, 295 tweets, 43 min read
My Authors
Read all threads
Sedikit menyambung dari thread 'PENUNGGU PETERNAKAN'
Tepatnya beberapa bulan setelah kami keluar dari pekerjaan tersebut,

Saya tulis nanti
Kami menunggu di sebuah terminal kecil,
Duduk di antara para perantau lainya yang sedang menunggu mobil bus yang akan membawa ke ibu kota ,,

Suara menjadi riuh ketika mobil yang kami harapakan akhirnya tiba,
Sebuah mobil bus AKAP jurusan pulo gadung
Kami segera naik dan berebut tempat dusuk dengan orang orang lainya,
Namun sial,keadaan di dalam sudah penuh sesak rupanya.

Mau tidak mau saya dan dio harus berdiri berhimpitan dengan para perantau lainya,

Susana begitu padat dan sesak,
Hingga untuk bergerak saja rasanya sulit
Begitu panas,gerah dan beraroma kurang sedap tentunya,

Mobil melaju dengan suara yang berat,
Yah karena memang mobil bus ini melebihi standart kapasitas,

Kami harus menahan rasa pegal dan sesak di sepanjang perjalanan yang entah kapan bisa sampai di tempat tujuan
Namun di daerah sini,,
Pemandangan seperti ini sudah biasa dan lumrah terjadi,

Keselamatan seperti nomor sekian yang di utamakan adalah segera sampai ketempat tujuan dan sang supir mendapat banyak uang dari hasil muatanya,
Sangat kapitalis
Saya dan dio terus berdiri selama beberapa jam lamanya,
Mungkin hampir setengah hari sebelum akhirnya kami sampai di pintu keluar tol cikarang utara pada sore harinya,

Yah kami memulai pekerjaan baru,tempat baru,pengalaman baru dan rutinitas yang baru
Kami bekerja di sebuah rumah makan di daerah cikarang selatan,
Memang tidak terlalu besar tapi lumayan ramai para pengunjungnya,

Pak amat dan bu asih
Adalah pemilik rumah makan tersebut,
Perantauan yang Berasal dari daerah di jawa tengah,
Di bantu hendar yang merupakan keponakan
Jauh Pak amat dan buk asih,

Umur hendar tidak teroaut jauh dari kami berdua sehingga lebih mudah untuk mengakrabkan diri karena pemikiran kita yang tak beda seberapa,

Pekerjaan ini kami dapatkan dari irpan yang sudah terlebih dahulu merantau dari kami berdua
Irpan merupakan pelanggan warung makan milik pak amat ini,
Dan kebetulan pak amat memang sedang membutuhkan karyawan untuk membantu mengurus rumah makanya,
Itpan menghubungi kami yang kala itu memang sedang menganggur,
Singkat cerita setelah beberapa minggu kami sudah akrab satu sama lain,baik dengan pak amat maupun keponaknya tersebut,

Bekerja disni tidaklah sepele seperti yang terlihat,
Bagaimana tidak,,
Pagi pagi buta kami harus oergi kepasar untuk berbelanja bahan bahan makanan
Setelah pulang kami harus memotong motong semua bahan bahan tersebut,
Mengolahnya untuk menjadi paduan masakan yang siap untuk di sajikan dan di makan,

Sangat sibuk ketika jam makan datang,
Kurang istirahat dan tidur itu sudah pasti kami rasakan
Begitu menguras tenaga dan pikiran,
Saya rasa malahan bekerja disini lebih berat dari pada bekerja di peternakan dulu,
Bukan cuma saya yang merasakan hal tersebut namun dio juga merasakannya,

Namun mengeluh bukanlah hal yang membanggakan ketika sudah masuk dalam dunia kerja
Berbulan bulan lamanya kami bekerja hingga pada suatu hari pak amat dan buk asih memutuskan untuk pulang ke kampung halamnya,
Ada suatu urusan penting yang harus di selesaikan,

Saya dan dio binggung harus bagaimana,
Menunggu di sini atau kami pulang ke kampung kembali
Namun hendar memberi opsi lain untuk kami,
Ia mengajak kami berdua untuk ikut pulang ke kampung bersama denganya,

Tidak buruk pikir dio,
Bisa jadi pengalaman baru juga untuk kami
Sehari setelah kepulangan pak amat dan buk asih hendar pun menyusul demgan di temani kami berdua,

Sebuah desa di kecamatan yang masih asri dan dekat dengan kaki gunung,

Kami menempuh perjalanan kurang lebih selama satu hari lamanya
Tapi paling tidak ini lebih baik karena kami bisa duduk dengan tenang dan tidak berdiri lagi seperti saat kami datang di cikarang,

Kih desae ning jagat endi kosi ora teka teka temen,
(Desanya di mana sih,,kok gak sampe sampe)
Gerutu dio kesal.
Karena perjalanan yang seperti tak kunjung ada batasnya,

Ohh iya walaupun saya dan hendar sama sama berbahasa jawa tapi saya lebih suka menggunakan bahasa indonesia ketika berbicara dengannya,
Bukan tanpa alasan tapi karena memang bahasa jawa kami yang berbeda
Saya tidak terlalu paham dan mengerti dengan bahasa jawa hendar begitupun sebaliknya.
Jadi lebih baik memakai bahasa nasional agar lebih memudahkan,

Dan akhirnya kami sampai di tempat yang di tuju ketika waktu menjelang malam
Di sini ceritanya di mulai..
Pengalaman yang sangat membekas dan menjadi pelajaran penting untuk kami berdua
Kami semua turun dari mobil dengan urutan dio yang paling terakhir,

Suasana masi nampak ramai orang berlalu lalang,

Aduhh akhire teka ning genah
(Aduh akhirnya sampai di tujuan)
Ucap dio dengan nada lemas sambil memegang pegangan tas punggungnya,
Iya yo kosi mopohe,,
(Iya yo capek banget)
Sahutku kepada dio.

Masih jauh gak nih?
Tanyaku pada hendar,

Tenang masi jauh,
Makan ajah dulu yok..
Ajaknya kepada kami.

Yuk lahh,,

Kami pun makan di warung pecel lele yang tak jauh dari terminal ini.
Setelah selesai makan hendar beranjak dari tempat duduknya,

Mau kemana lu..
Tanya dio

Cari ojek,,
Masi jauh soalnya,,
Jawab hendar

Cukup lama hendar meninggalkan kami berdua,

Wah wis kayae bocahe kabur kin yo
(Wah kayaknya nih anak kabur yo)
Ucapku kepada dio
Anji sampe kabur nemen bocah kan lah kudu tak tempiling
(Kalo sampe kabur tega tuh anak harus gue jitak)
Jawab dio dengan nada sedikit kesal karena sekian lama hendar tak kunjung datang juga,

Namun tak lama kemudian ia akhirnya datang,

Suhendar suhendar,,bener bener asu
Ucapku dengan nada gregetan,
Karena ia begitu lama meninggalkan kami,

Maaf boy susah cari ojeknya,,
Dio membela diri.

Udahlah ayu cabut,,
Ajak hendar kepada kami
Kami menaiki ojek menuju desa di mana hendar tinggal dengan posisi saya gebet tiga bersama dio dan kang ojek,
Semntara hendar berada di motor terdepan,

Cukup lama rasanya ketika kami menuju rumah hendar,
Semntara pemandangan di kanan kirinya berupa kebun,pekarangan,
Dan rumah warga yang terlihat masi berjahuan,
Belum padat penduduk rupanya disini,

Kami pun bertanya kepada kang ojek perihal daerah disini namun jawaban tak jelas yang kami dapatkan karena suaranya di pecah angin laju sepeda motor
Sekitar 45 menit perjalanan akhirnya kami sampai di Sebuah desa kecil yang gelap dan rumah rumah warga yang letaknya berjahuan,

Setelah membayar jasa ojek kami pun harus kembali berjalan kaki sekitar 5 menitan lamanya,

Adoh temen cah,,maning maning mah emong temen mene mene kih
(Gila Jauh banget,lagi lagi mah gak mau ah)
Gerutu dio sambil berjalan,

Iya peteng mencil pisan,,
(Ia gelap,,terpencil lagi)
Jawabku atas gerutu dio.

Udah sih nikmati ajah
Sahut hendar dari arah depan,

Dan akhirnya kami sampai di depan rumah hendar
Rumah sederhana beralaskan lantai ubin dengan tembok yang belum di plester sehingga masi terlihat batu bata dan adukan semennya,

Sungil temen kayae desae..
(Angker banget kayaknya desanya)
Ucap dio sambil memandangi area di sekitar rumah,,
Husss bahasane,,
Jaga tatak krama,,
Di mana bumi di pijak disitu langit di junjung.
jawabku memperingatkan ucapan dio
Namun benar seperti yang dio ucapkan,
Suasanah nampak sunyi,gelap dan entahlah hawa di sini terasa hangat bukanya dingin khas daerah pegunungan,

Heyy,,,ayo masuk malah planga plongo,,
Ajak hendar kepada kami yang sibuk melihat sekitar,
Yah di samping kanan adalah perkebunan singkong semntara di samping kiri rumahnya banyak di tanam pohon pisang,

Ahh sue rumahnya di kunci,,
Gerutu hendar sendirian karena pintu rumahnya ternyata terkunci,

Bapak gue belum pulang apa yaa?
Tanya'nya kepada diri sendiri
Mbuh ra paham aku,,
Jawab dio ..

Y udah karena sementara bapak gue belum balik jadi sekarang istirahat di depan ajah yaa,,
Ucap hendar kepada kami

Suara putaran musik dari hp yang kami bawa tak mampu mengusir keheningan di sini,
Bahkan suara dari para serangga malam pun sama sekali tak terdengar.

Ada banyak rasa takut sebenernya tapi saya harus menahanya untuk beberapa hari kedepan lamanya.
Jangan nunggin thread ini yaa,,
Soalnya banyak gangguan yang gak bisa di jelaskan,
Mohon maaf,
Terima kasih
Bapakmu keman ndar?

Gak tau dan gw gak mau tau.
Jawab hendar singkat,

Kalian kayaknya gak akur yaa?
Balas dio,

Udh gak usah omongin,,
Jawab hendar kepada dio.

Srakk,,srakk,,srakkk,,,
Suara langkah kaki menginjak dedaunan,
Kami berdiri bersiaga mengawasi sumber suara
Bude,,
Ucap hendar ketika melihat siapa pemilik suara langkah kaki tersebut,

Iyo cah bagus,,
Saya tau kamu pulang,,jadi saya kesini mau lihat kamu,
Saya juga membawa makanan untuk kamu sama temenmu itu,
Ucap bude ratmina dengan suara serak khas wanita tua,
Hendar kaget bukan kepalang,
Kenapa bukdenya bisa tau,
Aneh,,
Heran,,
Kedatangan hendar seperti sudah di tunggu oleh bukde'nya.

Nggih bukde matur suwun.
Jawab hendar pelan,

Yo wis bukde arep balik disit yo,,

Bukde pun pamit dan hilang di telan gelapnya malam,
Wah ayam,,nasih,,buah,,
Komplit,,
Ucap aryo melihat sajian di depanya,

Plakk,,
Aja camat cimit bae tangane,,
(Jangan asal ambil ajah tanganya)
Ucapku menampel tangan dio,

Jangan di makan,,
Buang yang jauh,,
Tegas hendar berucap,,

Lah kenap,,eman,,
Gendeng koe.
Jawab dio
Jangan di makan,,
Kalian tidak tau siapa sebenarnya wanita tua itu dan apa yang ia rencanakan,
hendar memperingati kami,

Saya dan dio cuma bisa terdiam memdengar ucapanya
Siniin makananya,,
Perintah hendar kepada dio.

