Surat An-Nahl ayat 97 (Part 1)
"Kehidupan yang baik bagi pelaku kebajikan"
(مَنۡ عَمِلَ صَـٰلِحࣰا مِّن ذَكَرٍ أَوۡ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤۡمِنࣱ فَلَنُحۡیِیَنَّهُۥ حَیَوٰةࣰ طَیِّبَةࣰۖ...)
"Barangsiapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik"
[Surat Al-A'raf 131]
Kemudian apabila kebaikan datang kpda mereka, mereka berkata: "Ini adalah karena (usaha) kami." dan jika ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan trsbut kpda Musa dan pengikutnya. Ketahuilah, ssungghnya nasib mereka di tangan Allah tp kebanyakan mereka tidak mengetahui.
Jenis istihadoh selanjutnya adalah mu’tadah ghairu mumayyizah nasiyan li'adatiha qadran wa waktan. Yaitu wanita yg sudah pernah haid, tapi darahnya tidak memenuhi syarat atau dia tidak bisa membedakan darah, dan dia juga tidak hafal kebiasaan dan awal mula haidnya.
Perempuan yang mengalami istihadhah jenis ini disebut juga mutahayyirah (perempuan yang bingung). Hukumnya adalah dia harus selalu ber-ihtiyath atau hati-hati.
Dia dihukumi seperti orang haid dalam masalah: berhubungan dengan suami, membaca alquran di luar shalat,-
[Surat Al-Furqan 74]
"Ya Tuhan Kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikan kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa."
Dalam Al-Qur'an doa ini merupakan doa orang-orang mukmin yang menginginkan Islam tersebar luas,-
Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran,-
-penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.
[Al-Isra' 36]
Al-Qurthubi dan Al-Zamakhsyari mnjlaskn maksud dari ayat
(وَلَا تَقۡفُ مَا لَیۡسَ لَكَ بِهِۦ عِلۡمٌۚ)
adalah jgn mengikuti perkataan dan perbuatan yg blum diketahui (asal dan kebenarannya)
"Kita adalah Mayyit (مَيِّت) yg akan menjadi Mayit (مَيْت)"
Dalam Al-Qur'an ada beberapa kata yg memiliki bentuk kata (sighot musytaq) bermacam-macam walaupun dr satu asal kata yang sama. Salah satu contohnya adalah kata mayyitun (مَيِّتٌ) dan maytun (مَيْتٌ).
Isim musytaq ini berasal dari satu kata yg sama yaitu maa-ta (مات).
Kata mayyitun dengan ya bertasydid (ميّت) disebutkan 12 kali dalam alquran untuk menunjukkan tiap-tiap makhluk yang masih memiliki ruh serta masih menunggu waktu kematiaannya.
Sama2 boros dan berlebihan, apa bedanya Mubadzir dan Israf dalam Alquran?
Mubadzir berasal dari fi'il badzdzara (بذّر) dengan bentuk masdar 'tabdziir' (تبذير) yg secara bahasa berarti menebarkan sesuatu dan menyebarkannya.
Kata ini kemudian digunakan untuk menggambarkan sikap boros dan penyia2an uang/harta sprti orang yg menebar-nebar benih tanpa tau tujuannya.
Sedangkan israf berasal dr kta asrafa (أسرف) yg berarti melampaui target dan meninggalkan kesederhanaan dalam sgala sesuatu.
Ayat tersebut berisi perintah sekaligus jawaban, yaitu perintah untuk berdzikir mengingat Allah, maka Allah akan mengingat hamba yg berdzikir tsb.
Dzikir scra bahasa mengingat. Mengingat sesuatu bisa dgn menyebut namanya, atau jg bsa mnghdirkanny di dlm hati dan pikiran. Maka dzikir seorang hamba kpd Tuhannya, bisa dilakukan melalui lisannya, yaitu dgn slalu bertahmid, bertasbih, mmbca kalamNya sambil mrenungkn keagunganNya
Puasa Ramadhan
Kata Shiyam (صيام) masdar dr kata Shoma (صام) secara bahasa berarti menahan dan meninggalkan pergerakan dari satu keadaan ke keadaan yg lain. Shg orang yang diam disebut jg "shoum" krena ia menahan diri dari berbicara (lihat jg Maryam:26).
Ciri orang bertakwa (3)
Setelah sebelumnya disebutkan ciri pertama (berinfaq di jalan Allah), ciri kedua (menahan amarah) dan ciri ketiga (memaafkan orang lain) orang bertakwa yg dijanjikan Allah surga baginya, maka kemudian Allah memberi ciri selanjutnya.
Ciri-ciri orang bertakwa yg dijanjikan surga (1)
Ayat ini menjelaskan ciri-ciri orang yang bertakwa, yg dijanjikan Allah surga untuknya.
Ciri yg pertama adalah mereka yg menginfaqkan harta semata2 mengharap keridhaan Allah dalam setiap keadaan baik saat sulit maupun mudah, saat sakit maupun sehat, dan saat sedih maupun senang.
Kata Mu'asyaroh (معاشرة) merupakan wazan mufa'alah dari al-'isyroh (العشرة) yg berarti mushohabah wa mukholathoh yaitu saling mengiringi/menemani dan mencampuri.
Maksud dari ayatnya, menemani dan berinteraksi dgn perempuan (dlm konteks ayat ini adalah istri) dengan cara2 yg baik, melalui perbuatan2 dan perkataan2 yg baik dan terpuji sesuai dgn tuntunan syariat dan akal yg sehat.