Si ibu dengan membawa ember dan pisau berjalan masuk menuju kedalaman hutan. Dengan tatapan kosong ia...
Sretttt!!!
Memotong kepala anaknya, Kepala anaknya yang sudah tak bernyawa pun terputus dari tubuhnya.
Tak ada ekspresi sama sekali kali ini, ia seperti sudah terbiasa...
Dengan cukup lihai, ia memotong tubuh anaknya seperti memotong hewan ternak yang sudah tak bernyawa. Tak ayal sesekali darah bermuncratan ke wajah dan pakaiannya.
Ini bukan jagal ternak tapi jagal manusia!
Selesai ia memotong tubuh anaknya menjadi beberapa potong-potong bagian. Ia segera berjalan untuk pulang.
Pintu ia buka, tidak seperti biasanya. Si kembar tak menyambutnya seperti biasa.
Tapi, itu sedikit membuatnya lega. Karena tak harus repot2 untuk menjawab pertanyaan kedua anak kecil kembarnya.
Ia pergi ke dapur, memasak daging yang baru saja ia dapatkan. Beberapa waktu pun daging rebusan sudah matang.
"Anak-anak kalian dimana?"
Sedikit teriak tanya dari si ibu, tapi tak ada jawaban. Tapi...
Ceklekkk!!!
Ada sesuatu yang masuk ke pintu di ujunh lorong...
Ada tawa anak-anak nya juga disana. Ia segera mempercepat langkahnya. Dan ketika ia memastikan. Ia hanya melihat anaknya sedang asyik bermain di ruangan yang serupa penjara.
"Kalian ngapain? Ayo ke meja makan. Makanan udah siap"
Ucap si ibu mengagetkan anak2 nya.
"Iya bu"
Jawab si kembar.
"Yasudah sana, ehh.. Tapi kakakmu mana? Belum sembuh kakakmu?"
Tanya si ibu
"Nggak tahu bu, tapi tadi keliatan dikamar terus ada suara orang nyanyi. Kami takut jadi kami nggak jadi masuk kamar kakak"
Jawab si kembar
Sedikit khawatir, si ibu langsung segera berjalan memastikan keadaan anaknya yang lain.
"Dek, adekkk..."
Ucap sapa ibu yang sudah dekat di ruangan anaknya tidur. Tapi...
Seperti yang tadi ia dengar dari si kembar, ada suara nyanyian dari dalam ruangan itu...
"Nang ning ning nang ning eiuuu..."
Tapi, suara nyanyian itu bukan suara anaknya saja. Tapi, ada suara lain dan terdengar sangat menakutkan...
Perlahan, perlahan-lahan ia mendekati pintu ruangan itu. Dan ketika terbuka...
"Adek kaaam...u ngapain..."
Ucap ibu yang sedikit tersendat, karena melihat anaknya yang sedang duduk sendirian di samping jendela.
"Kenapa bu?"
Tanya anaknya
"Tadi, ibu lihat... Ehh hehehe... Gpp dek, lupain aja ucapan ibu tadi. Kamu sudah sembuh?"
Ucap gagu ibu, kemudian bertanya.
"Udah mendingan bu"
Jawab anaknya.
"Ayo kita ke meja makan, ibu udah masak, makanan udah siap"
Ucap ibu, tapi anaknya seperti tidak senang
"Kenapa? Kamu kamu nggak bisa jalan? Mau ibu antarkan makanannya kesini?"
Ucap lagi ibu dan bertanya...
Namun anaknya menolak, anak itu langsung berdiri lalu berjalan menuju ruang makan.
"Ehh kakak, udah sembuh kak?"
Tanya serempak si kembar, tapi anak yang lebih tua itu hanya tersenyum lalu mengelus-elus kepala kedua si kembar
"Ayo makan yang banyak yah... "
Ucap ibu sambil menuangkan daging rebusan kepada anak-anaknya. Tapi, ada suatu hal yang membuat situasi menjadi canggung setelahnya...
"Bu, tadi ketemu kakak?"
Tanya anaknya.
Ibu sedikit tersedak, awalnya ia hanya diam. Lalu, ibu tersenyum.
"Ibu belum ketemu dek, kakakmu kekeuh ingin mencari bapakmu. Ibu kemarin juga sempat mengingatkan kalau di hutan sangat berbahaya. Tapi, ia tetap ngeyel"
Ucap ibu.