Lah mau di apain,,?
katanya gak boleh di makan gimana sih lu,,
ucap dio seperti kesal

Tanpa banyak bicara hendar langsung mengambil makananya dan membawanya ke balik pohon ketapang di samping rumahnya
Ia meletakn makanan tersebut begitu saja dan kembali menghampiri kami yang tengah binggung atas kelakuanya tersebut,

Lahh kenapa lu taru di situ
Ntar di makan kucing
Ucap dio menanyakan kepada hendar,

Kucing apa yang doyan buah,
Sejak kapan kucing jadi vegetarian,
Ucapku ke dio
Nih ya yoo,
Klo lu gak percaya beberapa jam lagi coba deh liat makanan yang gw taro disitu masi ada apa kaga,
Jawab hendar sambil menunjuk jarinya ke arah pohon,

Yo wiss,,
Jawab dio singkat,

Eh dar ko lu bisa tau konci rumahnya ada di bawah pot sih?
Tanyaku kepada hendar
Sebenernya sebelum gw kesini gw emng naro koncinya disitu,
Gw juga udh pesen ke tetangga kalo bapak gw nyariin konci bilang ajh ada di bawah pot.
Jawab hendar,

Lah emng bapak lo,,,

Nanya bapak gw lagi gw tabok lu ya,
Ucapan dio terpotong balasan hendar
Nih keluarga ga harmonis bgt sih,,
Ucapku dalam hati sekaligus menimbulkan banyak tanda tanya,,

Udahlah dah malem,,masuk yu
Ajak ku kepada mereka,

Ketika masuk ke dalam rumah hendar luar biasa kacau,,

Rumah ini seperti sudah lama di tinggalkan dan tak terurus
Mulai dari perabotan yang berantakan sampai debu yang menempel tebal di furnitur rumah ini.

Rumah apa gudang sih,,
Ucapku,,

Curut,,koplok,,
Umpat dio karena melihat tikus berlari di samping kakinya,

Nih gak ada yang ngurusin ya?
Tanyaku pada hendar
Ga tau,,dan gak mau tau,,
Udah jangan ngelu mulu ayo beresin dulu biar enak buat istirahatnya,,
Ajak hendar kepada kami,,

Tapi memang saat memasuki rumah ini hawanya begitu beda,,
Sumpek,pengap,,sedikit bau,,
Entahlah saya merasa ada energi negatif di rumah ini
Sangat terasa sekali bahkan untuk orang awam seperti saya dan dio,
Namun saya tak mau berdebat panjang dan menanyakan hal yang akan menyinggung hati hendar jadi lebih baik saya bersihkan saja rumah ini tanpa banyak bertanya lagi,
Pun begitu dengan dio wlalupun
Sesekali terdengar gerutuan dari mulutnya.

Sekitar beberapa menit akhirnya kondisi rumah ini jauh lebih baik,
Cukuplah untuk sekedar istirahat melepas penat setelah seharian menempuh perjalanan,

Namun ketika malam yang semakin larut para penghuni lain dari rumah ini
Seperti mulai menunjukan eksistensinya kepada kami,
Terlebih saya dan dio yang merupakan orang baru di sini.
Namun saya tak ambil pusing dan menganggap itu hal tidak penting,
Fokus saya sekarang adalah istirahat dengan baik dan tenang
Malam sekitar jam 2 dini hari,
Terdengar suara ketukan yang berulang,
Yang membuat saya terbangun dari tidur,

Saya pun membangunkan hendar untuk memastikan siapa gerangan pemilik suara tersebut,

Dsn tanpa ragu atau berpikir sejenak hendar langsung terbangun dan menuju pintu
Segera pintu tersebut,,,

Siapa lelaki tersebut...
Saya penuh tanda tanya melihat seorang lelaki berdiri di depan pintu,
Perawakannya bungkuk dengan pakaian serba hitam dan ikat kepala juga hitam,

Tanpa sepatah kata keluar dari mulutnya ia langsung masuk menuju kamar
Yang terletak Di belakang,
Hendar pun hanya diam,
Tak ada kata atau ekspresi apapun dari dirinya,
Siapa sosok lelaki tersebut?

Saya mengangkat kedua bahu dengan maksud meng'kode siapa pria tersebut
Namun hendar hanya memberi isyarat untuk diam,
Tak beberapa berselang lelaki tersebut keluar dari kamarnya,
Ia membawa sesuatu di dalam buntalan sarung kotak kotaknya,

Dan pergi berlalu begitu saja tanpa ada kata apapun,

Saya jadi semakin heran dan binggung di buatnya,

Semntara dio sedang mengorok dengan dengkuran kerasnya
Udah nanti besok gue jelasin,
Ucap hendar seakan tau apa yang sedang saya pikiran.

Saya hanya menggaguk tanda meng'iyakan,
Dengan masi di selimuti tanda tanya saya mencoba untuk kembali terlelap dalam tidur malam ini
Matahari nampak malu malu untuk menunjukan dirinya
Sinarnya tertutup awan gelap pertanda akan turunya hujan,

Namun ketika saya bangun hendar tak ada di tempatnya..
Kemana dia?

Dio Pun kini sudah terbangun,
Masi mengucek ngucek kedua matanya,
Jam pira kine,,
(Jam berapa ini)
Tanya dio,

Jam sanga, mana raup,adus,,
(Jam 9 ,sanah cuci muka,,mandi)
Suruh ku kepada dio,

Ngeli cah wetenge.
(Laper euy)
Ucap dio,

(Astagfirulloh raup b dikit dau ngurusi weteng)
Astagfirulloh,,cuci muka ajh dlu baru mikirin perut.
Jawab ku
Wah iya panganan mau bengi masi ana bli ya,,
(Wah iya makanan semalem masi ada gak ya)
Ucap dio sambil terbangun,

Dio pun berniat keluar untuk mengambil makanan yang semalam hendar taruh di bawah pohon ketapang,

Namun langkahnya terhenti manakala hendar mengalangi pintu depan
Dengan tubuhnya,,

Mau kemana lu?
Tanya hendar ,

Mau ambil makanan semalem yang lu taru di bawah pohon,
Jawab dio,

Coba Liat ajh sendiri masi ada ga?
Perintahnya kepada dio.

Dio pun keluar untuk memastikan,

Tak bebarapa lama dio kembali masuk ke dalam rumah
Lah gak ada sihh,,,
Ada yang makan yaa?
tanya dio heran setelah mngecek ke bawah pohon semalam.

Sini biar ge jelasin,,
Ajak hendar kepada kami,

Saya pun mendekat untuk mendengarkan penjelasan hendar,

Tau gak yang semalem itu siapa?
Tanya hendar kepada kami
Lah bude mu kan?
Jawabku,

Ia memang benar,,tapi itu bukan bude ku yang sebenarnya..
Hendar memperjelas,,

Maksudnya?
Saya dan dio merasa aneh atas ucapanya.

Itu bukan bude ku yang asli,
Yang semalam ngedatangi kita itu adalah jelmaan dari makhluk peliharaanya,,
Bude sudah 3 hari di rawat di rumah sakit di kota,
Jadi gak mungkin semalem dia di sini,,apalagi dia kesini nya berjalan sambil membawa makanan,
Hendar menjelaskan,

Lah kok gak mungkin?
Tanya dio terheran heran,

Ia rumah gw sama bude itu jauh jaraknya,
Dan bude itu katanya lagi kena sakit parah jadi gak mungkin dia jalan kesini malem malem nganterin kita makanan.
Itu info yang gw dapat dari tetangga pas tadi beli makanan,

Ekspresi saya dan dio melonggo keheranan setelah mendengar penjelasan dari hendar,
Lahhh,,
Terus makanan semalem?
Tanya dio,,
Liat ajah noh gak ada,,
Jadi daun kering sama tanah,
Jawab Hendar menjelaskan,

Aduhh,, apa Maning kine kihh,
(Aduhh apa lagi ini)
Ucapku gregetan)

Makanya semalem gw ga ngebolehin kalian makan karena gw udah curiga,
Y pada intinya sih dia udah ngincer kita,,
Ucap hendar penuh keyakinan.

Selemet selamet,,
Ucap dio sambil mengelus elus dadanya,

Saya hanya memegangi kepala,,
Begitu pusing terasa di kepala ini.

Terus orang tua yang semalem siapa?
Tanyaku kepada hendar dengan nada pelan.
Dia adalah bapak ku,
Tegas hendar menjawab.

Saya hanya mngerenyitkan dahi keheranan.

Jadi semalem bapakmu?
Tanya memperjelas.

Ia dia bapak gw,
Lu liat sendiri kan gima sikapnya,
Ucap hendar,

Bapane sapa sih.
Ucap dio menyela pembicaraan

Ah lu mah ngorok mulu sih jadi gak tau
Auu ahhh,,
Jawab dio seperti kesal.

Itulah mengapa gw males banget sama dia,,
Sikapnya jauh berubah beberapa bulan belakangan ini yang ngebuat gw jadi gak betah di rumah,
Ucap hendar dengan nada malas campur kesal
Bapak gw berubah sejak ia kenal dekat dengan bude ku,
bukde ratimina namanya,

Bukde gw ini bikan orang tua biasa,
Banyak beredar kabar bahwa bukde melakoni ritual pesugihan wewe gombel,

Wehhhhh,,,
Ucapku kaget mendengar penjelasan hendar
Iyaa benar,,itu bukanlah rahasia lagi bagi warga disni,
Sudah sejak lama bukde ini di curigai,,
Bagaimana tidak,,
Dulunya bukde bikanlah siapa siapa,,tapi sekarang kalian harus liat rumahnya yang sperti istana,
Tanah nya luas tak terkira,
Rumahnya bukde paling besar dan megah di kampung ini.
Dan bukde juga tidak pernah trrlihat bekerja,
Hanya berdiam diri di rumahnya,

Waktu kecil juga gw tau gimana keadaan dan kondisi kehidupan bukde yang susah dan pas pasan sama seperti kebanyakan warga lainya
Tapi beberapa tahun belakangan keadaanya berbanding terbalik,

Dan menurut info yang gw dapet dari para tetangga sepertinya bapak gw ini sudah bebrapa bulan sangat berbeda sikapnya,
Pendiam,sombong,tak banyak bicara dan menyapa warga lainya
Tak lagi sama seperti dulu.
Dam sering melihat bapak gw dateng ke rumah bukde ratmina,
Warga curiga bapak gw juga mendalami ilmu pesugihan lewat bukde,

Saya dan dio hanya mndengarkan cerita hendar secara seksama,

Kalo ibumu kemana?
Ucap dio memotong penjelasan hendar,
Itu yang membuat gw jadi benci sama bapak gw sendiri,

Haaaa maksudnya?
Tanyaku kepadanya.

Ia banyak kabar beredar bahwa kematian ibu gw adalah tumbal dari bapak gw sendiri,,

Selama almarhum ibu gw sakit bapak entah menghilang kemana,
Di saat seperti ini dia malah gak ada
Tapi saat ibu gw meregang nyawa bapak dateng tapi cuma diem ajh,,
Sampe akhirnya ibu gw meninggal bapak malah pergi lagi gak tau kemana,
Gimana gw gak kesel coba,,

Iya sih siapapun pasti kesel atas tingkah dan sikapnya
Di leher ibu gw ada bekas lebam sperti tercekik,
Area di sekitar matanya juga tampak menghitam dengan lidah sedikit menjulur,

Dan bahkan sampe saat ibu gw di kubur dan di adain acara tahlilan di rumah ini bapak gw gak pernah ada,
Entah menghilang kemana,

Gimana ga gak muak coba
Iya saya paham dan mengerti perasan lu dar,,

Jadi gimana baiknya sekarang?
Tanyaku pada hendar,

Sebenernya gw pulang karena ada suatu hal yang harus gw tau dan pastiin,,

Kebetulan ntr malem itu selasa keliwon jadi gw minta bantuan kalian pada,

Bantuan apa?
Ucap dio heran
Ntar malem juga kalian tau sendiri,,

Malam harinya,,
Bulan begitu terlihat jelas,
Dengan di temani suara serangga malam kami bertiga masuk ke dalam hutan di pinggiran desa ini,,

Nih mau kemana sihh,,?
Kita mau ngapain?
Ucapku dan dio bersahutan,

Berisik ahh,,
Ikut ajah sihh
Ucap hendar merasa risih atas pertanyaan kami,

Lama kami berjalan masuk ke dalam hutan ,,
Hingga trrlihat pohon beringin besar dengan siluet hitamnya yang gagah menjulang,

Waktu menunjukan jam 10 malam ketika kami sampai di tempat yang hendar tuju,,
Namun di bawah pohon terdapat obor api yang mengelilingi pohon tersebut,
Terkihat juga ada 3 orang yang tengah duduk beesilah di bawah pohon,,
Siapa mereka?
Dan apa yang tengah mereka lakukan?

