My Authors
Read all threads
Karena TV rusak gak bisa nonton Netgeo Wild, maka saya mau cerita aja ttg seorang tentara pejabat Setneg di zaman Orba yg di kantor galaknya naudzubilah tapi takut banget sama isterinya. Pada pingin denger gak?
Jadi gini ceritanya.
Kejadian ini di era Orde Baru akhir tahun 80an. Saat itu banyak sekali jabatan2 strategis di birokrasi dan kepala daerah diisi oleh tentara/militer. Dulu hal spt itu disebut sbg Dwi Fungsi ABRI yg pada era Presiden #GusDur dicabut.
Mungkin 'saking semangatnya' dg program itu, kualifikasi seseorang thd jabatan yg akan diduduki seringkali tidak diperhatikan. Asal dia tentara dg pangkat cukup dianggap mampu menduduki jabatan tsb.
Salah satunya adalah bos saya di kantor Setneg.
Nama beliau Letnal Kolonel IS. Tubuhnya tak terlalu tinggi tapi tegap, rambut hitam kelam tersisir rapi belah samping, wajahnya bergaris keras khas wajah Indonesia dengan kumis tebal melintang rapi. Sorot mata tajam. Kalau bicara tone suara keras.
Lengkap sdh sbg sosok petarung.
Pokoknya kita para staf kelas cecere ini hanya berhadapan dengan sosoknya saja sudah merasa terintimidasi. Mental udah down duluan. Perasaan kita ini tak lebih berarti dari pada lumut selang.
Dan Pak IS itu faham betul ttg kondisi ini.
Dia seringkali dg lantang cerita bahwa ia sdh berhadapan dg kematian di medan2 pertempuran. Maka tidak ada kata takut dlm kamusnya jika untuk bangsa dan negara. Gitu gertaknya.
Namun ternyata tak perlu waktu lama bagi kami untuk mengetahui bbrp rahasia penting hidupnya.
Rahasia pertama: Ia amat sangat takut thd 2 orang: Satu, Mensesneg Moerdiono. Dua, isterinya sendiri.

Rahasia kedua: Ia hanya tahu 2 kata Bahasa Inggris: 'Follow me'.
Lanjut gak?
Takut Mensesneg Moerdiono bisa kita maklumi. Memang seluruh staf Setneg takut Pak Menteri. Krn beliau memang super teliti & sangat tegas. Meski tiap kali beri keterangan di TV sosoknya berubah 180 derajat. Bicaranya jadi pelan dan kalimatnya terbata2. Jauh dr kesan orang cerdas.
Lha takut kpd isteri ini yg menarik untuk ditelaah lebih jauh. Katanya sdh sering berhadapan dg kematian di medan tempur? Katanya tak ada yg ditakuti dlm hidupnya jika untuk bangsa dan negara?

Selidik punya selidik, ternyata....
Ternyata.......

Isterinya itu juga tentara dengan pangkat yg setara: Letnan Kolonel.
Dan sosoknya lebih tinggi dan lebih besar dari Pak Kumis!
Sorot mata ibu itu tidak kalah tajam dg milik suaminya. Dia jarang sekali senyum dan langkah kakinya tegap berat. Tiap kali ia menyambangi kantor suaminya, dr depan lift suara langkahnya yg mantab teratur sdh bisa terdengar di tengah bisik deru angin AC. Kletok kletok kletok!
Dan tiap kali kita mendengar suara langkah sepatu yg khas itu kita para staf justru merasa lega dan gembira, karena 2 hal:
Pertama akan ada oleh2 kue cemilan buat semua staf.
Kedua, Pak Kumis seketika akan berubah jadi sosok yang maniiiiis dan 'sangat perhatian' kepada anak buah.
Pokoknya selama sang isteri masih ada, Pak Kumis akan jadi sosok yang adoreable, loveable, pelukable.
Kata2nya enak didengar, sama sekali tidak ada bentakan dan senyum manisnya selalu mengembang kemana2.
Menyapa anak buah juga dg panggilan Pak, Mas atau Bu, Mbak.

Kalau anda punya permintaan atau usul terkait pekerjaan, saat2 seperti ini adalah saat yang paling tepat untuk disampaikan.
Lebih afdol lagi, usahakan sang isteri ikut mendengar juga usulan anda. Dijamin!
Itu tadi tentang Rahasia Pertama ya.

