Kejadian ini di era Orde Baru akhir tahun 80an. Saat itu banyak sekali jabatan2 strategis di birokrasi dan kepala daerah diisi oleh tentara/militer. Dulu hal spt itu disebut sbg Dwi Fungsi ABRI yg pada era Presiden #GusDur dicabut.
Salah satunya adalah bos saya di kantor Setneg.
Lengkap sdh sbg sosok petarung.
Dan Pak IS itu faham betul ttg kondisi ini.
Namun ternyata tak perlu waktu lama bagi kami untuk mengetahui bbrp rahasia penting hidupnya.
Rahasia kedua: Ia hanya tahu 2 kata Bahasa Inggris: 'Follow me'.
Selidik punya selidik, ternyata....
Isterinya itu juga tentara dengan pangkat yg setara: Letnan Kolonel.
Dan sosoknya lebih tinggi dan lebih besar dari Pak Kumis!
Pertama akan ada oleh2 kue cemilan buat semua staf.
Kedua, Pak Kumis seketika akan berubah jadi sosok yang maniiiiis dan 'sangat perhatian' kepada anak buah.
Kata2nya enak didengar, sama sekali tidak ada bentakan dan senyum manisnya selalu mengembang kemana2.
Kalau anda punya permintaan atau usul terkait pekerjaan, saat2 seperti ini adalah saat yang paling tepat untuk disampaikan.
Lebih afdol lagi, usahakan sang isteri ikut mendengar juga usulan anda. Dijamin!
Rahasia Kedua adalah ternyata Pak Kumis tidak bisa Bahasa Inggris. Vocabnya hanya 2 kata: ' Follow me'.
Padahal tugas & jabatannya itu bekaitan dengan urusan kewartawanan di lingkungan kepresidenan. Wartawan dalam & luar negeri. Nah lo!
Krn di zaman Pak Harto, untuk bisa terdaftar sbg wartawan istana syaratnya sangat berat.
Berat karena ada screening atau penyaringan yang dilakukan oleh sebuah lembaga intelejen militer.
Calon wartawan harus mengisi formulir pertanyaan berlembar2 dan wawancara lisan berkali2 yang panjang.
Pencabutan syarat SIUP untuk media adalah salah satu langkah sangat berani dr Presiden #GusDur dlm proses demokratisasi.
Halaman Istana Presiden tiap hari jadi mirip pasar kaget.
Selamat datang angin baru demokrasi di Indonesia!
Istana jg mencabut semua previlage yang selama ini diberikan kpd wartawan istana. Tidak ada lagi beras, uang jalan, dll. Ini sbg upaya Pres #GusDur meneguhkan kebebasan pers sbg pilar ke 4 demokrasi.
Jadi dari jendela kantor kita di lantai 2, kita bisa saksikan ritualnya tiap ia akan pulang kantor.
Kmd stlh kurun waktu misterius itu, ia akan ambil kedua sepatu, tutup pintu, mobil jalan.
Kecuali jika ada 1 tahapan ritual yang ia lupa lakukan, yaitu ambil sepatunya sebelum pintu mobil ditutup.
Bbrp kali saya saksikan mobil yang sudah hilang kembali memutar balik untuk mengambil sepatunya yang tertinggal.
Karena saat2 seperti ini sering terjadi kesalahfahaman di antara puluhan wartawan asing akibat dari kemampuan bahasa Inggris Pak Kumis yang sangat terbatas.
Ia katakan begitu sambil bergegas jalan pergi.
Masalahnya ada wartawan Indonesia yang bekerja untuk pers asing. Masuk kategori mana dia?
'Tapi pak....'.
Ah embuh ah. Karepmu.
Begitulah kondisi di era Orde Baru. Ketika masih ada Dwi Fungsi ABRI.
Saat itu TNI dan Polri juga masih jadi satu di bawah komando Panglima TNI sebelum dipisahkan oleh Presiden GusDur.
SEKIAN.
May God Bless Indonesia.