Kami mengintip dan mengawasinya dengan jarak 150 meter lebih dari pohon tersebut
Kami mengawasi dari balik pohon kecil yang cukup rimbun,
Cukuplah untuk menyembunyikan kami dari pandangan orang orang tersebut.

Sekian lama kami mengawasi kemudian muncul lah sosok besar berkain putih seperti seorang wanita yang berbadan besar dan tinggi 2 meter lebih
Dari balik pohon beringin tersebut,
Begitu mengerikan hingga mmbuat saya ketakutan, menutup mata dan mulut bersamaan,
Sementara hendar tampak bersikap biasa saja,
Dio memalingkan pandangannya karena ketakutan,
Namun nampaknya kehadiran kami di ketahui oleh sosok mahkluk tersebut,
Ia memalingkan pandangannya ke arah kami yang tengah bersembunyi dan mengamatinya dari balik pohon ini,

Sontak kami lari ketakutan,
Karena tak tau arah dan tujuan saya dan dio hanya mengikuti kemana arah
Hendar berlari,

Saya begitu panik dan takut,
Hampir menangis rasanya di cekam ketakutan jikalau sosok tersebut sampai menangkap saya,

Peluh begitu deras mengalir dari sekujur tubuh ini,
Nafas saya berat,dada saya sesak dan panas,
Sementara irama jantung berdetak tak karuan
Lu gak beres anjing,,
Maksud lu apaan ngajak gw ksitu?
Dio berbicara kepada hendar dengan nada kesal
Sesampainya di sebuah jalan desa.

Gw juga gak tau kalo kejadian bakal kyak gitu yo.
Jawab hendar dengan nafas ngos ngosan,,
Serem banget anjing,,
Ucap dio masih terlihat kesal,

Sorry sorry, udhalh yang oenting sekarang kita udh selamet,
Kita langsung pulang ajh,
Aja hendar,,

Iya lah terus mau kemana lagi su suhendar,,
Jawab dio dengan nafas yang masih ngos ngosan,

udh cepet balik lahh,
Ucapku
Sekitar berjalan bebrapa menit kami sudah sampai di rumah,
Di sepanjang perjalanan juga jarang di temui rumah warga yang berdekatan,
Rata rata rumah disini berjahuan jaraknya,
Di pisah dengan pekarangan yang masi gelap,

Udara dingin sangat terasa disini,,
Begitu sejuk namun memberikan aura tersendiri kepada saya,
Entahlah saya merasa di desa ini ada sesuatu yang tak biasa,

Setelah membuka pintu Kami langsung masuk kedalam karena masi takut akan kejadian tadi,
Paling tidak di dalam rumah kami bisa merasa aman dan nyaman
Hendar langsung pergi ke dapur,
Sementara saya dan dio terduduk lemas melepaskan ketegangan dan rasa lelah,

Tak ada percakapan apapun antara saya dan sio,
Sperti sedang bergelut dengan pemikiran masing masing
Tak lama hendar kembali dengan membawa 3 gelas kopi untuk kami,

Soory bro,,
Nih ngopi dulu biar ga tegang,
Rayu'nua kepada kami,

Nahh itu lebih baik ,
Ucapku sembari mengambil gelas yang hendar bawa,

Yo kalingan beli setan mau kaya sing ilok weruh ning kandang gah..
(Yo inget gak setan tadi kaya perna kita lihat di kandang)
Ucapku setelah menyeruput kopi dalam gelas,

Iya sih cuma kin mah lebih serem kayae,
Kaya wewe,,gundam rang anji nanggui dewekan gah.
(Iya cuma ini lebih seram kayaknya,kaya wewe gombel,
Syok gw kalo liat sendirian)
Jawab dio,,

Iya sih,,
Benere aman ning kene kuh eh kin mah nalah pada b kaya sewaktu nunggu ning pandang,
(Iya sih,,seharusnya disini lebih aman eh taunya sama ajah kaya waktu nunggu peternakan)
Imbuh ku kepada dio,,

Woy woyy ngomongnya jangan pake bahasa planet dong
Ucap hendar keada kami karena dia tak terlalu mengerti dengan apa yang sedang kami bicarakan,

Y pokoknya begitu lah,,
Balas dio atas ucapan hendar.

Udh deh jangan bahas macem macem dulu,,
Roko ama ngopi ajh dulu,
Usul hendar sambil mengeluarkan sebungkus rokok gudang garam.
Atas kejadian tadi alhasil kami bertiga tak dapat tertidur,
Mata kami trrus terjaga entah kenapa,
Rasa kantuk seperti sebuah harapan yang besar untuk kami saat ini

Setelah di rasa suasana cukup aman dan tenang hendar pun mulai menjelaskan tentang semua pertanyaan
Yang ada di benak kami,
Tau gak tadi ada siapa ajah yang ada di sanah?
Ucap hendar sambil bertanya.

Sayan dan dio hanya menggelengkan kepala,

Di sanah ada bos kalian,,
Yapp buk asih,ayu,bukde ratmina dan bapak gw warno,

Lahh ngapain?
Ucap ku bertanya,

Sebenranya begini
Pesugihan yang bukde miliki itu harus di turunkan kepada salah satu anaknya untuk tetap menjaga harta mereka dan menjaga keselamatan keluarga besar mereka,

Bukde ratmina sebenarnya punya tiga orang anak yang semuanya adalah perempuan.
Buk asih adalah anak pertama,
Anak keduanya adalah ayu dan yang terakhir adalah tiyas,
Menurut cerita yang beredar penerus makhluk pesugihan ini harusnya adalah anak pertama,

Buk asih?
Jawabku cepat,

Iya harusnya begitu tapi gw gak tau juga,

Katanya bukde lu di rawat di rumah sakit?
Ucap dio menyela
Iya kabarnya gitu tapi gw gak tau juga,

Trrus ngapain bapak lu ada di sanah juga?
Tanyaku kepada hendar.

Itu yang pengen gw tau makaknya hw ajak kaian pada kesitu agar mastiin kabar yang beredar tentang bapak gw itu bener apa engga,
Dan ternyata bener kan,
Jawab hendar lemas
Waduhhh gw gak mau kerja sama buk asih kagi ahh,,
Ucap dio,

Gw juga sama anjing,,gw gak mau jadi tumbal selanjutnya,
Jawab hendar kepada dio.

Terus bapak lu disitu ngapain?
Belajar pesugihan juga?
Ucapku kepada hendar,

Kayak gitu sih,

Brakkk brakkk brakkkk,,
Pintu di gedor dengan keras sewaktu kami sedang asik mengobrol.

Sontak kami semua kaget dan langsung berlari ke dalam kamar hendar,
Segera mengunci pintu kamar dan meeingkuk bertiga di atas ranjang tidur milik hendar ,
Anjing,,setanya ngikutin kita kayaknya,,
Ucap dio,,
Sttttt berisik,
Sahutku kepada dio,

Kami bertiga meringkuk sambil terus mengawasi ke arah pintu yang terkunci,

Nafas kami menggebu,
Keringat kembali menetes dari kami bertiga,
Lama berselang keadaan kembali sunyi dan sepih
Btw maaf pekerjaan saya lagi sibuk sibuknya ini,,jafi hanya bisa nyicil,
Btw lagi ....
Lanjut gak nihh, sepih amat
Kita lanjut,,

Dari kejauhan sayup sayup suara kumandang adzan shubuh terdengar,
Suaranya memecah malam sunyi ini,
Melegakan hati kami yang resah dan di penuhi ketakutan,
Hendar memberanikan diri untuk melihat keadaan di luar kamar
Saya memilih untuk merebahkan tubuh yang lelah ini.
Semntara dio terlihat menahan kantuk yang berat,
Trrlihat dari matanya yang merem melek dan sering menguap,

Hendar kembali dan segera mengunci pintu rapat rapat,

udah aman cok,,
Ayo tidur ajh ngantuk gw,,
Ucap hendar
Tanpa menjawab saya dan dio segerah mencari posisi terbaik untuk tidur,
Berbagi tempat tidur seranjang bertiga,

Siang harinya saya baru terbangun setelai terbuai dalam tidur yang sangat di harapkan,

Ada seorang yang kurang dalm kamar ini,,
Hendar.
Kemana dia?
Saya mencoba membangunkan dio yang masi lelap tertidur,
Ahhh masi ngantuk'.
Jawabnya ketika saya bangunkan,

Saya pun bangun dan keluar kamar,
Meninggalkan dio dalam buaian mimpinya,
Berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci muka ini,

Setelah selesai saya duduk di kursi depan
Cukup lama saya duduk hingga saya heran melihat hendar berlari mendekati rumah ini,

Gawat njing gawat,
Ucapnya begitu sampai di teras depan.

Ada apa sih kaya habis ngejar maling,
Tanyaku padanya.

Bukde meninggal semalaem,
Ucap jendar dengan wajah cemas,

Lahh yang bener?
Kembali Tanyaku pada hendar,

Iyalah ngapain gw boong,
Tadi gw juga ketemu buk asih dan gw di kasih makanan ama dia,
Hendar menjelaskan,,,

Lah terus nama makanan'nya?
Saya bertanya karena melihat hendar tak membawa apapun di tanganya,

Udh gw buang,,
Gw takut,,
Senyuman buk asih ganjil banget ama gue oas dia ngasih makanan.
Dio mana?
Ucap hendar sambil terus melihat ke arah kiri dan kanan.

Noh masi molor di dalem,
Jawabku sambil menunjuk arah dalam rumah,
Mungkin ini ada kaitanya dengan kejadian semalam,
Mungkin bukde ratmina yang menghantui kami semalam,

Malam harinya acara tahlil di gelar di rumah almarhum bukde tapi aneh,,
Begitu sepih,,
Seperti warga dalam satu komando,,
Tak ada yang datang pada acara tahlil tersebut
Hanya ada saudara saudaranya saja,
Itu penjelasan yang saya dapat dari hendar ketika pulang dari acara tahlil almarhum bukdenya,

Bukan tanpa alasan tentunya,
Bukde di kenal tak pandang bulu dalam mencari korban pesugihanya,
Tak peduli tetangga sampai saudaranya sendiri pun
Banyak yang menjadi tumbal bukde,

Semasa hidupnya bukde memang jarang bergaul dengan tetangganya,
Ia hanya keluar kalau ada sesuatu yang penting saja,

Namun keluarnya bukde dari rumah bisa juga sebagi pertanda akan adanya warga desa yang menjadi tumbalnya,
Sebenarnya bukde ini orangnya baik.
Sering memberi sesuatu berupa makanan atau uang kepada para warga lainya namun senua itu tidak di neeikan secara percuma,
Seperti pancingan untuk mendapatkan ikan.

