Makhluk itu masih menembangkan lagu itu dengan pasung kayu yang berada di pundaknya.
Aku terdiam tak mampu menerka makhluk apakah yang bertatapan mata denganku saat ini.
Di tengah kebingunganku sontak ia lari mengejarku,
akupun berlari menjauh dari sosok mengerikan itu melalui tumpukan-tumpukan baju penuh darah di ruangan ini. Aku tidak boleh mati di tempat seperti ini!
“MATI!!! MATI!!!!” Wajah orang itu berubah begitu bengis saat hampir menggapaiku.
Beruntung aku menemukan sebuah pintu di salah satu sudut gudang ini yang terbuka, dengan cepat akupun berlari ke sana dan mengunci pintu itu.
“Mati!!!” Suara itu masih terdengar bersama pintu yang digedor.
Setidaknya kali ini aku bisa sedikit bernafas setelah keluar dari gudang mengerikan itu.
Tapi harapanku untuk lega musnah saat melihat apa yang ada di ruangan ini. aku berada di sebuah tempat yang diapit oleh tempat menyerupai penjara.
“Nang ning, ning nang ning eu..”
Nada itu menggema lagi, namun kali ini suara itu digumamkan oleh pengeras suara.
“Aarrrrgh!! Kenapa lagu ini lagi???!!!” Pikirku kesal.
Namun sialnya, akhirnya aku menelan ludah saat melihat sosok-sosok dibalik penjara itu.
Manusia? Bukan! Mereka lebih pantas disebut sebagai dedemit dengan taring yang panjang dan wajah mengerikan itu.
Aku mendekat dan makhluk-makhluk itu mengamuk sejadi-jadinya. Ia melolong, mengaum, hingga berusaha mendobrak jeruji yang mungkin saja bisa hancur oleh tenaga mereka.
Tapi mereka semua kembali tenang saat mendengar nada yang sedari tadi sempat menggema di ruangan ini ..
“Nang ning, ning nang ning eu..”
Lagu itu.. ya, seingatku lagu itu memang sering digunakan untuk menenangkan bayi atau anak kecil yang sedang menangis.
“Nang ning, ning nang ning eu..”
Jangan bercanda.. Apakah lagu ini juga benar-benar bisa menenangkan makhluk-makhluk yang mengamuk ini? Atau memang sejak dahulu memang seperti itu?
Seorang anak kecil terlebih saat masih bayi cenderung masih polos, beberapa dari mereka dipercaya bisa merasakan makhluk-makhluk yang tak kasat mata. Saat Bayi itu rewel, orang-orang dewasa selalu menyanyikan tembang itu..
“Nang ning, ning nang ning eu..”
Aku mengira selama ini lagu itu adalah untuk menenangkan si bayi, tapi apa mungkin justru lagu itu ternyata untuk menenangkan makhluk-makhluk tak kasat mata itu agar tidak mengganggu si bayi?
Aku baru teringat tentang cerita wening tentang sebuah keluarga yang memelihara demit untuk pesugihan, demit-demit itu bisa membantu pemiliknya untuk mendapatkan apa yang ia inginkan.
Tapi aku tidak menyangka bahwa yang ia ceritakan adalah tentang keluarganya sendiri.
Tak hanya itu, Wening sempat bercerita tentang tumbal pesugihan itu…
Apa ini artinya Wening yang akan ditumbalkan?
Akupun semakin cemas dengan keadaan wening. Ada sebuah pintu di ujung lorong ini, aku yakin wening pasti ada diantara ruangan-ruangan ini.
Namun bagaimana caraku agar bisa selamat?
Apakah dengan menyanyikan lagu itu, aku bisa membuat mereka tenang dan keluar dari ruangan ini?
Besok kita akan lanjut ke bagian ke 3, semoga saja ada wening di balik pintu itu. tapi kalian juga bisa mencaritahu tentang wening di Rumah Sangit : kaskus.co.id/thread/6476fe6…
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
“Kalau ibu udah nggak ada, kamu tinggal di rumah Paklekmu ya, Nduk..”
Sebuah kalimat lirih terdengar dari ibu yang sudah sangat lemah untuk melawan penyakitnya.
Aku menyuapkan sesendok bubur pada ibu dan membersihkan sedikit bubur yang berada di sekitar bibirnya.
“Ibu jangan ngomong gitu, Kinan percaya ibu bisa sembuh,” Balasku.
Perkataanku bukan hiburan semata, tetapi lebih kepada doa dan harapanku agar ibu bisa tetap bertahan hidup. Tanpa keberadaan ibu, sudah tidak ada siapa-siapa lagi di rumah ini.
Gelapnya langit malam perlahan menutup pintu-pintu rumah bersama hadirnya suara serangga malam.
Beberapa kali ada warga yang berkeliling dengan memukul kentongan seolah mengatakan bahwa ada mereka yang akan menjaga desa selama mereka tertidur.
Sesekali mereka yang bertugas ronda menyapa warga yang masih menikmati kopi hitam di teras rumahnya, namun saat semakin malam jarang sekali mereka berpapasan dengan warga di malam-malam biasa.
Roh, arwah, khodam, pusaka, dan berbagai macam wujud lainya. Begitu banyak misteri di alam ini yang masih sangat sulit untuk dipahami oleh akal manusia.
Suara tanpa wujud, penyakit tanpa sebab akibat, penglihatan yang menjadi kenyataan, hingga kematian yang tidak wajar.
Semua itu terjadi di alam ini dengan diluar kuasa dan nalar seorang manusia pada umumnya.
Seorang manusia yang konon diciptakan yang paling mulia diantara makhluk lainya, sosok makhluk yang diciptakan menurut rupa Penciptanya.
Hari ini kita lanjut untuk seri ini dulu ya. Yang Nungguin Alas Sewu Lelembut mohon bersabar. Kita tunggu cerita @qwertyping tamat dulu hari ini dan minggu depan kita mulai serentak bareng Leuweung Sareb Lelembut.
Buat pengingat Kisah ini kelanjutan dari 1. Ludruk Topeng Ireng 2. Pagelarang Ludruk Ireng 3. Tragedi perang Rojopati 4. Santet Balung Ireng 5. Getih Sedulur 6. Babad Topeng Ireng - Getih Puputan
(Sudut Pandan Pujo…)
Pengelihatan mengenai Lek Giman yang dihabisi oleh bapak benar-benarn membuatku terpukul. Aku tidak percaya bahwa bapak melakukan tirakat terlarang dan mendapatkan Roh Kera terkutuk itu.