Hobi beliau ada dua. Golf dan mancing di laut. Mancing di empang kek Satpam komplek gitu gak pernah. Apalagi ikut2an galatama.
Minimal sebulan sekali di hari Minggu beliau mancing di Kepulauan Seribu.
Skrg nomor 04 ya.
Bbrp speedboat yg ngawal itu masih belum cukup. Di kejauhan, di cakrawala, selalu terlihat siluet bbrp kapal perang yg berdiam diri dg angker. Kalo gak 2 ya 3 kapal. Kalo 1 seingat saya belum pernah.
Tugas saya apa, gak perlu tahu. Gak penting. 😊
Apalagi kalau senar ditarik ke permukaan air umpan sudah hilang tapi gak ada ikan yang nyangkut.
Pasang umpan lagi, lempar lagi, nunggu lagi.
Selama itu Pak Harto tetap membisu dg wajah yg tetap datar dingin.
Jadi kita otomatis juga mematung sebisanya dg harapan supaya dikira tiang perahu atau jerigen air. Invisible.
Juru foto dan Juru Kamera juga gak berani ambil gambar. Kamera cuma dipeluk saja.
Seketika senyum Pak Harto mengembang. Bukan, bukan senyum. Tapi tawa. Karena gigi beliau terlihat dan jelas ada suara tawa terkekeh.
Sambil nunggu tukang pancing melepas ikan dan memasang umpan, Pak Harto menyalakan rokok.
Beliau berubah jadi lebih rilex dan 'human'. Biasanya ikan pertama selalu diikuti dengan banyak ikan yg terpancing. Jarak waktu tidak lama.
Di saat2 itu sering Pak Harto mulai buka pembicaraan dg obrolan2 ringan.
Fikiran sangat tajam dan keluarga merupakan hal yang sangat penting dalam hidup. Pertanyaan2 ke kita sebagian besar ttg keluarga kita.
Durasi mancing tidak ada patokannya. Sesi berakhir ketika Pak Harto menyatakan sudah cukup dan mau pulang. Biasanya sdh terkumpul puluhan ikan. Kebanyakan kakap merah.
Oya, rahasianya selalu dapet banyak ikan ada dua hal :
1.Mancing di area rumpon. Rumpon adalah lokasi tertentu sengaja di taruh rongsokan bus untuk sarang ikan.
2.Rumpon sepanjang tahun dijaga aparat. Tidak ada satu orangpun boleh mendekat.
Jadi pesan moral dari cerita ini:
Kalau ente seneng mancing, mancing ikan aja. Jangan mancing keributan.
Dah ya. Ngantuk.