Itulah cara yang bukde lakukan untuk mencari tumbalnya
Dengan memberikan sesuatu yang memang warga butuhkan,

Namun nenerapa bulan belakangan,bulde jadi sering keluar rumahnya.
Bahkan Setiap ada acara pengajian yang biasanya rutin di adakan bulde juga tampak selalu hadir dengan membawa banyak makanan dan beras
Untuk nantinya di bagi bagikan kepada warga yang hadir,
Namun tentu pak kyai tau niat buruknya,

Ia menyuruh para panita yang lain untuk memisahkan makanan yang bukde bawa agar tak tercampur dan di biarkan begitu saja,
Awalnya para panita tampak binggung dengan apa yang pak kyai suruh,
Namun setelah di jelaskan dan di buktikan dengan mata kepala mreka sendiri barulah para panitia percaya,

Makanan yang selalu bukde bawa akan hilang begitu saja tak berbekas setelah di diamkan selama beberapa jam
Lama kelamaan bukde seperti mengetahui bahwa makanan yang selalu ia bawa tak pernah trbagikan,

Sepertinya kedoknya telah di ketahui oleh pak kyai,

Suatu hari bukde pun datang berkunjung ke rumah pak kyai dengan membawa aneka bahan pokok dan sejumlah uang
Bermaksud agar pak kyai mau tutup mulut atas apa yang bukde lakukan,
Namun tentu saja pak kyai menolaknya dan menasehati bukde agar segera berhenti bersekutu dengan iblis,

Namun hanya di jawaban anggukan pelan dari bukde,

Pak kyai juga menyuru bukde agar kembali membawa
Barang barangnya tersebut,

Namun bukde seperti tidak enak hati dan membiarkan barang tersebut di rumah pak kyai,
Tak lama bukde pamit pulang dengan meninggalkan uang dan bahan pokoknya di rumah pak kyai,

Setelah bukde pulang pak kyai berpesan kepada semua anggota keluarganya
Agar tak ada yang boleh menyentuh barang barang tersebut,
Malam harinya pak kyai wirid dan berdzikir untuk menolak bala yang akan datang ke rumahnya,
Benar saja,,,
Banas pati terlihat mengelilingi rumah pak kyai pada malam harinya,
Semua tetangganya pun melihat
Sosok banas pati yang terbang sepanjang malam di atas rumah pak kyai,,

Kejadian tersebut membuat warga kampung geger,,
Banyak dari warga yang penasaran namun tak sedikit pula yang ketakutan di buatnya,

Dsn benar saj brang barang uang bukde bawa sewaktu siang kini hilang
Lenyap tak berbekas begitu saja,
Syukurlah pak kyai beserta keluarga baik baik saja,

Namun tak sampai disitu saja,
Beberapa hari berselang datang mahkluk besar setinggi rumah yang berdiam diri di belakang rumah pak kyai selama beberapa malam,
Cerita tersebut saya dapatkan dari Kesaksian para warga yang ada disini,
Lantas setelah kematian bukde siapa yang akan melanjutkan memelihara mahkluk tersebut?
Tak ada angin tak ada hujan,,
Pak amat dan buk asih datang berkunjung ke rumah hendar,

Kabar tentang keberadaan saya dan sio di sini tuoanya telah di ketahui mereka lewat hendar.

Mereka membawa banyak makanan untuk kami semua,
Dengan wajah penuh curiga dan tanda tanya
Kami menerima kedatangan mereka ,

Berbasa basih,,
Itulah yang kami lakukan karena tentu itu adalah kebiasan manusia,

Tak banyak yang yang kami bicarakan,,
Karena memang menaruh curiga kepada mereka,
Hanya menjawab seadanya,

Menjelang sore hari buk asih dan pak amat pun pamit
Karena ada keperluan katanya,,

Semua makanan yang tergeletak di atas meja tak kami sentuh sama sekali,
Hanya Di biarkan begitu saja
Menjelang malam setelah selesai sholat magrib kami kembali melihat makanan tersebut,
Dan ternyata masih ada,,

Mungkin perlu waktu beberapa jam lagi untuk memastikan makanan tersebut benar atau hanya pancingan untuk menumbalkan kami semua,
Dio yang memang sedari siang merasa lapar tak sabar untuk segera memakan makanan tersebut
Namun selalu hendar tahan tentunya untuk kebaikannya juga,

Namun setelah beberapa jam berlalu makanan tersebut masi utuh,
Tak lenyap seperti yang di ceritakan orang orang
Setela menimbang dan menyakinkan akhirnya kami mencoba melihat apa yang ada dalam bungkusan plastik hitam tersebut,

Lahh sega (nasih) sih,,ayam,buah salak,pisang dan tumisan di dalam plastik bungkusan besar tersebut.

Begitu menggiurkan,,
Terlihat sedap dan menggoda
Banyak keraguan sebenarnya tapi ini terlalu menggoda,
kami terlebih dahulu mencolek colek makanan tersebut sebelum kami memakanya,

layaknya sesuatu yang aneh yang belum perna kami lihat,
Kami mencolek dan memerhatikan makanan tersebut lumayan lama,
Ahh sueyen,,,
(Ahh lama)
Ucap dio tak sabar dan segera memakan sebuah pisang raja,

Dan akhirnya saya pun ikut memakan dan menikmati makanan tersebut
Terlihat hendar masi ragu rupanya..

Ayo su makan,,
Udh ga usah banyak mikir,,
Ucapku kepada hendar.
Tak lama hendar pun ikut makan,
Kami makan bertiga dalam sebuah baskom di dalam plastik hitam.

Setelah selesai makan kami pun duduk di depan sambil menikmati semilir angin malam yang menyejukan,

Di temani dua gelas kopi kami menikmati malam ini
Sekitar pukul 11 malam,,

Kami masih asik mengobrol dan membicarakan hal hal yang tak penting,

Blugghhhh,,,
Seprti suara benda jatuh dari atas,,

Kami mencari dari mana asal suara tersebut

Kami mencoba mencari ke sekeliling rumah yang gelap karena di tanami singkong dan pisang
Wahhh kirik,,,,
Teriak dio karena melihat sosok besar yang berada di kebun singkong samping rumah,,
Sontak kami kaget dan segera berebut masuk ke dalam rumah,

Duggg..dugggg,,
Begitu berat suara langkah kaki dari sosok tersebut,

Kami begitu ketakutan
Berjongkok di pojokan tembok saling merapatkan tubuh,

Mungkin makhluk ini sama seperti yang ada dalam cerita 'menantang nyali' milik oaman saya,

Hening,,,kembali sunyi,,,
Tak ada suara apapun,,
Kemana perginya atau sedang apa sebenarnya sosok tersebut?
Tak lama pintu di gedor dengan dengan kerasnya yang membuat kami kaget dan tambah takut,

Bragghhh,,,
Pintu di dobrak,,
Dan ternyata itu adalah pak warno ayah hendar,,.
Namun tak ada ekspresi apapun dari wajahnya,,
Datar dan hanya diam saja,
Hembusan nafas panjang saya keluarkan karena merasa legah,,
Paling tidak bukan sosok hantu yang mendobrak pintu rumah ini.

Pak warno hanya melihat dan mengawasi keadaan sekelilingnya,

Sperti memastika keadaan,
Dan tak lama ia kembali melengos pergi tanpa sepatah kata pun
Hetan,,,
Tentu saja,,
Apa maksud dari pak warno ini?
Apa menghalau dan mengusir makluk tersebut?

Entahlah paling tidak sekarang kami merasa legah,,
Kami segera duduk di kursi rotan yang terletak di sebelah kami meringkuk tadi,,

Ada apa ini sebenarnya?
Tanyaku pada hendar
Hendar hanya menggelengkan kepalanya,

Fisik ku terasa begitu lelah,
Lemas begitu terasa,

Kejadian tadi begitu membuat kami syok,,

Entahlah kami semua kembali tak bisa tertidur kembali malam ini
Keesokan harinya saat saya terbangun saya kembali mencari keberadaan hendar yang acap kali saya trbangun ia sudah tidak ada di bekas tempat tidurnya,

Kemana dia?

Saya pun keluar rumah untuk menghirup udara segar khas daerah pegunungan,

Rupanya hendar tengah berbincang
Dengan para tangganya dengan logat dan aksen yang tak terlalu saya mengerti,

Melihat saya yang berdiri di depan rumah hendar pun berjalan mengahmpiri,,

Gosippp terussss,,,
Hujatku padanya ketika ia sampai di depan mata,

Gak gitu asu,,,
Gw lagi cari informasi
Soal kejadian semalem,
Kayaknya itu kiriman seseorang,
Tetang hendar menjelaskan,,

Lah emng paket..
Sahutku,,

Bukan gitu asu,,,
Gw dapet info dari tetangga kalo kejadian semalem itu sama kayak kejadian mbah pri,

Mbah pri siapa?
Tanyaku..
Udah nanti kita tanya langsung ajh sama mbah pri,
Rumahnya gak jauh kok dari sini..

Yo wiss,,

Setelah membangunkan dio dan selesai makan kami pun segera menujuh rumah mbah pri,

Kami berjalan melaui pekarangan yang di tumbuhi banyak pohon kelapa,
Sekitar memakan waktu 20 menit
Terlihat dari kejahuan sebuah rumah,,aj bukan seperti gubug malahan,
Berdinding kayu yang saling bertambal dan beratap kan genteng yang berwarna hitam ,
Terpencil jauh dari rumah warga lainya,,

Punten,,,assalamualaikum mbah.
Ucap hendar memberi salam,
Walaikum salam,
Jawab suara dari dalam rumah.

Pintu di buka dengan suara berdenyit khas pintu kayu yang sudah usang,

Keluarlah seorang pria tua memakai penutup kepala batik,
Rambut dan jenggotnya yang sudah memutih,
Dengan wajah yang keriput dan bertelanjang dada.
Kami semua di suruh masuk ,
Terlihat sikap dan wajahnya yang ramah kepada kami.

Mbah pri masuk ke dalam dan tak lama kembali dengan membawa kendi coklat berisi air putih untuk suguhan kepada kami,

Entahlah saya tidak terlalu mengerti apa yang mbah pri ucapkan,
Hanya hendar yang menjawab,

Setelah berbasa basih hendar pun mengungkapkan maksud dan tujuannya datang ke sini,

Dan lagi,,,
Saya tidak terlalu mengrti dan paham dengan apa yang mereka bicarakan.
Setelah sekian jam saya dan dio di buat binggung atas percakapn merekA akhirnya hendar pamit pulang,
Hendar pun menyuru kami untuk bersalaman kepada mbah pri,

Akhirnya kami pun pamit pulang,
Terlihat mbah pri pun berdiri di depan pintu rumahnya melepas kepergian kami
Namun saat saya menoleh kebelakang ke arah mbah pri terlihat dari kejahuan ada senyuman ganjil di wajah tuanya

Apa maksudnyaa?
Saya tambah di buat binggung jadinya,

Udah gak usah banyak tanya dulu.
Nanti gw jelasin di rumah.
Ucap hendar yang seakan paham dengan isi kepala saya
Kami kembali berjalan melewati hamparan pohon kelapa dan semak belukar,
Berjalan perlahan sambil menikmati pemandangan yang menyegarkan mata,

Sepertinya Belum terlalu sore ,
Dio memberi usul untuk berjalan jalan dulu menikmati suasana di desa ini
Ajakan dio langsung di setujui oleh hendar,
Kami pun berkeliling di perkebunan sayur milik warga,
Tak bersua diri untuk mengabadikan momen indah di sini,

Cukup lama kami menikmati suasana sebelum akhirnya pulang karena hari yang sudah mulai petang
Begitu sampai di rumah kami terkaget karena mendapati pak amat yang sepertinya sudah menunggu kami di depan rumah,
Tampak pucat wajahnya dengan kantung mata yang menghitam,

Dengan segan kami mengucap salam kepadanya,

Namun ia hanya terdiam,
Seperti melamun
Pandangan matanya terlihat kosong,

Kami berjalan berjinjit mendekatinya,

Pak,,halooo,,
Sapa hendar kepada pak amat namun tak ada jawaban,

Kami di buat heran dengan sikapnya,
Bragg,,,
Pak amat terjatuh dan mengejang,
Kami menjadi takut dan panik atas apa yang terjadinya denganya,

Astagfirulloh,,pak,,pak,,
Dio menepuk nepuk tubuh pak amat yang mengejang,

Tubuhnya masi terus mengejang dan gemetar,
Karena panik kami tak tau apa yang harus di lakukan
Bawa ke dalem bawa ke dalem,,
Ucap hendar panik,,

Dengan segera kami membopong tubuhnya masuk ke dalam rumah,

Hendar memijat mijat kepalanya,
Sementara dio panik dan hanya mondar mandir tak karuan,
Saya mencoba meminumkan air kepada pak amat namun mulutnya seperti terkunci
Tak bisa DI buka,,

Kenapa dan ada apa sebenarnya ini?

