Saya jg optimis strategi propaganda firehose of falsehoods ini bisa dikalahkan. Meskipun baru2 ini strategi yg sama mengantarkan Bolsonaro menang di Brazil. Padahal sebelumnya Bolsonaro tak lebih hanya lelucon di politik Brazil. Hal yg sama semoga tdk terjadi di Indonesia
Bolsonaro adalah Donald Trump nya Brazil. Ia baru saja memenangkan Pilpres di Brazil dgn menggunakan teknik Firehose of Falsehoods. Uniknya di Brazil, hoax disebarkan melalui whatsapp group. Rakyat Brazil ditakut2i mengenai invasi pekerja China bahkan sampai hoax tentang Ursal
Ursal ini adalah Hoax yg cukup menggelikan. Kubu konservatif di Brazil menghembuskan berita hoax jika kubu Progresif yg menang maka Brazil akan digabungkan dgn Venezuela, Chile dan Rusia menjadi negara Ursal. Tentu saja isu ini menjadi bahan tertawaan di masy Brazil yg terdidik
Namun, mereka lupa kalau di Brazil tingkat pendidikan masyarakatnya masih banyak yg cukup rendah. Brazil memiliki masalah ini sbg negara terakhir yg menghapus perbudakan scr resmi. Hoax ursal ini cukup utk membuat kelompok masyarakat yg tingkat pendidikan rendah ini ketakutan.
Seperti halnya di negara2 maju, kelompok Progresif di Brasil rata2 adalah kaum terdidik. Para peneliti hingga professor di Perguruan Tinggi adalah representasi kelompok Progresif. Namun masalahnya mereka jarang mau turun ke masyarakat. Shg di Brasil dikenal istilah left caviar
Teknik Firehose of Falsehoods ini berhasil di Brasil dgn cara menggunakan jaringan Gereja evangelical. Dimana Bolsonaro merupakan salah satu petingginya. Hal yg sama juga dilakukan oleh Trump di US. Hanya saja di Brasil hoax disebarkan melalui broadcast message melalui Whatsapp
Hal yg sama kita lihat di Indonesia saat ini. Fitnah dan hoax menyebar melalui whatsapp, terutama melalui whatsapp group. Namun, kita cukup beruntung kasus RS terbongkar. Bisa kita bayangkan apa yg terjadi jika tdk terbongkar. Akan seperti apa ketakutan dan kemarahan yg muncul?
Berdasarkan penemuan mutakhir di Bidang neuroscience, konservatif memiliki amygdala yg aktif sementara progresif memiliki insula yg lebih aktif. Amygdala adalah pusay rasa takut sementara insula adalah pusat empati. Firehose of falsehoods ini adalah utk mengaktivasi amydala
Penelitian Rose McDermott menunjukkan jk konservatif yg dikendalikan oleh rasa takut akan menyukai otoritas yg kuat sementara progresif yg memiliki rasa empati yg besar akan menyukai pendekatan kemanusiaan dlm sistem bermasyarakat. Ini seperti filosofi Jedi dan Sith dlm Statwars
George Lucas dlm menyusun cerita Statwars sepertinya menggunakan filosofi yg sama mengenai pertarungan politik konservatif vs progresif ini. Tentunya dgn penyederhanaan. Jedi diharuskan tdk boleh dikendalikan rasa takut atau amygdala yg lebih aktif. Sementara Sith sebaliknya
Rasa takut justru digunakan oleh Sith utk mengendalikan masyarakat. Karena dgn ketakutan masyarakat akan lebih mudah dikendalikan. Jedi dianggap terlalu lemah utk mengendalikan masyarakat dan membangun kedisplinan. Sehingga keteraturan (order) sulit utk ditegakan
Tentu saja ini ada banyak penyederhanaan. Karena pada dasarnya insula dan amygdala bukan hanya sesuatu yg nature (ada berdasarkan genetic) tetapi juga nurture (ditumbuhkembangkan). Selain itu populasi terbesar dimasyarakat adalah moderate, yg berada diantara konservatif&progresif
Firehose of Falsehoods ini adlh teknik yg dikembangkan utk me-nurture rasa takut, sehingga amygdala masyarakat moderate menjadi lebih aktif. Shg akan membuat masyarakat menjadi lbh konservatif. Ini jg menjelaskan kenapa setiap US terlibat perang, Republican yg konservatif menang
