Tak ceritain besok ajh..
Yang belum baca bagian pertama bisa di klik tautan ini
Banyak warga yang baru pulang dari sawah garapannya.
Seorang perempuan paru baya terlihat tergesah gesah melangkahkan kakinya,
Membelah rumput setinggi betis dengan kain tapih yang di pakainya
Setelah beejalan cukup lama akhirnya Maryam sampai di sebuah rumah di pojokan desa,,
Setelah di rasa tenang pak udin dan yang lainya pun berpamitan kepada ustad hamid karena waktu yang menjelang senja,
Hanya menyisahkan pak udin dan pak ihsan yang memang mempunyai arah tujuan yang sama,
Yah walaupun rumah mereka berjahuan tapi paling tidak mereka menuju satu arah yang sama,
Tanya pak ihsan,,
Y rada mendingan sih pak,!
Jawab pak udin,
Y sukur kalau begitu,
Dari cerita tadi kayaknya bapak yang paling tersiksa,,
Ucap pak ihsan sambil berjalan pelan,
Pak udin hanya menunduk,
Iya begitulah pak,
Jawab pak udin pelan,
Yang sudah yah sudah pak,,wong semua sudah terjadi ini,
Mungkin bapak harus minta maaf sama almarhum,
Pak ihsan memberi saran,
Nggih pak..
Jawab pak udin dengan nada pelan,
Pamit pak ihsan karena rumahnya sudah dekat,
Nggih pak,,
Balas pak udin dengan nada yang sama,
Agus sedang terduduk di depan rumahnya,
Bertemankan segelas kopi dan sebungkus rokok kretek kesukaanya,
Pikiranya jauh menerawang entah kemana
Rupanya buk maryam,
Dengan langkah tergesah gesah ia menghampiri agus,
Buk maryam menceritakan apa yang ia dapati sewaktu menuju kesini ,
Jawab agus pelan,
Lah kok kami bisa tau?
Tanya buk maryam.
Ia kemarin pak ustad juga sudah berkomunikasi dengan saya lewat telepati,
Ia berpesan agar saya menghentikan perbuatan ini,
Terus kamu jawab apa?
Buk maryam kembali bertanya,
Saya gak jawab buk.
Apa kamu ga celakain pak ustad saja?
Apa gak bisa di teluh saja,
Ucap buk maryam,
Gak bisa buk,
Beliau bukan orang sembarangan,ilmunya tinggi,
Runyam urusanya,,
Jawab agus sambil menghisap batang rokok kretek'nya,
Tapi saya masih belum puas gus,
Saya sakit hati,,
Saya selalu di tuduh sebagai penyebar teror hantu jaka,
Saya sangat hina di hadapan semua warga kampung ini,
Ucap buk maryam sambil menahan tangis dan kepedihan jiwa.
Tak terhitung sudah berapa puluh kali saya menjelaskan dan menyangkal tuduhan dari warga tapi teyap saja,
Tak ada guna,
Semua cacian dan tuduha mengalir begitu deras kepada saya,,
Saya sakit hati gus,,
Ucap buk maryam dengan nada melas,
Tak kuasa rasanya jika harua menolak dan tidak membantunya,
Y sudah buk untuk sementara jaka saya istirahatkan dulu saja,
Terus bagaimana?
Apa rencana selanjutnya?
Saya ada rencana buk untuk semua warga biadab di kampung ini,
Ucap agus dengan mantap.
Beberapa hari kemudian
Muis terlihat masih melajukan traktor nya untuk membajak persawahan milik pak haris,
Ia masih sibuk dengan pekerjaanya sebagai operator traktor,
muis adalah satu satunya orang yang mempunyai traktor di desa ini
Sebenarnya muis sudah sangat lelah namun mengingat garapanya hari ini tinggal aesikit lagi ia pun memaksakan
Plal,,plal,,plak,,,
Suara tepukan tangan,
Kode kepada muis yang di beeikan oleh yanto yang berada di pinggir sawah yang muis garap.
Woy,,mang,,
Istirahat dulu,,,
Teriak yanto kepada muis,,
Muis tak menggubris
Woy mang,,,
Yanto kembali berteriak dari pinggir sawah,
Muis menolehkan pandanganya ke arah sumber suara dan menghentikan laju traktornya,
Ia tp ada apa,,,
Jawab muis sambil berteriak,,
Sini istirahat dulu,,ngopi,
Iya tanggung,,,sedikit lagi,,
Jawab muis,,
Wis hayu istirahat dulu,
Ucap Yanto dengan nada memaksa,
Muis pun mematikan mesin traktor nya dan segera berjalan menuju yanto yang berada di pinggir persawahan yang merupakan kuburan desa,
Tanya muis kepada yanto.
