My Authors
Read all threads
Saya pernah buat utas kisah panggilan saya menjadi Pastor. Tapi hanya sampai di Seminari Menengah. Apakah Anda mau saya lanjutkan part two: dari Seminari Menengah hingga ditahbiskan menjadi Pastor? Apalagi Minggu, 3 Mei merupakan Minggu Panggilan.

Foto di Italia thn 2017
1.Bagi yg belum membaca Kisah Panggilanku Part One, silakan membacanya tapi saya buat dalam sebuah utas yg panjang, seperti dalam gambar berikut.
2.Mengikuti pendidikan calon Pastor itu ASYIK sekaligus MENANTANG. Yuk..ikuti KISAH PANGGILANKU (Part Two): dari Seminari Menengah hingga menjadi Pastor. Ikuti dalam UTAS berikut.
3. Sblm berkisah lebih jauh kita perlu MENYADARI ajaran Bapa Suci Paus Fransiskus SEMUA PANGGILAN (sbg Pasutri, Pastor, Bruder, Frater kekal atau Suster) sama-sama sebagai JALAN KEKUDUSAN jika dijalani dgn perjuangan, setia, dan kesaksian nyata (bdk. GE, no.14).

Foto tahun 2018
4. Saya masuk Seminari Menengah St. Petrus Aektolang, Sibolga Juli 1999. Kami satu angkatan sebanyak 22 orang: 7 orang dari Suku Batak dan 15 orang dari Suku Nias. Ternyata hanya 4 orang dari kami yang sampai tahbisan imam/pastor.
5. Bro and Sis, kami dari Nias menuju ke Sibolga naik kapal laut selama 8 jam. Setiap 6 bulan libur kami mesti naik kapal pulang pergi Sibolga-Pulau Nias. Asyik tapi menantang.

Foto: medanbisnisdaily.com
6. Semua kami para seminaris mengenyam pendidikan di SMA Katolik St. Fransiskus Aektolang (pagi hingga siang hari). Sore hari kami belajar di seminari: Kitab Suci, bahasa Indonesia, Agama, Bahasa Jerman, Bahasa Latin.

Foto Seminari Menengah St. Petrus Aektolang, Sibolga
7. Para formator seminari membentuk kami dari berbagai dimensi: formasi manusiawi, formasi rohani/spiritual, fromasi intelektual dan formasi pastoral. Kami didik dalam disiplin, kemandirian, dan ketangguhan.
8. Oiya..di seminari ada jadwal opera, yakni kerja bakti membersihkan kamar mandi, kamar tidur, kamar makan, berkebun singkong dan ubi jalar, ada juga yg memberi makanan ternak babi…semua deh…ada juga yg masak. Pokoknya dibagi-bagi dalam kelompok kerja.
9. Yg masak dan menyiapkan sarapan pagi adalah kami para seminaris, dibagi dalam kelompok. Ada juga waktu olahraga lho, dua kali dalam seminggu. Olahraga macam-macam: Volly, sepak bola, tennis meja, pencak silat, bola basket.
10. Pada saat saya kelas saya sempat terpilih menjadi wakil ketua OSIS. Saya sering ke sekolah, di luar kompleks seminari. Saat itu saya mengalami goncangan panggilan: sempat berpacaran, hingga kelas 3 SMA.
11. Tapi saya bersyukur, saat mengalami kekeringan panggilan. Pamong di seminari, selalu mendengarkan kisah kami. Mereka berusaha menyadarkan kami pada motivasi awal panggilan. Ya, saya kembali ingat kata-kata Ibuku: “Nak, pikirkan sungguh-sungguh agar engkau kelak tdk bimbang”.
12. Nasihat Ibu tercinta yg kembali menguatkanku. Terima kasih Ibu. Alhasil, saya lulus dari Seminari Menengah dan SMA tahun 2002. Lalu saya mengikuti testing masuk KPA (Kelas Persiapan Atas) di Seminari Sacerdos Siantar. Syukur saya LULUS.
13. Saya juga mencoba merencanakan masuk Ordo Conventual atau CM. Tapi saya memilih ke KPA dulu selama satu tahun. Pikirku, saya butuh belajar bahasa Latin lagi dan lagi. Karena di Seminari Menengah Aekolang, kami hanya belajar Bahasa Latin selama 6 bulan saja.
14. Tapi ada kendala masuk KPA. Pastor Matias, OSC yg menjadi motivatorku mau menjadi pastor, tidak memberikan surat rekomendasi masuk KPA. Beliau bilang: nanti kamu tidak masuk OSC tapi masuk tarekat lain. Saya kecewa saat itu.

