangan jalur sutra maupun rute-rute pelayaran.
Banyak barang dari Timur Tengah yang dikirim ke Korea dan ditukar dengan emas. Porselen, perhiasan, dan patung bergaya Timur Tengah ditemukan oleh para arkeolog di Korea.
Bahkan, sebuah wiracarita Persia berjudul Kushnameh menceritakan pernikahan seorang pangeran Persia dengan putri dari kerajaan Silla. Jika kamu penggemar drakor Hwarang, The Great Queen Seondeok, atau Dae Jo Young, pasti tidak asing dengan nama kerajaan ini.
Para pedagang Persia dan Arab ini juga memperkenalkan Islam di Semenanjung Korea. Catatan sejarawan dan kartografer Muslim menyebutkan kerajaan Silla.
Kitab Al-Masâlik Wa Al-Mamâlik karya kartografer Persia, Ibnu Khurdadzbih, merupakan catatan Muslim tertua yang memuat nama kerajaan Silla di dalamnya.
Sejarawan seperti An-Nuwairi dan Al-Maqrizi juga mencatat adanya keturunan Alawiyyin di kerajaan Silla. An-Nuwairi menyampaikan bahwa sebagian penduduk Silla adalah kaum Alawiyyin yang melarikan diri dari Bani Umayyah.
Pada tahun 1024 M, Hasan Reza beserta 100 pedagang Muslim Arab mempersembahkan barang dagangan mereka kepada Raja Hyeonjong, lalu mereka diizinkan membuka pasar dan tempat tinggal di kerajaan Goryeo.
Selama masa penaklukan Mongolia pada tahun 1270, kerajaan Goryeo menjadi vasal Dinasti Yuan. Pemeluk agama Islam juga berkembang di Goryeo, dan mereka disebut Huihui. Sebuah masjid pun didirikan di Kaesong, ibu kota Goryeo.
Ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam diperkenalkan, termasuk metode perhitungan kalender Lunar Islam-Tionghoa (Huihui Lifa; 回回历法). Perhitungan kalender Huihui Lifa lebih dipilih daripada kalender Tiongkok lama untuk merumuskan kalender Korea pada periode Dinasti Joseon.
Komunitas Muslim di Korea masih ada saat Dinasti Joseon berdiri. Dalam Joseon Wangju Sillok, para imam Muslim diundang untuk mendoakan kesejahteraan raja dan membacakan Al-Qur'an di depannya.
Namun, pada tahun 1427 M, Raja Sejong melarang agama Islam di Korea karena menganggap agama Islam tidak sesuai dengan budaya Korea. Setelah itu perkembangan agama Islam di Korea pun meredup hingga ratusan tahun ke depan.
Setelah Perang Korea pada tahun 1950, pasukan perdamaian PBB dari Republik Turki dikirim ke Korea. Imam Abdul Gafur Karaismailoglu turut mengenalkan Islam kepada orang-orang Korea dan membuka kuliah umum tentang Islam.
Islam perlahan kembali berkembang di Korea Selatan. Banyak masjid dan sekolah Islami didirikan oleh komunitas Muslim Korea dengan bantuan negara-negara Muslim. Pada tahun 2002, Majma’ Malik Fahd menerbitkan Al-Qur'an dengan terjemah bahasa Korea dan karya Islam lainnya.
Akhirnya, panji-panji dakwah Islam kini berkibar kembali di negeri Ginseng setelah berabad-abad terlelap dalam ingatan manusia Korea.
Referensi:
An-Nuwairi, Syihabuddin Ahmad. 2005. An-Nihayat Al-Arab Fi Fanun Al-Adab vol. I. Beirut: Dar Al-Kitab Al-Ilmiyah.
Ibn Khardadzbih, Abu Qasim Ubaidillah. 2014. Al-Masalik wa Al-Mamalik. Beirut: Dar Al-Kitab Al-Ilmiyah.