Rahasia Kedua adalah ternyata Pak Kumis tidak bisa Bahasa Inggris. Vocabnya hanya 2 kata: ' Follow me'.
Padahal tugas & jabatannya itu bekaitan dengan urusan kewartawanan di lingkungan kepresidenan. Wartawan dalam & luar negeri. Nah lo!
Memang kelemahan ini tidak terlalu terasa di hari2 biasa. Karena wartawan istana yg terdaftar saat itu tidak banyak, hanya sekitar 50 orang. Dan yang benar2 aktif hanya separuhnya.
Krn di zaman Pak Harto, untuk bisa terdaftar sbg wartawan istana syaratnya sangat berat.
Tapi syarat berat itu bukan ditilik dari tes atas kemampuan jurnalistiknya.
Berat karena ada screening atau penyaringan yang dilakukan oleh sebuah lembaga intelejen militer.
Calon wartawan harus mengisi formulir pertanyaan berlembar2 dan wawancara lisan berkali2 yang panjang.
Riwayat hidup calon wartawan dan keluarganya serta keluarga besar isterinya akan dukuliti semua. Kalo dulu dia pernah nyuri mangga tetangga pasti juga akan ketahuan.
Hasilnya adalah para wartawan istana saat itu adalah wartawan dalam arti orang2 yang siap menulis apapun sesuai arahan pemerintah. Jangan coba2 melebar dari itu. Apalagi menyimpang. You are in a big big big trouble, my friend!
Tapi di lain fihak, wartawan istana benar2 diopeni pemerintah. Kemanapun Presiden pergi mrk diajak. Biaya ditanggung penuh negara & bahkan diberi uang jalan layaknya petugas negara, meski mrk sdh terima uang jalan juga dr kantornya. Mereka juga diberi jatah beras bulanan & THR.
Nah ketika KH. Abdurrahman Wahid #GusDur menjabat presiden, semua aturan ttg wartawan istana itu dicabut. Prinsipnya, semua wartawan boleh meliput di istana. Syaratnya cuma 1: Bawa surat pengantar dari Pemrednya. Syarat Surat Ijin Usaha Penerbitan (SIUP) untuk media juga dicabut.
SIUP itu adalah alat pemerintah Orde Baru untuk mengontrol media pemberitaan shg semua bisa dikendalikan sesuai kemauan penguasa.
Pencabutan syarat SIUP untuk media adalah salah satu langkah sangat berani dr Presiden #GusDur dlm proses demokratisasi.
Dampak seketikanya ratusan media muncul lahir bak jamur di musim hujan. Bermacam koran, majalah, tabloid, dll baru terbit. Dunia media massa sontak jadi meriah hingar bingar. Bebas dan tanpa ada kontrol sama sekali dr pemerintah.
Pintu istana presiden juga dibuka lebar. Wartawan istana yang tadinya hanya terdaftar 50, melonjak drastis jadi 350 orang!
Halaman Istana Presiden tiap hari jadi mirip pasar kaget.
Selamat datang angin baru demokrasi di Indonesia!
Semua wartawan dr semua media silahkan meliput bebas sesuai kaidah jurnalistik.
Istana jg mencabut semua previlage yang selama ini diberikan kpd wartawan istana. Tidak ada lagi beras, uang jalan, dll. Ini sbg upaya Pres #GusDur meneguhkan kebebasan pers sbg pilar ke 4 demokrasi.
Eh.. cerita tentang Pak Kumis jadi kelupaan ya.
Selain takut isteri dan gak bisa bahasa Inggris, Pak Kumis punya kebiasaan unik. Kalau nyetir mobil sepatunya selalu dilepas.
Jadi dari jendela kantor kita di lantai 2, kita bisa saksikan ritualnya tiap ia akan pulang kantor.
Jadi tiap kali mau pulang kantor, setelah duduk di kursi pengemudi ia lepas sepatunya. Caranya kedua kakinya akan menjulur keluar pintu mobil manapak ke lantai parkir. Setelah dilepas kedua sepatu dijajar rapi di bawah pintu mobil dengan kaos kaki diselipkan ke dalam sepatu.
Stlh itu untuk sekitar 10-15 mnt mobil tetap diam dg posisi pintu terbuka & sepatu berjajar di lantai parkir. Saya tak tahu apa yang dikerjakan Pak Kumis selama itu krn kaca mobil gelap.
Kmd stlh kurun waktu misterius itu, ia akan ambil kedua sepatu, tutup pintu, mobil jalan.
Ritual kepulangannya selalu sama begitu, kecuali 1 hal.
Kecuali jika ada 1 tahapan ritual yang ia lupa lakukan, yaitu ambil sepatunya sebelum pintu mobil ditutup.
Bbrp kali saya saksikan mobil yang sudah hilang kembali memutar balik untuk mengambil sepatunya yang tertinggal.
Kita merasakan banyak kesulitan ketika saat ada Tamu Negara yang selalu membawa rombongan wartawan.
Karena saat2 seperti ini sering terjadi kesalahfahaman di antara puluhan wartawan asing akibat dari kemampuan bahasa Inggris Pak Kumis yang sangat terbatas.
Sbg contoh di tengah kerumunan wartawan nasional & asing, Pak Kumis beri perintah dg keras dan tegas, 'Wartawan tunggu sini, Pers follow me!'.
Ia katakan begitu sambil bergegas jalan pergi.
Masalahnya ada wartawan Indonesia yang bekerja untuk pers asing. Masuk kategori mana dia?
Ketika ia lihat ada wartawan lokal yang ikut nginthil dia langsung dihardik,' Ngapain kamu ikut?! Saya kan sudah bilang tunggu disitu!'.
'Tapi pak....'.

Ah embuh ah. Karepmu.
Begitulah cerita tentang Pak Kumis aka Mr. Fllow me. Begitu kami dulu menjulukinya.

Begitulah kondisi di era Orde Baru. Ketika masih ada Dwi Fungsi ABRI.
Saat itu TNI dan Polri juga masih jadi satu di bawah komando Panglima TNI sebelum dipisahkan oleh Presiden GusDur.
Presiden GusDur melakukan reformasi di bidang birokrasi dan pertahanan keamanan agar proses demokratisasi bisa berjalan. TNI dan Polri juga dipisah agar masing2 bisa lebih maksimal dalam menjalankan tupoksinya. TNI Pertahanan, Polri Keamanan.

SEKIAN.
May God Bless Indonesia.
Hikmah dr cerita ini: Jangan lupa membawa sepatumu pulang.
@bacautas ini.
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with Priyo Sambadha

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!