Pst. Matias (2012)
15. Lalu saya berpikir, ah kalau begitu saya kuliah dulu. Nanti saja saya teruskan panggilan, setelah S-1. Maka, saya sempat merantau ke Pekan Baru dan bekerja beberapa bulan. Saya kerja keras untuk biaya kuliah, itu pikirku.
16. Tapi ternyata di Pekan Baru, jiwaku tidak tenang. Terus terngiang menjadi Pastor. Saya putuskan kembali ke Pulau Nias. Pastor Matias, adalah Bapa Rohaniku yang setia. Saat beliau bahwa saya sudah di Nias, beliau mengunjungi saya di rumah.
17. Pastor Matias menawarkan agar saya live-in di Biara OSC di Mandrehe, Nias Barat selama 6 bulan. Tapi saat itu saya tolak. Saya bilang, Pastor kalau boleh saya kuliah dulu. Pastor Matias hanya tersenyum dan mengatakan: pikir-pikir dulu.
18. Dalam torne (kunjungan ke gereja stasi) berikutnya, Pasto Matias beberapa kali datang ke rumah dan bertanya kepada saya: kapan live-in di Biara OSC? Atau mau ikut torne bersama kami ke stasi? Saya akhirnya ikut torne ke stasi bebera kali.
19. Sekitar januari 2003 saya akhirnya memutuskan live in di Biara OSC di Mandrehe selama 6 bulan. Di sinilah panggilanku cukup berkembang. Saya melihat secara langsung kehidupan para pastor OSC yang membuatku semakin mantap masuk OSC.
20. Sekitar bulan Maret 2003, saya berbicara kepada P. Matias dan P. Eko Santo (pembimbing rohaniku saat itu) bahwa saya mau ikut test masuk OSC. Test didakan di Tebing Tinggi, Medan.
21. Kami ada 3 orang dari Nias yg ikut test masuk OSC. Entah apa rencana Allah, hanya saya yang dinyatakan lulus. Pada 16 Juni 2003, saya masuk Novisiat OSC di Pratista, Bandung.

Novisiat OSC, Bandung
22. Saat masuk Novisiat OSC, saya berangkat sendiri dari Nias ke Bandung. Naik kapal sampai Sibolga, lalu dari Sibolga ke Bandung saya naik Bus ALS (Antar Lintas Sumatra) selama 3 hari 4 malam sampai kakiku bengkak.
23. Di Novisiat OSC kami satu angkatan 5 orang: 1 dari Sleman, 1 dari Karo, 1 dari Sunda (Cigugur) dan 1 Batak dan saya sendiri dari Nias. Dari 5 orang ini, tinggal berdua kami yang ditahbiskan menjad imam: P. Eko Medar dan saya.