"Ayo makan dulu, kalau kamu sudah sembuh dan kuat. Kita cari bapak dan kakak sama2 ya!"
Tambah ibu. Dituangkan daging rebusan ke mangkuk anaknya yang kurang sehat itu.
Brakk!!!
"Kemarin bapak, sekarang kakak. Kita sekarang cuma tinggal berempat. Dan cuma aku yang lemah dan tak bisa apa2. Sial!"
Ucap kesal si anak
"Udah dek, kamu sabar ya. Makan aja dulu, kamu harus sehat dan kuat dulu"
Pinta ibu. Si anak hanya mengangguk sambil tertunduk sedih.
Suapan pertama si anak, ia memakan dengan lahap. Tapi, di suapan kedua ia terkejut...
"Ini apa!?"
Tanya si anak terkejut, ibu diam sejenak lalu berbicara
"Tenang, itu hanya mata rusa dek"
Jawab ibu
"Tttattapi kok mirip mata manusia?"
Tanya lagi si anak dengan raut pucat...
"Mata rusa dan mata manusia kan hampir mirip, sudah! Cepat habiskan makan lalu tidur!!!"
Ucap ibu, dan kali ini ia berbicara keras dan kasar. Padahal ia tak pernah bersikap seperti itu sebelumnya.
Malam hari, ada suara nyanyian lagi.
"Nang ning ning nanggg ningg eiuuu"
Ibu penasaran, dan ketika ia mengecek kamar anaknya yang sakit tadi. Ia langsung menutup mulutnya. Sudah banyak makhluk denga. wujud yang tak karuan sudah mengelilingi anaknya...
Kita akan melanjutkan cerita yang sempat dibaca mas wekas.
"Mari kita berdarma wisata di kawasan pencabut nyawa" ucap mas wekas menakut-nakuti
***
Saya memberanikan diri, meski terasa gentar dalam hati. sore itu saya membulatkan ke rumahnya, menngikuti arahan alamat yang pernah dia diberikan wening, walaupun saya belum pernah ke sana.
Ini cerita yang menurut saya tidak terlalu seram bagi saya tapi mungkin akan terasa ngeri bagi orang awam. Meski terkadang kalau ingat suka merinding juga, hla wong saya juga manusia jadi ada rasa takut juga.
Disclaimer!
Percaya atau tidak itu saya kembalikan kepada para pembaca, semua yang tertulis di utas ini jika tak percaya anggap saja hanya hiburan semata.
Kalau masih ngeyel, minggato su!
Beberapa hari lalu, saya sempat ngobrol ngalor-ngidul dengan rekan kerja, namanya mas wekas, rekan kerjaan lama saya. Ya, kerjaan saya dulu dalam bidang jurnalisme. Tapi, mas wekas tidak sendiri. Ia bersama Gilang, kalau masih ingat cerita "kanthil" harusnya tahu.
Tanyaku pada hamam, tapi hamam tak menjawab, ia hanya tersenyum. Aku sedikit bingung, kenapa hamam tiba-tiba tersenyum..
Sampai…
Hamam tiba-tiba berucap lirih...
“foto ini adalah alasanku untuk tetap hidup di neraka dunia, sampai saat ini, hehehe”
Jawabnya singkat dengan tawa kecil namun terpaksa, ada pula sedikit tetesan air mata dari celah rongga mata itu ketika melihat foto yang terselip di dompetnya.
SOSOK KETIGA YANG MENGISI MASA KECILKU DI NERAKA DUNIA INI
(Akar mula sang pemuja pohon belimbing)
"Sebenarnya apa yang hamam inginkan bertemu dengan saya, apa mungkin hamam ada niatan mau menumbalkan saya ke penunggu pohon belimbing? Ahhh pusing, coba nanti kita bertanya pada pohon belimbing"
Nah, saya masih simpan rekaman audio tentang cerita ini. Kebetulan beliau adalah orang arab dan sedikit paham dengan fenomena ini. Dan, beliaulah yang memberitahu saya arti dari bahasa timur-tengah ini. Karena saya pikir ini doa2 tapi tenyata...
Ahh sudahlah...
Btw, saya nggak ada niatan ini rame. Cuma saya berharap bisa memetik sedikit akan baik dan buruknya. Kalau ada yang punya argumen ini gimmick untuk buku atau film, sini tak keplaki ndasmu jam2an cok!