Saat ini aku berdiri di sebuah rumah yang aku sendiri belum pernah memasukinya.
Ada rasa cemas saat aku mengingat bagaimana histerisnya Wening kawanku yang terlihat sangat ketakutan meminta tolong melalui video call.
“Nang ning, ning nang ninge eu..”
Wening meminta tolong, namun ia juga terus meneriakkan tembang itu.
Sudah beberapa kali aku mengetuk pintu rumah Wening, dan selama itu pula aku menunggu tanpa jawaban.
Sampai saat hendak kembali mencari pertolongan, seseorang malah membukakan pintu untukku.
Wenang namanya, yang aku tahu dia adalah saudara kembar Wening. Entah mengapa aku merasakan firasat yang aneh pada dirinya?
Atau mungkin juga, ini semua karena bau kembang sedap malam yang pekat tercium di rumah ini?
Di tengah rasa heranku akan rumah ini, Wenang mengantarku ke sebuah ruangan dan memintaku untuk menunggu Wening di sana. Aku menurut memasuki ruangan yang lampunya masih dimatikan itu.
Sampai saat ita menyalakan lampu, aku baru sadar bahwa ruangan itu terlalu aneh untuk ada di sebuah rumah.
Ini adalah Gudang yang dipenuhi pakaian-pakaian yang penuh dengan darah!
Clack!!!
Belum sempat aku berpaling untuk pergi, tiba-tiba pintu terkunci.
“Wenang? Apaan ini? Keluarkan aku!!” teriakku sembari menggedor pintu. Sayangnya tidak ada tanda-tanda ia akan mengeluarkanku.
Aku merinding dan takut sejadi-jadinya. Bau busuk dari pakaian itu terus membuatku ingin memuntahkan isi perutku.
Apakah ini.. Pembunuhan?
“Nang ning, ning nang ninge eu..”
Samar-samar suara itu menggema dari salah satu sudut gudang, aku mencari asal suara itu dan mendapati ada seseorang yang menggumamkan nada itu.
“Si—siapa?” aku mencari tahu tentang sosok itu, namun dengan segera, aku menyesal.
Mengerikan.. ada sosok seseorang dengan pakaian yang sudah gosong dengan tubuh yang berdarah-darah. Ia dipasung dengan kayu di pundaknya.
“Nang ning, ning nang ninge eu..” Nada itu terdengar dari sosok itu. Bulu kudukku berdiri seketika mendengarnya.
Itu senandung yang sama dengan yang dinyanyikan wening di telepon tadi. Ia menyanyikan itu berulang-ulang kali dengan panik. Aku yakin ia memiliki tujuan melakukan hal itu.
Apa ada sesuatu dengan lagu ini?
Aku mengingat bahwa lagu ini seringkali ditembangkan untuk menenangkan bayi yang sedang rewel. Namun apakah di tempat ini senandung ini memiliki maksud tersendiri.
Terkadang lagu seringkali menjadi sarana penghubung antara alam ini dengan alam ghaib.
Seperti lagu Lengsir wengi yang konon bisa digunakan untuk memanggil kuntilanak, atau juga lagu dolanan yang sering terdengar memanggil dari alam lain.
“Nang ning, ning nang ninge eu..” Suara itu semakin mendekat.
Mata kami saling bertemu diantara tumpukan-tumpukan pakaian penuh darah di tempat ini. Apa yang akan ia lakukan padaku, dan apa maksud sebenarnya makhluk itu menggumamkan tembang itu?
Kita akan lanjut ke bagian 2 besok, Namun kalian juga bisa mencari tahu tentang lagu ini di kisah Rumah Sangit ini :
“Kalau ibu udah nggak ada, kamu tinggal di rumah Paklekmu ya, Nduk..”
Sebuah kalimat lirih terdengar dari ibu yang sudah sangat lemah untuk melawan penyakitnya.
Aku menyuapkan sesendok bubur pada ibu dan membersihkan sedikit bubur yang berada di sekitar bibirnya.
“Ibu jangan ngomong gitu, Kinan percaya ibu bisa sembuh,” Balasku.
Perkataanku bukan hiburan semata, tetapi lebih kepada doa dan harapanku agar ibu bisa tetap bertahan hidup. Tanpa keberadaan ibu, sudah tidak ada siapa-siapa lagi di rumah ini.
Gelapnya langit malam perlahan menutup pintu-pintu rumah bersama hadirnya suara serangga malam.
Beberapa kali ada warga yang berkeliling dengan memukul kentongan seolah mengatakan bahwa ada mereka yang akan menjaga desa selama mereka tertidur.
Sesekali mereka yang bertugas ronda menyapa warga yang masih menikmati kopi hitam di teras rumahnya, namun saat semakin malam jarang sekali mereka berpapasan dengan warga di malam-malam biasa.
Roh, arwah, khodam, pusaka, dan berbagai macam wujud lainya. Begitu banyak misteri di alam ini yang masih sangat sulit untuk dipahami oleh akal manusia.
Suara tanpa wujud, penyakit tanpa sebab akibat, penglihatan yang menjadi kenyataan, hingga kematian yang tidak wajar.
Semua itu terjadi di alam ini dengan diluar kuasa dan nalar seorang manusia pada umumnya.
Seorang manusia yang konon diciptakan yang paling mulia diantara makhluk lainya, sosok makhluk yang diciptakan menurut rupa Penciptanya.
Hari ini kita lanjut untuk seri ini dulu ya. Yang Nungguin Alas Sewu Lelembut mohon bersabar. Kita tunggu cerita @qwertyping tamat dulu hari ini dan minggu depan kita mulai serentak bareng Leuweung Sareb Lelembut.
Buat pengingat Kisah ini kelanjutan dari 1. Ludruk Topeng Ireng 2. Pagelarang Ludruk Ireng 3. Tragedi perang Rojopati 4. Santet Balung Ireng 5. Getih Sedulur 6. Babad Topeng Ireng - Getih Puputan
(Sudut Pandan Pujo…)
Pengelihatan mengenai Lek Giman yang dihabisi oleh bapak benar-benarn membuatku terpukul. Aku tidak percaya bahwa bapak melakukan tirakat terlarang dan mendapatkan Roh Kera terkutuk itu.