Konservatif yg dikendalikan oleh rasa takut akan menyukai pemimpin yg tegas&kuat, bahkan mereka lebih bisa menerima pemimpin yg otoriter. Karena melalui pemimpin otoriter akan tercipta masyarakat yg tertib. Kubu progresif sebaliknya, lebih menyukai pemimpin yg simpatik & merakyat
Kubu progresif yg memiliki insula lebih aktif akan menyukai ide2 kemanusiaan dan masyarakat yg demokratis. Selain itu kubu progresif menyenangi proses discourse dan diskusi. Karena melalui cara2 ini ide dapat berkembang
Dlm konteks Pilpres Indonesia, firehose of falsehoods ini hanya akan menguntungkan Prabowo-Sandi. Dgn dikuasai oleh ketakutan akan membuat masyarakat Indonesia menjadi konservatif. Kita bisa lihat dari narasi yg dikembangkan. Ini salah satu contohnya --> m.wartaekonomi.co.id/berita201054/z…
Ada banyak kemiripan pola kampanye Prabowo-Sandi dgn metode firehose of falsehoods ini. Seperti yg dijelaskan oleh Rand Corps, metode ini ada 4 karakter. 1. High volume, 2. Continuous, rapid and repetitive 3. No commitment to objective reality, 4. No commitment to consistency
Seperti yg pernah dijelaskan oleh mas @budimandjatmiko mengenai metode ini. Langkah pertamanya adalah dgn menarik perhatian publik. Meskipun terkadang cara2nya terlihat konyol. Jd jangan anggap remeh gimmick2 pakai Pete jd rambut, gaya bango, nelp pakai tempe dllnya..
Dengan cara2 ini perhatian publik bisa didapatkan. Prinsip pertama dari metode firehose of falsehoods ini terpenuhi. High volume, yg artinya jangkauannya menjadi semakin luas. Orang2 akan membahas & Media2 akan menunggu kekonyolan2 berikutnya sehingga perhatian akan semakin luas
Langkah berikutnya adalah menghilangkan kepercayaan terhadap data. Dgn menggunakan cerita2 terisolasi yg tdk dpt diverifikasi kebenarannya (isolated and unverified cases). Jadi jgn heran cerita ibu2 yg cekcok dgn suaminya krn uang 100ribu digunakan utk membantah data inflasi
Dan yg paling penting adalah, disaat bersamaan juga melontarkan tuduhan jika pihak lawannya jg melalukan kebohongan. Trump melakukan hal ini dgn memberikan panggilan lying ted thd Ted Cruz, saingan terberatnya di konvensi GOP. Kemudian memanggil Hillary dgn Crooked Hillary
Polanya adalah buat false claim ~> viral ~> dibantah dgn fact checking~> mengakui kesalahan~>tuduh pihak lawan jg berbohong ~>repeat
Namun cara2nya ini tdk berhasil dilakukan di Malaysia dan Prancis. Emmanuel Macron dan Le Marche nya menang di Pemilu Prancis yg lalu. Hal ini disebabkan karena masyarakat Prancis mayoritas adalah Progresif. Nah yg menarik disini adalah di Pemilu Malaysia kemarin.
Dalam Pemilihan Raya Malaysia, pekatan harapan kerap mendapatkan tuduhan/berita hoax kalau democratic action party (DAP) adalah perpanjangan tangan dari People Action Party di Singapore. Sehingga jika pekatan Harapan menang maka yg akan jd PM adalah Lim Kit Siang, ketua DAP.
Ada banyak berita2 hoax yg disebar terkait partai2 yg tergabung dlm koalisi pakatan harapan yg digunakan utk membangun ketakutan diantara masyarakat Melayu Malaysia. Namun ternyata cara2 tsb tidak berhasil. Tentunya kita jg berharap firehosing ini juga tdk berhasil di Indonesia
Karena Malaysia dan Indonesia merupakan rumpun bangsa yg sama. Maka kita bisa berharap kalau secara genetic kita adalah bangsa yg memiliki kecenderungan progresif. Hal ini bisa kita lihat dari latar belakang budaya kita yg lebih terbuka dan memiliki empati yg besar.
