Emang kalo ada orang putus asa dan ingin bunuh diri karena dia jelek, miskin, cacat mental, penyakitan, dan merasa dianggap menjijikkan, kamu mau bantu apa? Nikahin dia?
And you, a good Twitter netizen, have all the right to block and even report me. It's fine. It's your right and I will take all the possible consequences.
Please try to leave no debt unpaid and promises unfulfilled.
(2) I truly believe the right to take one's own life is a human right.
(3) I have been, and will continue, respecting anyone's decision not to continue with his/her own life.
"Hanya jika kamu benar-benar, sungguh-sungguh yakin bahwa kamu tidak akan menyesal [meninggalkan dunia ini], pilihan untuk mengakhiri hidup itu terbuka untuk kamu ambil."
Karena itu, syarat yang selalu kuingatkan dan kutekankan sebelum seseorang mengambil keputusan besar adalah: "Pastikan kamu yakin kamu tidak akan menyesal memilih langkah itu."
Sesuatu disebut "tragedi" hanya kalau ada potensi-besar yang mendadak-hilang.
Orang yang bilang "jangan bunuh diri" itu, walau tidak mengaku, milih-milih mana saja orang yang mereka inginkan hidup dan mana saja yang akan mereka biarkan mati.
Kalau dia sedih saat idolnya bunuh diri, tapi senang saat WNI ex-ISIS mati, dia tidak benar-benar menilai "hidup manusia itu berharga".
Memandang dan memperlakukan tiap orang sebagai insan, yang (1) berhak mengambil pilihan untuk dirinya sendiri dan (2) punya kemampuan sekaligus kewajiban untuk bertanggung jawab atas pilihannya.
Kamu selalu punya hak membantunya jika kamu mau dan mampu. Kalau tidak mau atau tidak mampu, tidak etis menjanjikan yang tidak bisa kamu jamin.
Realistisnya, kamu pun akan mati-matian menghalangi anak kamu untuk menikahi seorang dengan cacat genetik—kecuali jika dia kaya atau terkenal.
Di survei kecil ini, 61% orang yang lahir dari keluarga miskin menganggap dirinya "lebih baik tidak lahir".
Berdasar pengalaman sendiri, informasi dan pengingat paling empowering ketika sedang suicidal adalah: Aku punya kendali atas nyawaku—hidup dan matiku. Aku punya kendali atas keputusanku dan tujuanku.
Se-menderita dan seburuk apa pun keadaan orang, jika alasan hidupnya kuat dan terus teringat di kepala, dia tidak akan sengaja bunuh diri.
"Orang yang tidak tahu hidupnya untuk apa" adalah orang yang paling mudah terguncang, tertekan, putus asa, dan ingin bunuh diri saat ada ketidaknyamanan atau masalah hidup yang ditemui.
(1) Passive suicidal thought: Jika orang itu ingin mati—atau menilai lebih baik mati ketimbang hidup, tapi tidak ada rencana dan jadwal bunuh diri.
(2) Active suicidal thought: Jika ingin mati sekaligus merencanakan dan menjadwalkan eksekusinya.
Ada pikiran: "Hidup begini-begini aja, capek. Banyak tanggung jawab dan beban kerja. Kayaknya kalau ketabrak mobil aku bisa tenang."
(1) Moral itu soal konsistensi. Orang disebut "tidak bermoral" jika dia munafik. "Melarang bunuh diri" itu tidak bermoral jika, di saat yang sama, ada orang yang kamu harapkan mati.
(2) Melarang orang bunuh diri "supaya kamu tidak sedih" itu selfish.
(4) Jika kamu ingin seseorang bertahan hidup, ingatkan dia tentang alasan hidupnya. Jika tidak ada, ingatkan dia untuk mencoba hal-hal yang ingin dia coba tapi belum dia lakukan; itu langkah-awal efektif.
(6) Life is hard. Tanpa tujuan dan alasan hidup, tanpa jati diri dan cita-cita, seseorang akan "passive suicidal".
itu artinya kamu tidak punya empati, karena kamu merumuskan solusinya dari sudut pandang kamu—bukan sudut pandang dia.
Hidupku adalah untuk mempertahankan jati diri dan memperjuangkan cita-cita. This is my highest moral principle: "Live and die with no regret!"