Lalu tak lama pak amat memuntahkan darah dari dalam mulutnya yang membuat kami beringsut mundur kebelakang,

Dari kejahuan terdengar suara adzan magrib berkumandang,

Perlahan tubuh pak amat berhenti bergetar,
Namun masih dengan tatapan yang kosong tanpa ekspresi,

Tentu kami ketakutan di buatnya,
Matanya terbuka memandangi plafon rumah,
Sepersekian detik kemudian mata pak amat terpejam,
Ia seperti pingsan,
Diam tak bergerak namun masi bernafas,

Huuuuu
Syukurlah
Saya pikir beliau tadi sedang meregang nyawa,

Kami pun menyelimuti tubuhnya dengan kain batik panjang ke seluruh tubuhnya,
Hanya menyisahkan kepalanya yang terlihat,

Huuuuuuuuuuuuhhsss

Hembusan Nafas panjang saya keluarkan karena merasa legah dan lelah,
Saya duduk di samping pak amat yang tengah terbaring lemah.
Hendar mengawasi keadaan di luar rumah,
Sementara dio pergi ke dapur membuat kopi untuk kita bertiga.

Ngapain ndar,,
Tanyaku pada hendar yang terus mengawasi keadaan di luar rumahnya,

Ehh gak ppa kok.
Jawabnya
Namun hendar masih melihat ke arah depan rumahnya,,
Seperti ada suatu hal yang membuatnya resah,,

Stelah di rasa aman hendar pun duduk di samping saya,

Kenapa sih?
Saya kembali menanyakan.

Gini loh,,gw cuma mastiin apa yang di bilang mbah pri tuh bener apa engga,,!
Yang mana sih gw gak ngerti ah,ucapku padanya,,

Iya jadi gini ..
Kata mbah pri makhluk yng semalem nakutin kita itu kemungkinan sama kayak yang pernah datengin mbah pri dulu..

Maksudnya?
Saya masih binggung dengan ucapan hendar,
Mbah pri juga pernah di datengin makhluk nesar yang kemaren ganggu kita itu loh,,

Kata mbah pri siangnya sebelum ia di lijatin wujudnya mbah ori sempet di kasih makanan,buah,,hasil kebun dan uang juga sama bukde ratmina
Sebagai upah karena mbah pri sudah bekerja
Di kebun milik bukde,
Tapi mbah pri menolaknya karena itu semua terlalu banyak dan mbah pri juga tau kalo bulde itu punya pesugihan,
Jadi mbah oro wanti wanti kalo dia yang akan jadi tumbal selanjutnya,

Tapi bukde maksa mbah pri supaya mau menerima apa yang ia beri
Dengan berat hati akhirnya mbah pri pun mau menerima namun tetap waspada,

Setelah bukde pulang mbah pri gak pernah nyentuh makanan tersebut,
Di biarin ajh gletak di alas tikarnya,

Terus terus,,
Ucap dio yang menguping penjelasan hendar,

Terus y ngopi lahh,,
Biar enak ceritanya,,
Sini ah ntar adem kopinya,
Jawab hendar sekaligus menyuruh dio memberikan kopi yang baru ia buat,

Segelas lima ribu bos,,
Jawab dio dengan sedikit bercanda,
Sabar y kawan kawan,,
Cerita ini masi panjang,
Semiga tidak bosan dan jenuh menunggu kelanjutan cerita ini.

Btw yang ada dalam cerita ini masih sering gangguin saya,

Itulah mengapa ada jeda dalam setiap penulisanya,
Nah malam harinya tuh mbah pri di datengin makluk item,gede,
Serem banget wujudnya pokoknya,
Tapi mbah pri ya bukan orang sembarangan,,
Dengan enteng mbah pri ngeladenin dan nyuruh makluk itu buat balik lagi,,
'Salah pilih lawan' bilangin sama majikanmu,
Gitu kata mbah pri
Wah brarti mbah pri ini bukan orang sembarangan,,
Ucap dio terkesan,

Ya gitu lah,,rumah nya ajah mencil gitu ya jadi sudah biasa ama hal begituan mah'
Ucap hendar,,

Mbah pri juga tau kalo kalian ini bukan berasal dari daerh sini..
Keciri dari bau'nya kalian,
Beda kata mbah pri
Nah makanya itu yang ngebuat makluk di daerh sini tuh pada liatin kalian,
Karena kalian orang asing dan bau kalian menarik bagi 'mereka'.

Alamakkk,,
Cem mana ini yo..
Ucapku kepada dio,

Ah tak apalah,kita berani saja,
Jawab dio dengan logat batak.
Cabang bayi (hendar),, woy kirik (dio),,kaget bangsat,,,
Ucap kami bertiga kaget karena tiba tiba pak amat terbangun masi berselimut lain yang tadi kami pakaikan,

Tatapanya kosong,seperti orang linglung,
Kami beringsut mundur menjaga jarak denganya
Saya mengerenyitkan dahi terheran heran,
Dio terlihat mengambil ancang-ancang untuk berlari,,
Kaget dan takut tentunya,,

Tapi kemudian pak amat kembali terjatuh kebelakang,
Beliau batuk seperti ada sesuatu yang mengganjal tenggorokanya,

Tulungggg,,,
Pak amat bersuara serak meminta tolong,

Haduh kami. Inggung,,
Anatara nolongin.dia atau lari,,
Namun kali ini seakaan enggan untuk melangkah mendekati maupun berlari,

Darr...tulung,,
Ucap pak amat kepada hendar,,
Dengan ragu hendar pun mendekat perlahan,,

Cok ambilin air
Perintah hendar,,

Dio yang memang dekat dengan arah dapur pun berjalan sambil terus mengamati,

Ia mengambil segelas air dalam gelas,

Nihh,,
Dio menyuguhkan airnya kepada hendar,,
Mau apa...
Mau di semburin yaa,,,
Tanya dio kepada hendar,,

Semprul..
Enggak lahh,,
Jawab hendar
Di minum dulu pak..
Hendar mentuguhkan gelasnya,,

Dalam keadaan masi terbaring pak amat mencoba memaksakan air untuk masuk ke dalam mulutnya,,

Setelah segelas air tadi habis,
Pa amat terlihat menghirup nafas panjang,,

Mungkin kondisinya sudah membaik sekarang
Apakah masi ada antusias dari thread ini?
Terimakasih semuanya,,
Saya lanjut
Kenapa pakle,
Tanya hendar kepada pak amat.

Namun tak ada jawaban dari bibirnya,

Pak amat memegangi kepalanya,
Mungkin tetasa sakit atau pusing pikirku,

Warno wes keterlaluan,
Bapakmu iku wis sekongkol karo ayu,
Ucap pa amat dengan tatapannya yang masih kosong
Lah sekongkol pyen pakle,,?
Tanya hendar,

=$&$&&&&&&=/+?=#!!_%©®®]™¥¥®[®
%|``¥«<<»»
Dah gitu lah saya gak tau tentang omongan mereka,,
Saya dan dio hanya memdengarkan dan hanya sedikit mengerti tentang apa yang hendar dan pak amat bicarakan,
Intinya mh pak warno (bapak hendar)
Dan ayu (adik buk asih)
Meeeka bersekongkol,
Menyingkirkan buk asih yang menjadi kandidat kuat penerus pesugihan bukde ratmina,

Sebenarnya buk asih juga tidak tertarik sama sekali meneruskan pesugihan ibunya
Tapi karena karena lumrah'nya anak pertama yang harus meneruskan jadi ayu menaruh curiga kepada kakanya tersebut,

Maka dari itu ia dan pak warno bersekongkol untuk mencelakakan buk asih dan oak amat,

Pake bahasa nasional ajah ya biar enak jelasinya,
Jadi pakle ini di celakain sama mba ayu?
Tanya hendar kepada pak amat,

Iya,,
istri saya juga sama,,
Di rumah sudah kacau keadaanya,

Lah mba tiyas gimana pakle?
Hendar kembali bertanya,

Tiyas bisa jaga diri sendiri karena ia punya ilmu agama yang kuat,

Terus kenapa kesini pak
Tanya dio kepada pak amat,

Saya kesini karena saya tau dari istri saya ,
Saya ingin meminta tolong sama kalian,
Ucap pak amat,

Lah ko kita?
Dio heran,

Saya gak mau melibatkan tetangga dan saudara lainya,
Percuma mereka gak akan mau di mintai tolong
Karena punya dendam sama almarhum buk ratmima mertua saya,

Saya meminta tolong sama hendar juga supaya bisa bujuk bapaknya,,
Pesugihan kaya gitu gak akan membawa berkah,
Malah membawa bencana dan korban lainya,

Tolongin pakle y dar,
Pak amat menjelaskan maksud kedatanganya
Sekaligus meminta bantuan kami semua..

Pyen kine yo..
Ucapku meminta pendapat kepada dio.

Mong gah,,luru blahi baka mekenen mh carae tapi ws terlanjur teles.
(Gak ah,,cari celaka kalo kaya gini mah
Tapi kita sudah terlanjur basah/terlibat),
Dio tampak ragu dan bimbang
Astagfirulloh,,
Ucap dio melihat bayangan dari balik tirai tipis jendela depan rumah hendar,
Sapa kune,,
(Siapa itu)
Tanya dio kami semua.

Husshhhh,,,,
Hembusan angin dingin menyentuh sekujur badan,

Aduh ndase puyeng'
(Aduh kepala puyeng)
Ucapku menahan pusing di kepala
Mata saya berat,,
Tubuh ini lemas,
Rasa kantuk dan lelah yang sangat besar dan mendadak tiba tiba mengikat tubuh ini.

Pandangan mata saya berkunang kunang,
Kabur dan menghitam,

Sementara sosok bayangan tadi terlihat masuk melewati pintu depan
Sosok wanita memakai kain tapih dan kebaya coklat dengan tambut di kuncir kuda masuk mendekati saya,,
Siapa wanita ini?

Koe rausah melu melu,,iki dudu urusanmu,,
Ucap lembut wanita itu,
Semntar pandnagan saya kini telah blank,,menghitam dan entah saya tak tau apa yang terjadi
Selanjutnya,
Pingsan atau tertidur,,,
Tapi say tidak pernah pingsan seumir hidup saya,,
Apakah seperti ini rasanya pingsan,

Kalo gak salah ilmu menidurkan atau membuat pingsan itu namanya ilmu sirep,
Karena di sini di tempat saya sekarang ini juga ada ilmu yang sperti itu
Entah saya pingsan/tertidur selama bebrapa menit,jam,atau bahkan hari ,saya tifak ingat sama sekali,
Saya di bangunkan oleh wanita yang memakai kerudung coklat,
Suara begiti lembut dan menenggelamkan,

Mas tangi,,,
Saya pun terbangun,
Entah susah beberapa kali
Wanita ini membangunkan saya,

Dengan mata yang masi berat saya berusaha bangun dan terjaga,

Saya beringsut mundur terkaget,
Apa wanita ini yang tadi datang sebelum saya pingsan.