Kita saat ini beruntung memiliki NU dan Muhammadiyah. Dua organisasi Islam terbesar di tanah air inilah yg menjadi representasi Progresif. Agama ditangan kaum moderate dan cenderung progresif akan memunculkan warna2 empatinya. Dlm Islam dikenal sbg ciri Islam yg rahmatalilalamin
Melalui NU dan Muhammadiyah kita umat Islam tanah air lebih mengenal Allah sbg Tuhan yg Maha pengasih lagi Maha Penyayang bukan Tuhan yg Azabnya Maha pedih. Islam yg mengayomi semua makhluk, melindungi setiap anak bangsa tanpa memandang apapun Agamanya.
Maka, ketika NU diserang oleh kelompok ultra konservatif, yg diserang adalah masyarakat progresif yg bergerak dgn empati. NU adalah salah satu batu sandungan terbesar dlm membuat masyarakat Indonesia menjadi lebih konservatif.
Lalu kembali ke pertanyaan terbesarnya, bagaimana menghadapi model kampanye Firehose of falsehoods ini? Seperti yg sudah disinggung oleh mas @budimandjatmiko. Kita sudah mempelajari dan mengetahui bagaimana langkah yg tepat utk menghadapi model kampanye ala Trump ini.
Seperti yg ditulis oleh Laporan Rand Corp ini. Jangan pernah melawan semprotan selang damkar utk kebohongan (firehose of falsehoods) ini dgn semprotan kebenaran. Karena cara ini tdk akan berhasil. Tapi berikanlah jashujan (raincoat) kepada masyarakat.
Seperti yg dijelaskan oleh Tim Harford dari Univ of Oxford. Hoax atau berita bohong akan sia2 dilawan dgn memberikan fakta. Karena beberapa hal diantaranya, kebenaran cenderung lebih rumit. Misalnya cerita ibu2 yg cekcok dfn suaminya vs data inflasi yg dipenuhi angka2 yg rumit
Selain itu, hoax akan lebih mudah diingat smntr data atau fakta lebih membosankan. Misalnya cerita tempe setipis atm vs data pertumbuhan ekonomi, penurunan angka kemiskinan dan pengangguran yg penuh grafik2 yg membosankan. Maka, jgn dihadapi dgn membantah berita hoax satu persatu
Lalu apa itu jashujan atau raincoat yg dimaksud oleh Rand Corp tsb? Salah satunya adalah dgn cara mencerdaskan masyarakat mengenai metode propaganda ala Trump ini. Jika perlu disederhanakan agar bisa menjangkau semua lapisan masyarakat. Diingatkan secara terus-menerus..
Dgn jashujan, masyarakat akan berhati2 menerima berita2 hoax. Mereka akan merasa lebih utk mengabaikan berita2 yg tdk jelas. Karena dgn demikian, engagement yg diharapkan oleh pengguna model propaganda ini akan tdk tercapai. Sehingga mereka akan kesulitan menjangkau masy scr luas
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Lockdown membunuh lebih banyak orang dari pada Covid 19. Artikel ini menarik soal bagaimana lockdown sebenarnya lebih banyak mudharatnya dibanding manfaat. internationalaffairs.org.au/australianoutl…
Seperti yg kita ketahui Lockdown awalnya didasari model Neil Ferguson dari Imperial college. Sejak saat itu para pendukungnya mengikuti saran model tersebut religiously. Padahal model tsb sudah banyak yg debunking. Makanya pendukung Lockdown ini skrng lebih mirip agama.
Ketika awal2 model ini masih jd panduan banyak orang soal LD (ini sblm Fergusonnya sendiri akhirnya ketahuan melanggar aturan LD ya). Beberapa academic di Oxford mencoba membongkar modelnya. Kebetulan model ini di Github. Silahka kalau mau lihat isinya github.com/ImperialColleg…
Tadi saya diwawancara oleh jurnalis narasinewsroom terkait twit lama saya ini. Kebetulan juga Jakarta saat ini sedang dilanda musibah banjir. Saya baru menyadari ada hal yg luput saya jelaskan ketika membuat serial twit ini. Mengenai polemik soal betonisasi.
Saya sbnrnya bingung kenapa dlm narasi2 dari beberapa orang yg katanya aktivis lingkungan ketika mengkritisi penanganan banjir yg sblmnya dilakukan adalah mendemonisasi pembetonan pinggir sungai atau yg mereka sebut betonisasi.