Kil, Dr. Hamid Choi Young. 2002. Al-Qur'an ma’a tarjamah bilughati Al-kuriyyah. Madinah: Majma’ Malik Fahd Printing.
Lee, Hee Soo. 1997. The Advent of Islam in Korea: A Historical Account. Istanbul: Research Center For Islamic History, Art and Culture.
Rostine, dkk. 2019. Pengantar sejarah Korea. Bandung: UPI press.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Kisah kelam pembantaian orang Tionghoa di desa Cilimus, Kuningan.
{Sebuah utas singkat}
Dalam sejarahnya, komunitas etnis Tionghoa telah menjadi bagian penting dari masyarakat di wilayah Nusantara, terutama di Desa Cilimus, Kuningan, Jawa Barat.
Desa Cilimus terletak 25 km di selatan kota Cirebon, menuju kota Kuningan. Sejak era Sunan Gunung Jati (1448-1568), orang-orang Tionghoa datang ke Kuningan melalui Cirebon, yang pada saat itu menguasai Kuningan.
Android adalah sebuah sistem operasi mobile yang dirancang untuk perangkat touchscreen seperti smartphone dan tablet.
Sistem operasi ini dikembangkan oleh sekelompok pengembang yang dikenal dengan Open Handset Alliance, meskipun versi yang paling banyak digunakan saat ini dikembangkan oleh Google.
Fenomena Johatsu, orang yang memutuskan untuk menghilang.
{Sebuah utas singkat}
Ingat dengan kasus hilangnya Nining Sunarsih di Pantai Pelabuhan Ratu? Mari kita ingat kembali. Pada Januari 2017, Nining menghilang saat rekreasi di pantai. Namun, setelah satu setengah tahun, dia tiba-tiba kembali hidup kepada keluarganya.
Kabar kepulangan Nining yang misterius menggegerkan masyarakat setempat. Banyak yang menghubungkannya dengan aspek mistis, tapi faktanya tidak ada kaitannya. Ini semua adalah skenario yang telah Nining buat.
Sejarah kekerasan terhadap wanita dan perjuangan untuk mengakhirinya.
{Sebuah utas singkat}
Kekerasan terhadap wanita (VAW atau Violence Against Women) adalah tindakan kekerasan fisik, seksual, atau psikologis yang dilakukan terhadap wanita oleh orang lain karena gender mereka.
Sejarah kekerasan terhadap wanita terjadi sepanjang Sejarah manusia. Di Roma, penganiayaan terhadap wanita dianggap lumrah dalam rumah tangga. Di Jawa, Amangkurat I mengurung para dayang yang dituduh terlibat dalam pembunuhan Retno Gumilang hingga mereka mati kelaparan.
Tragedi Mangkuk Merah, pembantaian dan pengusiran terhadap keturunan Tionghoa di Kalimantan Barat dan Utara.
{Sebuah utas singkat}
Pada akhir tahun 1967, ribuan warga keturunan Tionghoa mengalami pengusiran massal dan pembantaian yang memakan banyak korban jiwa.
Sebelum peristiwa tragis ini, hubungan antara warga Dayak dan keturunan Tionghoa di wilayah tersebut sangat harmonis. Namun, segalanya berubah setelah Gerakan 30 September 1965 dan kampanye anti-Malaysia yang dicanangkan oleh Presiden Sukarno.
Persekusi terhadap agama Buddha, Katolik, dan Islam di Joseon.
{Sebuah utas singkat}
Pada tahun 1392, Yi Seung-gye, yang mendukung Dinasti Ming, berhasil mengalahkan Lee In-Im yang pro-Mongol. Ia kemudian mendirikan Dinasti Joseon dan menjadi Raja Taejo.
Bersama dengan para pejabat senior dari Kesarjanaan Baru, yang merupakan kelompok Konfusianis radikal, Taejo menjadikan Neo-Konfusianisme sebagai ideologi negara dan menentang Buddhisme, agama resmi di bawah kekuasaan Khan Mongol.