Siapa kamu?
Tanyaku kepada wanita itu,

Ra usah wedi mas saya tiyas,

Tiyas siapa?
Ws ko maneh jelasnoe,
Rewangi aku nangenkna koncomu iki.
Ucap wanita itu,

Dengan tatapan yang mengawasi saya pun mencoba membangunkan dio,

Plakk,,plakk,plakk
Saya menepuk kepala dio,

Yo tangi,,
Gage tangi koplok,,
(Yo bangun,,cepet bangun koplok) teriak ku membangunkan dio
Lara kirik,,
(Sakit jing)
Ucap dio dengan nada marah,

Senget mau di tangekaken ora tangi tangi.
(Dari tadi di bangunin gak bangun bangun)
Jawabku kepada dio,

Wehh sapa sira...?
Tanya dio kepada wanita tersebut,

kin tiyas,,mbuh bli weruh sapa rang gh wadon kien lih
(Ini tiyas,,saya juga gak tau siapa wanita ini)
Saya mencoba mnjlaskan kepada dio.

Kulo tiyas mas,,

Mba pake bahasa indonesia saja,,kami kurang mengerti bahasa jawa sini soalnya,
Pintaku kepada wanita tersebut.

Oww ngih mas,,
Jawabnya pelan dan lembut
Sebentar,,
Hendar sama pak amat kemana ini?
Tanya ku kepada tiyas,

Saya ndak tau mas,,
Jawab tiyas.

Lah terus kenapa kamu bisa disini?
Kamu siapa?
Tanyaku lagi kepada wanita tersebut,

Saya tiyas mas,saya adiknya mbayu asih dan mba ayu,
Katanya mas mas ini temenya hendar
Dan karyawan mbayu asih.

Iya bener
Jawab dio.

Terus kenapa kamu disini,?
Dimana hendar sama pak amat?
Tanya dio,

Jadi ngene ceritone,,
Tadi mba asih sama mba ayu kaya lagi debat ,
Saya yang denger keluar dari kamar memastikan keadaan,
Tau tau mba asih sudah terbaring
Di lantai,
Le amat lari karena takut,
Pak warno ngejar pak amat kesini soale di beri tau mba ayu,

Lah mba gak lari atau di lukain sama mba ayu?
Tanya dio kepada tiyas,

Endak mas,mba ayu iku sayang banget karo aku,
Mba ayu ra wani nyilokoi aku,,

Ehemmm,,
Pake bahasa indo mba.
Celetuk dio.

Eh iya maaf mas,,

Saya itu kesayangan ibu saya sama mba ayu,
Jadi gak mungkin mba ayu tega sama aku,

Tapi maaf nih mba yaa,,
Mba tau ga tentang pesugihan yang di jalanin ibu mbak,,
Seklai lagi maaf loh ya,,
Saya tau juga dari hendar,
Tanyaku kepada tiyas
Gak papa mas,,
Saya juga sebenrnya tau,
Tapi selalu saya tutup tutupin,
Tapi sekarang sudah begini jadi gak mungkin lagi bisa di tutupin.
Jelas tiyas kepada kami,

Tapi mas walaupun ibu begitu dia nyuruh saya mondok dan menimba ilmu agama dengan benar supaya gak kaya ibuk,
Woy ini hendar kemana,,
Celetuk dio...

Eh iyo,,
Ayu mas tulungin hendar,,

Nolong piyen,,ora due ilmu apa apa,,
(Nolong gimana,, gak punya ilmu apa apa)
Ucapku kepada dio,,

Emng mau nolong kemana dan dimana mba?
Ucap kepad tiyas,,

Ndak tau mas,,
Jawab tiyas bingung,
Lah terus ini gimana?

Wah iya jaluk tolong mbah pri bae,,
Usul dio,

Iya bener,
Cuma wedi kirik bengi bengi kaya men.
(Iya bener..Tapi takut jing malem malem kek gini)

Tanpa di sangka tanpa di duga mbah pri sudah berada di pintu depan rumah.

Assalamualaikum,,
Ucap beliau
Wehh kaget,,
Lah mbah pri?
Saya dan dio heran sekaligus kaget,
Walaikum salam,
Jawab tiyas,
Semntara saya dio masi terheran heran,
Tiyas menyambut mbah pri dan langsung mencium tanganya,

Saya dan dio masi melongo.

Bagaimana bisa?
Pria tua ini seperti datang sebelum di minta
Mbah pri pun masuk dan langsung duduk di samping dio,

#&$&&&&=#=///¥^`€™^«»***

Kembali,,
Kami tidak mengerti apa yang mbah pri bicarakan,

Setelah di jelaskan tiyas barulah kami mengerti apa yang di ucapkan mbah pri kepada saya dan dio.

Intinya mbah pri menyuruh kami
Untuk tidak ikut campur dalam masalah ini karena terlalu berbahaya dan celaka,

Lah terus kami harus gimana?
Tanya saya kepada tiyas.

Tiyas pun bertanya kepadanya mbah pri menggunakan logat jawa kromo yang kami tidak mengrti,

Semacam bahasa jawa halus jaman dahulu,
Kalian disni saja,
Gak usah ikut bahaya,,
Biar mbah pri yang mengurus,
Tiyas menjelaskan ucapan mba pri.

Terus kami harus gimana mbah?
Tanya dio kepada mbah pri.

Tiyas kembali bertanya,
Kini raut wajahnya terlihat cemas dan panik,

Intinya kalian disini ajah
Walaupun disini juga tidak terlalu aman tapi paling tidak itu lebih baik,
Kalian sholat sama ngaji saja biar gangguanya nda serem,
Tiyas kembali menjelaskan,

Saya dan dio hanya mengaguk pertanda paham,

Mba pri bangun dari duduknya,
Terlihat seperti tergesah gesah
Menagajak tiyas untuk ikut denganya,
Sebelum pergi mbah pri pun memberi pesan kepada kami agar tak keluar rumah apapun yang terjadi,
Mbah pri akan memagari rumah ini dengan pagar yang tak terlihat,
Semacam pagar ghaib untuk menjaga kami
Besok kalo matahari sudah terbit beliau berpesan agar kami segera pergi dari desa ini,

Itu penjelasan yang saya dengar dari tiyas yang mengartikan perkataan mbah pri,

Kami hanya mengangguk,

Mereka pun memberi salam lantas pergi entah kemana,

Dio segera mengunci pintu depan
Piyen kine yo,,
Balik skien bae yu,
(Gimana ini yo..pulang sekarang ajh yu)
Ajak ku kepada dio,

Ngaco ira mah ws bengi kayamen balike piyen,,ko ana apa apa ning dalan sapa sing arep nolongi,
(Ngaco lu mah udah malem kayak gini pulangnya gimana.
Ntar ada apa apa di jalan
Siapa yang bakal nolongin)
Jawab dio tegas,

Kami kembali duduk di kursi ruang tamu,
Pikiran kami sangat kacau.
Datang kesini bukanya happy malah kayak gini,
Sepertinya kami Salah datang,
Rumit dan masalah sangat kompleks masalah ini.
Rued,,
Kami saling diam karena bergulat dengan pikiran dan kenyataan,

Cukup Lama kami terduduk sampai akhirnya kami di kagetkan oleh suara keras benda jatuh di atap rumah hendar,

Astagfirulloh,,
Kami kaget,,,

Kami segera lari dan masuk kedalam kamar hendar,,
Lah malah manjing mene,,
Sembahyang,,ngaji,,
(Lah malah masuk kesini.
Sholat,,ngaji)
Itu yang saya ucapkan karena bukanya kami sholat tapi kami malah memikirkan semua masalh ini dan malah masuk kedalam kamar,

Los ira metu ulu,,
(Sana lu keluar duluan)
Perintah dio.

Mong ah wedi
Bareng bae yu koe langsung mlayu mang kolah wudhu..
(Gak ah takut,,bareng ajh yu nanti langsung lari ke kamar mandi berwudhu)
Balasku kepada dio,,

Yo wis ,,,

Dio membuka pintu,,
Cekrekkkkk,,,
Suara pintu kayu terbuka,,

Hening,senyap,,
kami mengawasi keadaan di sekitar
Dengan aba aba dalam hitungan kami bersiap menuju kamar mandi,,

Tiga,,,,
Kami langsung menuju kamar mandi,,membasuh anggota tubuh dengan air wudhu,

Kami mempercepat semua nya hingga ketika akan kembali masuk ke dalam kamar tiba tiba sekelebat asap hitam melintas dengan cepat
Melewati kami,,
Kami langsung berlari masuk dan mengunci pintu kamar.

Huuuuuu,,,,
Selamet selamet,,
Ucap dio sambil mengelus dada,,

Ws gagian sembahyang,,
Dadai imam yo,,
Kan ira sing tua,
(Udh cepet sholat,,
Kamu jadi imam yo kan yang lebih tua).
Perintahku kepada dio
Tanpa penolakan dio pun berdiri di depan untuk meng'imam'i sholat,,

Sholat di lakukan,
Saya mencoba khusyuk dalam sholat,

Klotrakkkk,,
Hiasan di dinding terdengar jatuh di samping kami,,
Apa ini?

Suara tersebut membuyarkan konsentrasi,

Cekrekk cekrekk cekreekk,,
Knok pintu seaakn di ingin di buka secara paksa,,
Konsentrasi saya langsung buyar,,
Apa lagi ini....?

Hussss,,
Angin hangat beehembus menyentuh tubuh ini,,

Pet,,,
Lampu padam,
,
Dalam sujud ada rasa kengerian dan was was akan keadaan di sekitar,,
Dalam doa memohon perlindungan
Dan harapan agar semua ini cepat selesai dan matahari cepat terbit,
Namun tentu malam masi panjang,
Dio seakaan mmpercepat bacaan dan sholatnya,

Tak lama sholat pun selesai namun keadaan masih gelap,
Mata kami harus menyesuaikan dengan keadaan,

namun gelap begitu pekat
Hampir tak terlihat apapun,,bahkan tangan kami sendiri pun tak terlihat,,

Bagimana caranya kami mengaji dalam gelap ini?..

Entahlah,,,
Kami hanya berusaha tenang Namun sia sia...
Ketakutan tak bisa kami sembunyikan,
Kami pun duduk ber'iringan untuk memperoleh rasa aman
Keringat menetes dari seluru anggotan tubuh,
Rasanya begitu pengap,,
Sperti berada dalam keramaian,
Tercium pula bau sengir yang amat menggangu indra penciuman,

Kami bersholawat mencoba menenangkan hati dan pikiran,
Byarrr,,,
Alhamdulillah,,
Lampu kembali menyala,,

Dio langsung meloncat kebelakang ,
Saya pun terduduk mundur kaget,,

Karena di depan kami ada wewe gombel tengah merangkak di pojokan kamar,,,

Astagfirulloh Astagfirulloh Astagfirulloh
Hanya itu yang bisa kami ucapkan
Dalam keadaan takut dan mata melotot kami tetis memandangi sosok tersebut,

Khekkk kheeekk kheekkk,,
Suara tawa dari sosok tersebut
Entah tertawa atau menahan serak di tenggorokanya,,

Sosok itu terus merangkak kearah tubuh saya dan dio yang sudah menempel di dinding
Tapi untungnya Wajah wewe gombel tersebut merunduk,,
Sehingga kami tak bisa dan tak mau melihat wajahnya,,

Dia terhenti di samping sajadah yang tadi kami gunakan untuk sholat,
Sajadah tersebut seperti menghalangi langakhnya ,
Wajah saya dan dio saling berhadapan,
Memejamkan mata karena takut akan keadaan di depan,

lau terdengar suara tokek yang berasal dari luar rumah,membuat kami kaget dan membuka mata
Suara tersebut membuat sosok wewe gombel kini berdiri namun dengan kepala yang menunduk,