P. Eko Medar dan saya
24. Saya menjalani Novisiat OSC selama 2 tahun (2003-2005). Akan tetapi pada tahun ke-2 (2004) kami melanjutkan studi S-1 di Fakultas Filsafat Unpar Bandung. Di situ kami belajar Filsafat dan teologi selama 4 tahun tdk boleh kurang/dispersingkat!
25. Selama di Novisiat, kami diajari berbagai cara berdoa/meditasi, kontemplasi, refleksi, bimbingan rohani, belajar sejarah OSC, kursus bahasa Inggris, Latin, Matematika.
26. Selain belajar, kami jg dilatih berkarakter disiplin, mandiri & tangguh melalui kerja bakti, olah raga, & bahkan kerja di pabrik selama 2 minggu yang disebut exit work. Saat exit work, identitas tidak boleh kami beritahu kepada siapapun. Kami makan dari gaji yg kami terima.
27. Juni 2005 kami “naik kelas” yakni pindah ke Skolastikat OSC di Sultan Agung, dekat pusat Kota Bandung. Di sini kami sering bertemu dengan para mahasiswa. Sebab kapel Skolastikat dipakai juga sebagai Gereja Mahasiswa (GEMA).
28. Tepat tgl 28 Agustus 2005, kami mengucapkan kaul perdana kami sebagai OSC. Tapi kami tingga ber-4. Ada satu teman kami yg mengundurkan diri. Beberapa tahun kemudian, teman kami ini meninggal dunia. Kami selalu berdoa untuk keselamatan jiwanya.
29. Di Rumah Formasi Skolastikat OSC, selain sibuk kuliah di Fakultas Filsafat Unpar, di antara kami ada yg mengajar di SMP, SMA St. Aloysius. Ada juga yg mendampingi Bina Iman Anak/Remaja di beberapa paroki. Saya mendampingi Bina Iman Remaja (BIR) Pandu.

Foto BIR Pandu
30. Di Skolastikat OSC juga kami ada jadwal khusus untuk kerja bakti (opera), masak, puncta (membahas satu topik), retret, rekoleksi. Ada juga saat menerima berbagai materi pengembangan diri dan panggilan. Intinya, motivasi panggilan kami perlu dimurnikan.
31. Hal yg paling menantang adalah saat kami mengadakan peregrinasi, yakni jalan kaki berdua-dua. Saya mengalami dua kali. Pertama dari Tasikmalaya ke Cigugur selama dua hari. Kedua, dari Bandung ke Pangandaran selama 3 hari. Kami dilatih untuk tangguh.
32. Tgl 14 Juli 2008 saya berhasil lulus S-1 Filsafat, saat itu saya menulis skripsi seputar relevansi konsep masyarakat terbuka Filsuf Karl Popper dalam konteks masyarakat Indonesia. Dosen pembimbing saya, alm. P. Agus Rahmat, OSC.
33. Sedianya saya ujian ad audiendas (ujian hukum sakramen, moral dan pastoral) pada 19 Juli 2008. Akan tetapi, Ibuku tercinta meninggal dunia. Beliau meninggal sebelum saya ditahbiskan menjadi imam. Padahal salah satu doaku: Tuhan semoga Ibuku datang pada tahbisanku.
34. Setelah dinyatakan lulus ujian ad audiendas, pada bulan Juli 2008 itu juga kami dilantik menjadi lektor-akolit.
35. Sebagai lektot-akolit, tugas kami, membaca kitab suci, membersihkan alat-alat misa, menyalakan lilin altar dan menyiapkan alat-alat misa untuk Pastor yang akan memimpin Misa. Pelantikan ini sangat penting sebelum TOP (tahun orientasi pastoral).
36. O..lupa…selama di Skolastikat, kami ada refleksi rutin mingguan dan bulanan, ada juga colloquium (berbicara) kepada para formator. Tepat 28 Agustus 2008, kami yg ber-4 orang, 3 di antaranya diterima untuk mengucapkan kaul kekal, dan satu meminta kaul pembaharuan.
37. Setelah kaul kekal, kami diutus menjalani TOP. Saya menjalani TOP di almamaterku di Seminari Menengah Sibolga, dan sempat mengajar juga di SMA St. Fransiskus Aektolang. Tiga temanku menjalani TOP di Paroki.
38. Tugas utamaku selama TOP adalah menjadi Pamong para Seminaris di Seminari Menengah Aektolang. Saya juga mengajar modestia (tata krama) dan Kitab Suci di sana. Selain itu, saya aktif memberikan retret dan rekoleksi kepada siswa/I SMP dan SMA.
39. Saya menjalani TOP selama 1 tahun. Kemudian Juni 2009 saya kembali ke Bandung dan melanjutkan S-2 (Magister Ilmu Teologi) di Unpar, Bandung. Tapi satu lagi teman kami MENGUNDURKAN DIRI. Kami tinggal bertiga.
40. Syukur kepada Allah, setelah melewati proses yg cukup menantang, saya akhirnya berhasil lulus S-2 Teologi dari Unpar, Bandung. Pimpinan kami saat itu meminta saya bertugas di Seminari Menengah Cadas Hikmat Bandung selama 6 bulan (Juni-Desember 2011).
41. Pada tgl 7 Desember 2011, kami menerima tahbisan diakonat. Tapi kami satu angkatan tinggal berdua. Satu teman kami mengundurkan diri dari OSC.
42. Tepat 16 Januari 2012, saya tiba di Paroki Salib Suci Nias Barat untuk menjalani Orientasi Diakonat di sana. Saya ibarat pulang kampung karena saya berasal dari Nias Barat. Pembimbingku adalah sang motivator panggilanku sejak masa kecil: P. Matias, OSC
43. Kuasa betapa luar biasa mendampingiku menapaki panggilan. Tgl 18 Juli 2012 setelah mengikuti retret persiapan tahbisan, kami ditahbiskan menjadi imam/pastor di Paroki Salib Suci Nias Barat. Saya ditahbiskan bersama kakak kelas P. Felix. Sedangkan P. Eko tahbisan di Bandung
44. Jadi, jika dihitung masa pendidikan pastor yg saya jalani: 3 tahun seminari menengah/SMA + 1 thn novisiat + 4 thn S-1 Filsafat + 1 thn TOP + 2 thn S-2 Teologi + 6 bulan Masa Diakonat 11 tahun 6 bulan.
45. Setelah tahbisan Imam/Pastor, saya tetap melayani di Paroki Salib Suci Nias Barat yg memiliki 68 Gereja Stasi dan sekitar 20 ribu umat.

