Kisah kelam pembantaian orang Tionghoa di desa Cilimus, Kuningan.
{Sebuah utas singkat}
Dalam sejarahnya, komunitas etnis Tionghoa telah menjadi bagian penting dari masyarakat di wilayah Nusantara, terutama di Desa Cilimus, Kuningan, Jawa Barat.
Desa Cilimus terletak 25 km di selatan kota Cirebon, menuju kota Kuningan. Sejak era Sunan Gunung Jati (1448-1568), orang-orang Tionghoa datang ke Kuningan melalui Cirebon, yang pada saat itu menguasai Kuningan.
Meskipun terdapat perbedaan yang mencolok, seperti fisik, budaya, perekonomian, dan agama, kedua kelompok etnis hidup berdampingan secara harmonis dan saling memperkaya warisan budaya mereka.
Di Cirebon, Sunan Gunung Jati menikahi seorang perempuan Tionghoa bernama Ong Tien yang diberikan sebagai hadiah oleh Kaisar Ming melalui sistem Heqin (Aliansi Pernikahan).
Oleh karena itu, tidak mengherankan jika wilayah Kuningan, termasuk Desa Cilimus yang merupakan bagian dari Kesultanan Cirebon, banyak dihuni oleh masyarakat Tionghoa. Namun, harmoni antara kelompok etnis di Desa Cilimus terganggu ketika Belanda mulai menjajah Cirebon.
Mereka menerapkan segregasi sosial, dengan mewajibkan masyarakat Tionghoa tinggal di pemukiman dekat jalan utama yang terpisah, sebagai upaya untuk meredam kekuatan masyarakat Tionghoa setelah terjadi Geger Pecinan di Batavia dan Perang Kuning di Jawa Tengah pada tahun 1740-an.
Pada tahun 1928, wabah pes melanda Pulau Jawa, dampaknya dirasakan oleh warga Tionghoa dan pribumi Sunda di Desa Cilimus. Kematian massal ini menjadi bukti kurangnya perhatian pemerintah Belanda terhadap rakyat jajahannya.
Ketika Jepang menduduki Kuningan pada Maret 1942, masyarakat Tionghoa di Desa Cilimus menjadi khawatir karena mereka telah mendengar tentang pembunuhan massal di Shanghai dan Nanking.
Tindakan ini memicu penangkapan oleh pihak pendudukan Jepang terhadap mereka yang dianggap sebagai simpatisan Kuomintang. Sejumlah orang Tionghoa yang dicurigai pun disiksa oleh tentara Jepang dengan kejam.
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, masyarakat Tionghoa di Desa Cilimus mengalami kekerasan dan penyerangan oleh massa yang tidak puas dengan Perjanjian Linggarjati.
Pembantaian ini menyebabkan banyak korban jiwa di kalangan masyarakat Tionghoa karena dituduh sebagai kolaborator Belanda. Rumah dan tubuh mereka dibakar dan dibiarkan gosong.
Namun, puluhan tahun kemudian, terjadi perubahan sosial dan politik di Kuningan, dan seorang Tionghoa bernama Acep Purnama bahkan bisa menjadi Bupati Kuningan selama dua periode.
Hal ini membuktikan bahwa meskipun keharmonisan antar suku sempat terganggu, masyarakat dapat belajar dari Sejarah dan memulihkan hubungan serta menciptakan kerukunan kembali.
Mari belajar dari Sejarah dan cegah peristiwa kelam agar tidak terjadi lagi di negeri kita. Di dalam buku 380 halaman ini, Anda bisa menemukan kisah-kisah kelam sepanjang Sejarah Indonesia, yang beberapa bahkan tidak diajarkan di bangku sekolah.
Ave Neohistorian!
Pre-Order Perdana Buku "Lembaran Berdarah Sejarah Indonesia" akan segera ditutup pada tanggal 13 Juni 2023. Jangan terlambat!
Fenomena Ninja di Banyuwangi. Pembantaian terhadap kyai, santri, dan dukun santet yang diduga terlibat ilmu hitam.
{Sebuah utas singkat}
Kaula muda dari generasi Milenial dan gen Z kerap mengenal Ninja dari anime/manga bernama Naruto. Di sana, Naruto dan kawan-kawannya digambarkan sebagai sosok pendekar anak-anak dengan ilmu kanuragan yang diperalat oleh Kepala Desa yang terpilih secara nepotis.
Di Indonesia sendiri, kata 'Ninja' juga sempat tercatat kiprahnya dalam Sejarah. Pada bulan Februari 1998, di Banyuwangi terjadi insiden penyerangan Ninja kepada sekelompok orang yang diduga sebagai Dukun Santet.
Pada tahun 1592, Jepang melancarkan invasi ke Dinasti Joseon di Korea. Panglima Konishi Yukinaga diperintahkan untuk menjadikan Korea sebagai “polisi tidur” guna menaklukkan seluruh wilayah Tiongkok.
Dalam waktu 2 bulan, Yukinaga berhasil merebut Seoul (ibu kota Joseon) dan Pyongyang. Akibatnya, Raja Seonjo sang pemimpin Korea, yang sebelumnya mengungsi ke Pyongyang, harus melarikan diri sekali lagi.
Android adalah sebuah sistem operasi mobile yang dirancang untuk perangkat touchscreen seperti smartphone dan tablet.
Sistem operasi ini dikembangkan oleh sekelompok pengembang yang dikenal dengan Open Handset Alliance, meskipun versi yang paling banyak digunakan saat ini dikembangkan oleh Google.
Fenomena Johatsu, orang yang memutuskan untuk menghilang.
{Sebuah utas singkat}
Ingat dengan kasus hilangnya Nining Sunarsih di Pantai Pelabuhan Ratu? Mari kita ingat kembali. Pada Januari 2017, Nining menghilang saat rekreasi di pantai. Namun, setelah satu setengah tahun, dia tiba-tiba kembali hidup kepada keluarganya.
Kabar kepulangan Nining yang misterius menggegerkan masyarakat setempat. Banyak yang menghubungkannya dengan aspek mistis, tapi faktanya tidak ada kaitannya. Ini semua adalah skenario yang telah Nining buat.
Sejarah kekerasan terhadap wanita dan perjuangan untuk mengakhirinya.
{Sebuah utas singkat}
Kekerasan terhadap wanita (VAW atau Violence Against Women) adalah tindakan kekerasan fisik, seksual, atau psikologis yang dilakukan terhadap wanita oleh orang lain karena gender mereka.
Sejarah kekerasan terhadap wanita terjadi sepanjang Sejarah manusia. Di Roma, penganiayaan terhadap wanita dianggap lumrah dalam rumah tangga. Di Jawa, Amangkurat I mengurung para dayang yang dituduh terlibat dalam pembunuhan Retno Gumilang hingga mereka mati kelaparan.
Bangsa Arab dan Persia telah menjalin kontak langsung dengan kerajaan Korea kuno lewat perdagangan jalur sutra maupun rute-rute pelayaran.
Banyak barang dari Timur Tengah yang dikirim ke Korea dan ditukar dengan emas. Porselen, perhiasan, dan patung bergaya Timur Tengah ditemukan oleh para arkeolog di Korea.