Narasi yg dibangun seolah2 betonisasi ini solusi penanganan banjir yg tidak bersahabat dgn lingkungan dan tidak indah dilihat dsbnya. Padahal betonisasi ini bukanlah solusi itu sendiri tapi merupakan implikasi dari keterbatasan yg dihadapi oleh Jakarta saat ini.
Atas permintaan mas @budimandjatmiko dan sambil nunggu apakah Biden memang bisa secure Pensylvania dan Nevada utk memastikan road to 270 electoratnya. Saya mau cerita pandangan saya soal Laïcité di Prancis dan juga perkembangan politik US serta kira2 dampaknya utk Indonesia
Terus terang saya ga terlalu paham soal ini. Jadi mungkin banyak informasi yg saya gunakan perlu di periksa ulang. Mungkin saya mulai dari Laïcité di Prancis yg akhir2 ini ternyata cukup heboh dibahas di Indonesia. Sementara di UK sini berita soal ini tdk terlalu terdengar.
Seperti sama2 kita ketahui konteks Laïcité sudah ada Prancis sejak Revolusi Prancis abad 18 yg mengakhiri konstitutional monarki nya Prancis dan membuat Louis XIV dieksekusi mati. Prancis juga memisahkan pengaruh Gereja dgn pemerintahan pada masa itu.
Hari ini sdh lbh dari 14 hari UK melonggarkan status stay at home ordernya ke Stay Alert. Artinya sdh satu masa inkubasi virusnya. Sejak masy. UK keluar menikmati sinar matahari, kasusnya malah turun. Pdhl ketika keputusan tsb dibuat banyak yg bilang akan naik secara eksponensial
Artinya paper2 yg menyebutkan orang2 yg dipaksa utk berada dlm karantina memiliki resiko lebih tinggi untuk tertular ini benar. Sehingga jangan heran kalau beberapa negara yg sudah lockdown ketat kurvanya malah meningkat. medrxiv.org/content/10.110…
Data di UK ini kemungkinan akan mendorong negara2 lain akan membuka lockdownnya meskipun kurva mereka masih naik. Terlebih lagi kematian akibat dari lockdown ini lebih banyak dari nyawa yg diselamatkan. Mulai dari ancaman kelaparan, naiknya angka kematian akibat stress
Ok saya jelaskan kenapa Lockdown itu ga bisa menjamin bisa flattening the curve di Pandemic ini. India sudah mulai lockdown pada tanggal 23 Maret, dan semua tau bagaimana kerasnya lockdown di India. Law enforcement dengan cara kekerasan. Polisi memukuli warganya yg berani keluar
Lalu apakah India berhasil flattening the curve? Data per hari ini sih trend penularan masih naik. Padahal sudah 45 hari lebih penduduk India dlm keadaan lockdown yg ketat. Data penularan itu jg inline dgn data kematian di India yg trend nya juga naik.
Apakah India tidak berhasil Lockdown nya? masalah pertama yg akan terjadi akibat lockdown adalah ancaman kelaparan. India sudah mengalami itu saat ini. Lalu apakah penduduk India jd melanggar aturan?Ternyata warga India lebih takut dipukuli dari pada kelaparan. Jadi masih tertib
Mumpung lg lowong, mau menunaikan janji utk mengulas bahasan diskusi saya dgn mas @ainunnajib seperti yg disampaikan oleh mas @budimandjatmiko bbrp hari yg lalu. Seperti yg dibahas sblmnya saya berpendapat utk menghadapi wabah ini adalah seperti lari marathon, bukan lari sprint
Sebelumnya saya mau disclaimer, saya tdk menentang lockdown dan jg tdk mendukung strategi percepatan terbentuknya herd immunity seperti yg sering kita dengar. Saat ini saya tinggal di UK, asal muasal rencana spt ini, jd saya tau rasanya berada di negara yg mengambil langkah ini.
Belajar dari kasus2 pandemic terdahulu, mulai dari H1N1 2009, SARS hingga Spanish Flu 1918 ini terjadi dlm waktu lebih dari 1 tahun. Selain itu pandemic tsb jg terjadi dlm beberapa gelombang. Pandemic Covid19 yg kita lihat saat ini kemungkinan besar baru 1st wave saja.