Rambutnya kusut
Di lehernya Terdapat luka bekas sayatan yang dalam,

Walahh malah ngambang pisan,,
(Dia malah ngambang)
Mengambang beberapa centi meter di atas ubin,

Lalu melayang keatas menembus plafon dan hilang begitu saja,,

Alhamdulillah,,
Sosok tersebut kini telah pergi
Namun tentu saja kami maaih merasa was was dan cemas,
Takut sosok tersebut berpindah sudut kamar ini,
Atau mungkin ia akan kembali lagi,,
Jantung kuh terpompa begiti cepat,
Keringat masih menetes di kening ini,,
Kami terus memandangi ruangan kamar ini untuk memastikan
Bahwa sosok tersebut telah benar benar pergi dan menghilang,
Saya mengatur nafas agar lebih tenang dan tidak panik,
Sementar nafas dio masi terdengar ngos ngosan,

Piyen kine yo,
(Gimana ini yo)
Tanyaku padanya,

Dio hanya menggelengkan kepala,
Butuh waktu cukup lama
Agar kami bisa menguasai tubuh kami sendiri dan memastikan keadaan benar benar aman dan kondusif,

Huuuuuuuu,,,,,
Nafas panjang kembali saya keluarkan ,
Sepertinya keadaan benar benar telah aman,
Tapi pikiran ini masih kacau,,
Rasa takut,penyesalan,marah,dan pasrah
Bercampur menjadi satu,
Bagaimana bisa kami terseret dalam masalah ini..
Kami disini hanya ingin berlibur,hanya ingin bertamu dengan sahabat kami tapi kok malah begini jadinya,,

Itulah yang saya pikirkan dan begitu menganggu pikiran,

Tiba tiba terdengar suara dari samping
Telinga sebelah kanan,
Rupanya dio telah memulai bacaan al-Qur'an nya,

Saya juga harua ikutan untuk memberikan rasa nyaman dan aman,
Dengan segera saya pun mengikuti membaca,

Sektika hawa yang tadinya pengap,sumpek dan gerah sekarang sedikit berubah normal,
Kami terus melanjutkan bacaan,
Perlahan hati dan pikiran pun menjadi tenang,
Udara di sekitar pun kini menjadi sejuk,

Kami terus melanjutkan bacaan.
Tenggelam dalam khusyuk dan khidmatnya,

Waktu berlalu
tak tahu sekarang jam berapa karena fokus kami sekarang adalah membaca
Terdengar suara gamelan yang cukup keras di luar rumah,
Seperti da acara hajatan,syukuran desa atau semacamnya,

Entahlah,
Kami tak mau memeriksa dan berfikiran macam macam,

Semakin larut malam semakin ramai dan berubah ubah suara yang kami dengar dari luar rumah
Sauara gamelan dan sindenya yang berkidung dengan lembut dan penuh penghayatan,
Suara sperti langkah kaki para serdadu yang kompak dan sigap,
Suara cekikikan,
Suara anak kecil uang terdengar riang gembira maupun suara garaman yang yang begitu terasa sampai ke ulu hati,
Sebisa mungkin kami tak menghiraukanya,
Terus melanjutkan bacaan ayat suci al-Qur'an,

Terasa sangat lama malam ini bergerak,,
Semntara di luar rumah suaranya kini begitu riuh,,
Sperti sedang mengelilingi rumah ini
Wis ora usah dleng,ora usah ngeladeni,ora aja mikiri,
(Udah gak usaj lihat,gak usah di ladenin gak usah dipikirin)
Ucapku kepada dio yang sperti tertarik untuk melihat keadaan di luar rumah,

Dio pun paham dan mengurungkan niatnya,

Semakin kencang bacaan kami semkin kencang pula
Suara dari luar rumah yang begitu riuh,,

Tapi tiba tiba senyap,,
Sepihh,,
Begitu lengang dan hampa,,
Saya sedikit heran,,
Kemana peeginya suara berisik tadi,

Lalu tiba tiba terdengar puja puji shoawat dari mushola,
Tetdengar sayup sayup mungkin karena jaraknya yang jauh
Tapi masih bisa terdengar jelas di telinga,
Peryanda wwaktu subuh segera tiba,
Alhamdulillah,,
Kami menyudahi bacaan al-Qur'an,
Kembali menhembuskan nafas yang panjang karena merasa legah ,
malam yang sialan ini telah terlewati,

Sambil menunggu waktu subuh tiba
Saya dan dio mengemasi barang barang yang akan kami bawa untuk pulang ,
Memasukan semua pakaian kedalam tas,,
Kami tak peduli lagi tentang semua ini,
Termasuk hendar,bagaimana nasibnya,keadaanya dam desa ini kami tak peduli,

Tak ada yang kami pikirkan selain diri kami sendiri
Keselamat jiwa dan raga kami dan segera pergi dari sini.
Kami tak mau terlibat lebih jauh dan lebih dalam lagi dalam urusan ini.

Toh ini masih urusan keluarga besar juga dan lagian hendar.pak amat, dan ayahnya sudah tua dan dewasa inih ,,
Pasti bisa mengurus dirinya sendiri.
Waktu subuh tiba,,
Rasanya begitu berat untuk bangun dan melangkahkan kaki untuk keluar kamar dan mengambil air wudhu kembali,

Piyen kine,,
(Gimana ini)
Tanya dio padaku,,

Mbuh,,tayamum bae tah,
(Gak tau,,tayamim ajh gimana)
Jawabku kepada dio,

Ngaco,,
Wis yu lah metu bae
Kaya mau maning kah melayu bae,
(Ngaco,,
Udh hayu lah keluar ajh,
Kaya tadi kita lari)
Usul dio,

Wis gage ira ulu,,
(Udh cepet lu duluan )
Perintaku kepada dio.

Wong tua bae ya sing kudu ulu.
(Harus orang tua ajah yang duluan)
Gerutu dio,,
Demgan rasa was was lami memberanikan mendekat ke pintu,

Anji setane nonggoni ning arep lawang piyen?
(Misal setanya nungguin di depan pintu gimana?)
Ucapku kepada dio,

Ah ws subuh ora mungkin ana,
Setan edan misal wis subuh masih nongol bae,
Kari di padal bae..
Ah udh shubuh gak mungkin ada,
Setan gila paling yang masi nongol subuh kaya gini.
Klao ada kita tendang ajh)
Jawab dio yakin,,

Cekreekkk,,

Pintu di buka,
Kepala kami keluar terlebih dahulu untuk memeriksa keadaan,

Sepertinya sudah aman,,

Berjalan mengendap endap menuju
Untuk kembali berwudhu,,
Sesampainya di kamar mandi kami mempercepat kegiatan kami dan segera kembali menuju kamar,

Seperti sebelumnya dio kembali menjadi imam untuk memimpin sholat subuh,,
Setelah semuanya selesai kami pun melanjutkan kembali mengemasi barang barang yang akan kami bawa menuju kampung halaman kami sendiri,.

Setelah cukup lama tetang mulai datang
Mengusir gelap dengan simar cahaya yang melegahkan hati kami,
Setalah semuanya terkemasi dengan beres kami pun kembali keluar kamar menuju ruang depan untuk segerah pergi dari sini,

Namun sesaat kami akan keluar tiba tiba hiasan di dinding kembali jatuh dan mengagetkan kami,
Sontak kami kaget dan segerah berlari kearah pintu depan
Saling berebut gagang pintu untuk segera membukanya,,

Baraggg,,
Kami menutup pintu sambil di banting,,

Ah bodo amat sekarang kami harus berjalan untuk meminta bantuan penduduk desa agar mau menagntar kami ke terminal,
Tapi harus berjalan kemana?
Siapa?
Dan dimana,,
Disini rumah pun masi berjahuan,
Jalanan juga belum di aspal,
Mana mungkin ada angkutan atau tukang ojeg disini pikirku,

Kami pun tak tahu harus beejakan kemana karena memang selama disini kami tidak pernah berjalan ke arah jalan utama penghubung desa ini,
Binggung tanpa tujuan,
Tak ada yang kami tanyakan karena desa ini masi terlihat sepih,
Mungkin masi terlalu pagi sehingga para warganya belum ada yang berangkat bekerja di ladang atau perkebunan,

Kami berjalan tak tahu arah,
Yang terpenting sekarang kami harus pergi dari sini
Tapi takutnya karena kami tak tahu arah kami malah tersesat dan masuk dalam kearah hutan,

Kah ana wong liwat,,
Ayo di takoni,
(Tuh ada orang lewat, ayo di tanyain)

Terlihat seorang pria menggunakan caping dan cangkul sesang berjalan santai,

Kami pun mendekat untuk bertanya
Punten,,
Haaa?????????
Mbah pri?
Saya dan dio melonggo.
Saling berpandangan heran karena ternyata itu adalah mbah pri,

Mbah pri ya?
Tanyaku kepada lelaki tua tersebut,

Leres mas,,
Sampeyan kok iso eroh awak ku,
( benar mas.
kamu kok bisa tau nama saya)
Kami semakin bingung atas ucapan sekaligus pertanyaan dari mbah pri,,

Apa sudah tua mungkin ya jadi pikun dan tidak ingat kepada kami
Kami terdiam tak menjawab,

Dengan terbata bata kami mencoba bertanya kembali,

Saya mau keluar dari desa ini mbah,
Punten jalanya kemana yaa?
Ucapku pelan dan sopan mennyakan kepada mbah pri,

Oww sampeyan lurus sampe mentok, ko ono umah ujung nah jaluko tuling nang kono wae nagtet sampeyan ke kota,
Ucap mbah pri kepada kami,

Saya dan dio saling berpandangan,
Menggerakan bahu sebagai kode.
'gimana'
Dio hanya menganguk,
Dengan perasaan was was dan penuh tanda tanya kami pun mencoab mengikuti arah yang mbah pri tunjuk untuk kami,

Kami pun bersalaman dan mengucapkan banyak tetima kasih kepada mbah pri,
Kami berjalan pergi menuju arah yang mbah pri tunjuk,
Ada begitu banyak pertanyaan di benak kami tentunya,,
Saling kami membelakangi mbah pri tiba tiba beliau berucap,

Lurus wae le,,ra udah peduli apa wae seng neng dalan,
Fokus,
Saya pun menoleh ke arahnya,
Terlihat senyuman ganjil di wajah tuanya,
Saya semakin penasaran dan penuh
Tanda tanya mestinya,,

Kami berjalan sangat jauh untuk sampai ke arah yang di tujuh,
Mungkin karena mendung pertanda akan turun hujan atau gimana atau mungkin karena kabut jalan yang kami lewati terlihat masih gelap,
Seperti memasuki waktu senja,
Aneh rasanya
Setelah berpuluh puluh menit kami berjalan akhirnya kami sampai di rumah tujuan,

Yap nenar sekali,
Rumah ini begitu besar,
Paling menonjol di antara rumah warga yang lainya,

Pagar rumahnya sudah menggunakan besi dengan cat hitam
Semntara tembok rumahnya berwarna putih
Dan ada taman kecil do halaman rumahnya

Kami pun membunyikan gagang kunci pagar sebagai pertanda,

Tak tak tak,,
Punten,,,
Tak ada jawaban,,

Tak tak tak,
Punten
Saya kembali megadu gagang kunci dengan besi pagar,,

Iyo ko disit,,
Ucap suara dari dalam rumah
Sosok wanita keluar dari dalam rumah,,
Menghampiri kami penuh tanda tanya,,

Sampeyan sinten mas,
Ada perlu apa?
Tanya wanita tersebut kepada kami,

Setelah menjelaskan kami pun di suruh masuk terlebih dahulu,

Kok iso sampeyan malem malem kayak gini ada disini
Lahhhh,,
Kami semakin binggung,,

Malem malem gimana buk?
Dio bertanya heran.

