Thread by @JubirPartikelir

MISERICORDES SICUT PATER*

(a thread)

Hari-hari ini Gereja Katolik merenungkan Belas Kasih Allah. Mari mengais pokok-pokok permenungan mengenai hal itu melalui wawancara Andrea Tornielli dengan Bapa Paus Fransiskus (The Name of God is Mercy).

*Berbelaskasih seperti Bapa

Pada 2013, Paus mengunjungi pulau Lampedusa di Italia Selatan.

Pulau ini merupakan tempat berlabuh bagi para imigran dari Afrika Utara yang akan menuju Eropa. Paus merayakan ekaristi, dengan meja altar & segala perkakas misa dibuat dari kayu-kayu bekas perahu pengungsi.

Dalam misa itu, Paus menggemakan pertanyaan yang mengusik hati:

Adam, di mana kamu?
Kain, di mana saudaramu?

Pertanyaan itu ditujukan terutama pada para pemimpin negara di Eropa yang mengabaikan nasib pengungsi. Paus menyebut situasi itu sebagai Globalisasi Ketidakpedulian.

Pada 2015, beredar sebuah foto. Aylan Kurdi, balita berusia 2 tahun, mati terdampar di pantai Turki. Bersama keluarganya, berniat ingin ke Kanada.

Foto itu menampar banyak pemimpin Eropa.

Sampai hari ini, Paus tidak pernah menyurutkan suaranya berkenaan dengan nasib pengungsi. Gereja dipanggil untuk melumuri yang terluka dengan minyak suka-cita, membalut koreng dengan bebat belas kasih.

Jerit tangis pengungsi sudah seharusnya menjadi jerit tangis Gereja.

Ada satu dari sekian pengalaman yang membuat Santo Bapa mudah tersentuh dengan belas kasih. Ketika Romo Jose Ramon Aristi wafat, ia memohon di samping peti matinya:

Romo, wariskan welas asihmu. Separuh saja, aku mau.

Romo Jose banyak dicari para pendosa, baik awam maupun imam.

Belas kasih merupakan hal terpenting yang dibutuhkan oleh dunia yang terluka. Yesus datang ke dunia untuk mereka yang sakit, untuk mereka yang remuk dan hancur jiwanya.

Yang merasa diri beres, tidak membutuhkan Bapa yang berlari-lari menyongsong anaknya yang hilang.

Kata belas kasihan disepadankan dengan kerahiman. Dari asalnya, semua kata yang dibentuk dengan huruf ra, ha, mim mengandung makna kelemahlembutan, kasih sayang, dan kehalusan (Ibnu Faris - w.395H).

Menjadi rahim berarti menjadi lembut, penuh kasih, kembali menjadi halus.

Pieta, karya Michaelangelo mungkin dapat mewakili makna belas kasih itu. Ibu Maria menerima seutuhnya, jenasah putranya yang dinista dan ditolak.

Ia memangku-Nya, seolah mengatakan:

Pulang anakku. Kembali ke rahim ibu. Kamu akan temukan ketenangan.

Lihat wajah-Nya!

Paus Benediktus XVI mengajar: Belas kasih adalah inti pesan Injil. Belas kasih adalah nama-Nya. Belas kasih adalah wajah-Nya yang diwahyukan dalam Perjanjian Lama dan mencapai kepenuhan wahyu dalam diri Yesus Kristus.

Yesus Kristus dikenali sebagai wajah kerahiman Bapa. Kerahiman Allah menjadi kelihatan, hidup, dan kasat mata dalam pribadi Yesus dari Nasaret.

Kerahiman adalah detak jantung Injil.

Agar mampu menjadi saksi kerahiman Allah, tataplah wajah Yesus saat Ia berdua saja dengan wanita yang ketahuan berbuat zinah itu; saat Yesus bercakap-cakap dengan Simon bin Yunus, saat bertandang ke rumah Zakheus, saat berjumpa dengan Maria dan Marta di rumah Lazarus, saat ...

Gereja bertanggung jawab menjadi tanda yang efektif dan hidup dari kasih Bapa. Kredibilitas Gereja diukur dari kemampuannya untuk menunjukkan belas kasih dan kemurahan hati Allah.

Aktivitas Gereja hendaknya menunjukkan kelembutan seorang ibu.

Ekspresi itu terutama diungkapkan dalam pelayanan Sakramen Tobat. Peniten membutuhkan Ibu Gereja yang memotivasi, mendukung, membesarkan hati sehingga ia terbebas dari rasa malu dan kembali mendapatkan kegembiraan sebagai anak Allah.

Untuk membina hati yang berbelas kasih, pertama, lakukan karya kasih yang bersifat jasmani: memberi makan pada yang lapar, minum pada yang haus, pakaian pada yang telanjang, rumah bagi mereka yang tidak punya, mengunjungi yang sakit dan dipenjara, dan menguburkan orang mati.

Kedua, lakukan karya kasih yang bersifat rohani: meneguhkan yang bimbang, mengajar yang kurang berpengetahuan, menasehati pendosa, menghibur yang berduka, mengampuni yang bersalah, sabar menanggung derita akibat perlakuan buruk, berdoa bagi yang hidup maupun yang meninggal.

Apa yang perlu aku lakukan agar rumahku menjadi rumah penuh belas kasih? Pertama, ceritakan pada anak-anak kisah kitab suci yang memuat tindakan dan kata-kata Allah yang murah hati dan berbelas kasih. Misalnya, kisah penyembuhan orang sakit.

Kedua, belajar menerima bahwa manusia sering melakukan kesalahan. Yang penting ditekankan adalah keberanian untuk bangkit dan memperbaiki diri. Hadirkan gambaran Allah yang selalu memberi kesempatan baru dan mengampuni.

Ketiga, Bapa Paus melihat keluarga sebagai sebuah rumah sakit yang paling dekat dengan masing-masing anggota keluarga. Ketika sakit, setiap orang mendapatkan perhatian yang berlimpah.

Di rumah yang sama, semua belajar untuk mengampuni dan diampuni, mencintai dan dicintai.

Belajar pada St Faustina, kegagalan dan kejatuhan anggota keluarga membuka peluang untuk menyatakan kepedulian.

Jika sedang prihatin dengan anak atau pasangan, aku bisa meminta penderitaan Kristus. Aku tanggung dengan sabar sebagai silih atas kelemahan orang yang aku kasihi.