Medan pelayanan di Nias Barat saat itu (2012-2015).
46. Selama di Nias, saya bersama Ibu Dina menjadi editor buku seputar perempuan Nias dan KDRT. Pada tahun 2015 saya berahasil menulis buku dgn judul: "Böwö dalam Perkawinan Adat öri Moro’ö Nias Barat"

Buku I saya
47. Setelah melayani selama kurang lebih 3.5 tahun di Paroki Salib Suci Nias Barat, pimpinan Ordo mengutus saya untuk studi Hukum Gereja di Gregoriana Roma (2015-2018). Tanggal 22 Juni 2018 saya lulus dari Gregoriana.

Foto selama studi di Univ. Gregoriana, Roma
48. Sepulang ke Indonesia, saya dipercaya menjadi formator (socius) para Frater Skolastikat OSC di Bandung hingga kini. Tugas lainnya adalah menjadi Defensor Vinculi di Tribunal Bandung dan Sekretaris Provinsi OSC Sang Kristus Indonesia.
49. Masih panjang perjalanan panggilan saya ini. Tentu saja, saya sangat berterima kasih kepada orangtuaku, Saudara-Saudariku, dan Anda semua Bapak/Ibu, Saudara, Saudari yg mendukung dan mendoakanku dan semua para imam. Tuhan memberkati kita semua.
50. Tidak terasa sudah 8 tahun lalu saya menerima anugerah tahbisan imam/pastor. Ada banyak pengalaman. Dalam menjalani panggilan banyak sekali sahabat, umat Allah yang membuatku bersyukur memilih panggilan menjadi pastor.
51. Pendidikan calon Pastor tidak ada jalan pintas, tak ada kelas akselerasi. Sesuai Kan 250 mesti 2 tahun belajar filsafat dan 4 tahun teologi. Di Unpar Bandung di S-1 kami belajar 2 tahun filsafat dan 2 tahun teologi, lalu di S-2 penuh 2 tahun belajar teologi.
52. Kaum muda-mudi jangan takut menerima panggilan Allah. Kepada orangtua kami umat beriman, jika ada anak-anak Bapak/Ibu yg mau menjadi imam atau suster atau bruder atau frater, dukunglah mereka. Jika kaum muda-mudi memilih menikah, setialah pada jalan panggilan itu. GBU

th2019
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with Postinus Gulö

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!