Lah iyo saiki jam pira coba,,
Tanya wanita tersebut,

Masih pagi kan buk?
Jawbku,,

Gundul mu le,,
Saiki jam songo bengi,,
(Palamu..sekarang jam 9 malam)
Jawabnya,,

Lahhhh,,,,
Kami semakin binggung
Bagaimana bisa,
Perasaan tadi masi pagi sewaktu berjalan ke sini,,

Lahh yang bener sih buk,,
Tanya saya heran dan penasaran,

Kae delok matamu,,
(Tuh lihat)
Wanita tersebut menunjukan jam di dindingnya,,

Astagfirulloh,,
Kami berucap kaget,,
Lah kok iya,,
Kok bisa. ?
Aku paham iki
Mesti sampeyan seng desa nang esor kae yo,
(Mesti kalian dari desa di bawah sini yaa)
Tanya wanita tersebut,,

Iya buk bener,,

Hmmmm wis laka maneh,,
Terus wong tua iku kan seng ngupai dalan mang mrene?
(Udh gak ada lagi pasti lelaki tua itu yang menunjukan jalan
Ke rumah ini)
Perempuan tersebut seperti sedang bergumam dengan dirinya sendiri,

Ini kenapa sih buk sebenernya,?
Tanya dio heran,,

Tak jelasin yo,,

Panjang lebar wanita tersebut menjelaskan kepada kami,

Setelah di jelaskan barulah kami mengerti dengan apa yang terjadi
Katanya,,
Dulu pernah ada pasangan suami istri yang bernasib sama seperti kami,
Sang istri bahkan tengah mengandung ketika sampai di desa tersebut,
Hampir saja anak dalam kandungnya mnjadi korban dari bukde ratmina tapi untunglah ada mbah pri yang datang menolong
Pasangan suami istri tersebut memang bukanlah orang asli sini tapi orang dari kabupaten sebelah yang sedang mencari lahan pertanian di daerah sini,

Dan sebenarnya sewaktu kami berangkat dari rumah hendar tadi itu adalah waktu magrib,
Aneh rasanya.
Tidak,,sangat aneh
Dan tak masuk akal.
Apa yang sebenarnya kami lihat dan terjadi pada kami,,

Wis wis mas,,ras usah di pikiri.
Sampeyan leren wae nang kene,,
Sesuk bojo kulo seng ngaterke sampeyan iki mang kota,

Dengan penuh rasa curiga dan tanda tanya kami pun meng'iyakan tawaran wanita tersebut
Iya kami juga lelah karena kemarin harus terjaga sepanjang malam,

Ternyata mbah pri benar benar orang baik,,
Kami sangat beruntung tidak ikut terlalu dalam dengan masalah di sanah,

Yang teroenting sekarang paling tidak kami bisa sedikit merasa aman
Masalah hendar,pak warno,bukde, pak amat buk asih,
Ah bodo amat saya tidak perduli,,

Kami beristirahat di depan ruang tamu,,
Sebenarnya kami di suruh untuk menempati sebuah kamar namun kami dengan halus dan menolaknya,,
Segan dan lancang bila harus tidur di dalam kamar
Sebenarnya kami pun menaruh curiga atas pemilik rumah ini,
Tapi sebisa mungkin saya tepis,,
Saya mencoba menenangkan diri dan mencoba tertidur,

Sangat lelah rasanya,,
Hingga membuat saya terlelap dan masuk ke alam bawah sadar Dengan sekejap,

Keesokan harinya saya di bangunkan
Oleh seorang pria,,
Dengan segara saua bangun dan bertanya dalam hati,
Siapa pria ini?

Seakaan tahu Dengan isi kepala saya ia pun memperkenalkan dirinya,

Rupanya dia adalah suami dari perempuan yang semalam menolong kami,
Setelah memperkenalkan diri kami di ajak untuk sarapan
Dengan segan dan tak enak hati saya pu memunafikan diri untuk menolaknya,
Sebenarnya saya juga sangat lapar tapi tidak enakan,
Kami sudah merepotkan sang tuan rumah,

Namun syukurlah,,
Sang tuan rumah memaksa kami,,
Jadi paling tidak saya tidak terlalu malu
Setelah makan, dan bersiap kami pun diantar menggunakan mobil pick up yang biasa di gunakan untuk mengangkut hasil panen dari kebun,
Kami berdesakan dengan sayuran yang baru di panen,

Dio sperti asik menikmati perjalanan,

Bahkan ia sampai memakan buah tomat segar
Dari pengepul yang akan di kirim kan ke kota,,

Setelah sekian lama menempuh perjalanan dan harus berdesakan dengan sayuran dan DI tambah jalan yang tak mulus akhirnya kami sampai di kota,
Kami pun diantar sampai depan terminal,
Mangucap banyak terima kasih kepada bapak supir yang telah sudi mengantar kami sampai ke sini,
Setelah bersalaman kami pun langsung mencari mobil AKAP jurusan cirebon/jakarta untuk pulang ke tempat kami,

Setelah lumayan lama mencari kau pun akhirnya naik ke mobil yang kami cari
Mencari tempat ternyaman untuk melewati perjalanan panjang yang akan kami tempuh untuk kembali,

Di sepanjang perjalanan saya dan dio hanya saling terdiam,
Tak ada yang memulai percakapan walau sebenarnya ada banyak tanya yang harus di terjawab dan terpecahkan
Kami sperti saling bergulat dengan pemikiran kami sendiri sendiri,

Hanya saling terdiam dan saling memandangi pemandangan di sepanjang perjalanan,

Hingga sore hari akhirnya kami sudah dekat dengan tujuan

Barulah kami membuka percakapan..
Sampai tak terasa memasuki malam hari
Akhirnya kami sampai di terminal cirebon,
Turun dari mobil dan beristirahat sejenak untuk melemaskan tubuh karena lelah hasil dari perjalanan panjang barusan,
Setalah menghabiskan sebatang rokok kami pun bergegas kembali mencari mobil jurusan tempat tinggal kami
Jam 10 malam lebih akhirnya kami sampai di kampung halaman kami sendiri,

Langsung pulang kerumah masing masing karena tak mau membicarakan apapun yang sudah terjadi pada kami,
Mungkin esok hari kami baru akan membahas apa yang tetjadi
Dan mencoab memecahkan teka teki atas semua insiden ini.

Saya memilih langsung tidur malam ini karena terasah begitu lelah,
Lelah tubuh dan pikiran juga tentunya,
Keesokan malam saya bertamu ke rumah dio,
Terlihat dia juga nampak masih lelah,

Seperti biasa saya membuat kopi untuk kita berdua,
Saya memang sudah biasa membuat kopi sendiri di rumah dio,

Saya memulai percakapan tentang bagaimana kabar hendar,
Dio hanya mengangkat bahu
Pertanda tidak tahu,,
Sepanjang malam kami hanya membicarakan perihal kekadian di tempat itu,,

Namun kami tak juga memndapat jawaban dari semua pertanyaan kami,

Kami sampai menerka nerka perihal apa yang terjadi di sanah,,

Singkat cerita
Beberapa bulan kemudian,,

Ada panggilan telepon dari nomor baru di HP saya,,

Siapa ini?
Saya heran dan penasaran,,
Segwrah meng'angkat panggilan masuk tersebut,,

Rupanya itu adalah hendar,,
Hendar menanyakan kabar saya dan dio,,
Tanpa basah basih saya pun menanyakan
Perihal apa yang sebenernya terjadi padanya,

Rupanya hendar sekarang berada dalam penjara...

Ia dipenjara karena kasus pembunuhan,,

Lahh kok bisa?

Ternyata hendar sudah membunuh pak amat,,

Mari saya tarik benang merah'nya,
Sewaktu saya dan dio pingsan/tertidur,
Rupanya pak amat dan dio di bawa paksa opeh ayu,,
Yah ayu,,,
Adik dari buk asih,,
Ayu mengikat tubuh hendar menggunakan tali tambang kemudian menarik dan menyeret tubuh hendar keluar dari rumah menuju hutan untuk di jadikan tumbal
Sementara pak amat tampak mengikuti dari belakang,

Hendar terseret dalam leadaan setengah sadar,
Hanya hutan gelap yang dapat ia lihat dan suara seretan dari tubuhnya,

Namun di tengah perjalanan pak warno datang untuk menghentikan tingkah biadab ayu ,
Terjadi perdebatan
Antara pak warno,ayu,dan pak amat,

Warno tentu tidak retina anak semata wayangnya di jadikan persembahan untuk iblis pesugihan,,

Hingga akhirnya terjadi adu ilmu antara ketiganya,

Ayu yang di bantu pak amat dapat megimbangi ilmu yang pak warno miliki,
Tetnyata pak amat membantu ayu,,
Yap benar,
Pak amat dan ayu sudah merencanakan akan semua ini,
Mereka tetnyat ada main di belakang buk asih,
Bisa di bilang selingkuh,
Sama sama mempunyai tujuan untuk memiliki kekayaan dan kekuasaan,
Mengkhianati buk asih dan yang lainya.
Termasuk mengkhianati perjanjianya dengan pak warno,

Persekutuan di dalam persekutuan.

Pak warno murka,
Ia menggunakan segala ilmu yang ia miliki.

Tapi kenapa harus hendar yang ingin di jadikan tumbal?

Iyu semua karena hendar memiliki syarat yang paling sempurna
Untuk di jadikan tumbal,
Entah,,,,
Seperti ada sesuatu yang istimewa di dalam tubuh hendar.
Tiba tiba mbah pri datang bersama tiyas,
Berkat Bantuan dari mbah pri dan kekuatan ilmunya akhirnya
Dengan susah payah akhirnya pak warno dapat mengalahkan ayu dan pak amat
Mbah pri menyuruh tiyas untuk membantu hendar,
Membawanya pergi jauh dari tepi hutan,
Di susul pak warno yang mengikutinya dari belakang,

Tapi ketika mbah pri mendekat kearah tubuh ayu dan pak amat yang terkapar tiba tiba ayu bangkit dan menyerang mbah pri,

Sementara pak amat
Menghilang entah kemana,

Di tempat yang berbeda,,

Pak amat muncul menghadang laju tiyas,hendar dan pak warno,

Mnyerang mereka secara membabi buta,
Membuat luka ditangan sebelah kiri tiyas,

Kini pak amat mencekik leher pak warno,

Pak warno yang tengah kelelahan
Dan di tambah kondisi tubuhnya yang lemas karena terkuras stamina dan tenaganya
Membuat pak warno seakan tak berdaya,,

Namun di saat genting demikian hendar bangun dan menghantamkan batang kayu ke arah wajah pak amat dari arah belakang,

Yang membuat tubuh pa amat terhuyung
Dan jatuh karena pukulan telak di wajahnya ,

Hendar terus menghantamkan batang kayu tersebut terus menerus tak kenal ampun,
Sperti sedang kesetanan,

Entah apa yang terjadi selanjutnya,,

Telepon dari hendar terputus dan tak peenah ada lagi telepon dari dia,
Hingga sekarang,,
beberapa tahun setelah kejadian tersebut,

Penjelasan yang justru menimbulkan tanda tanya lainya,

Masih banyak yang tak terpecahkan,,
Hanya kebuntuan yang saya dan dio dapatkan ketika mencoba mencari semua jawaban dari peristiwa pada masa lampau tersebut,
Bagaiman dengan mereka semua,
Tiyas,ayu,mbah pri?
Entahlah mungkin memang sebaiknya menjadi misteri untuk kami dan tak harus saya dan dio ketahui.

Tapi beberapa minggu kemarin ada pesan masuk melalui via WA ,
Bertanya kabar dan menyinggung tentang thread
Yang saya sedang tulis ini,
Dia tak mau menyebutkan namanya,
Tapi kenapa dia bisa tau tentang thread ini?

Sekian.
Terimakasih,,
Selesai,

Mohon maaf bila update yang lama dan penulisan yang mungkin membuat binggung kalian semua.

Salam
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Keep Current with Katakuri

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!