Lah ya gak ppa,,kamu takut ya?
Udah tua masih takut kuburan ajah,
Nanti juga kita pulangnya ke sini semua,
Jawab yanto.
Ya iya nanti kalo sudah waktunya,
Sekarang kan belum waktunya,,hahahaha
Muis menjawab sambil bercanda
Tanya muis,
Gak tau ,paling jam 10 an is,,
Kenapa?
Yanto malah balik bertanya ,
Ya gak ppa,,udh malem juga rupanya,,
Muis dan yanto ber'istirahat di pekarangan samping sawah yang dimana pekarangan tersebut adalah kuburan desa,
Muis pun cukup santai menikmati waktu istirahatnya karena pekerjaannya tinggal sedikit lagi jadi di rasa tak usah terburu buru pikirnya,
Hari semakin larut,
Malam begitu gelap karena sang bulan yang berada di peraduanya.
Glotrakk,,
Wehh,,
Suara hantaman besi membuat mereka kaget,,
Apa itu,,?
Kamu denger kan to.
Tanya muis
Kaya siara besi jatuh,,
Jawab yanto.
Apa suara katil jatuh ya to.
Muis mencoba menerka,,
Ah jangan gitu is,,
Elak yanto kepada muis,
Lah kok sekarang kami yang takut,,
Sindir muis kepada yanto..
Engga,,,
Cuma jangan berfikir negatif saja,,
Yanto kembali mengelak
Yanto kembali menghisap dalam rokok di tanganya,
Menghilankan pemikir negatif yang mulai muncul di benaknya,
Sementara mata muis terlihat awas menyapu setiap sudut pandangnya,
Setelah di tasa tak ada yang aneh muis pun kembali meminum kopinya
Yahj karena memang para penghuni kuburan sudah tertidur,
Tak lama berselang,,
Glotrakk,,glotrakk,,,glotrak,
Suara besi mengantam benda keras kembali terdengar,,
Muis segera mengalihkan pandangnya ke arah sumber suara
Setan alas,,
Katil mabur to,,,,
Muis langsung berlari kalang kabut,
Di susul yanto yang kaget dan spontan mengikuti muis berlari,
Dengan langkah seribu muai dan yanto lari tak tentu arah menjauhi area pemakaman tersebut,
Sudah aman to,,
Ucap muis dengan nafas masi ngos ngosan,,
Y kalo berhenti jangan mendadak gitu is,,
Ucap yanto kesal,
Muis lemas,,dan segera duduk di tanah
Tanya yanto,,
Udh biarin ajh,,
Saya capek,,saya juga gak mau kalau harus balik lagi kesanah sekarang,
Jawab muis dengan nafas masi ngos ngosan,
Aduhh lemes,,
Kurang ajar,,orang tua di kerjain kaya gini,,
Gerutu muis,,
Balik ajah yu,
Ajak yanto
Balas muis,,
Di tempat berbeda,,
Pak ihsan sedang menikmati segelas teh panas buatan istrinya,
Rencananya besok pak ihsan akan kembali berjualan sepertinya biasa,
Ia nampak tengah berpikir untuk memantapkan niatnya tersebut,
Glontrakkkkkk.....
Seperti menghantam lantai depan rumahnya,
Apa ini,,
Pikir pak ihsan heran,,
Pak ihsan bangkit dari tempat duduknya dan segera menuju pintu depan,
Ada keraguan saat dirinya memegang hendel pintu rumahnya,,
Cekrekk,,
Suara pintu kayu terbuka
Pak ihsan jatuh pingsan
Manakala melihat sebuah keranda tengah bwrada di depan pintu rumahnya,,
Keranda yang terbuat dari besi yang sudah berkarat di makan usia,
Pagi kembali menyapa desa,
Embun yang turun belum hilang dari dedaunan di pohon,
Setelah proyek yang ia garap telah rampung kini pak udin kembali bertani,
Ia tengah bersiap menuju sawahnya karena kemarin susaj di bajak oleh muis dan yanto,
Setelah segelas kopinya habis
Istrinya mencecar pertanyaan kepada pak ihsan yang baru siuman setelah semalam jatuh pingsan,
Dengan tubuh yang masih lemas dan susah payah
Segala pertanyaan dari istrinya tak ia hiraukan,
Yang ia butuhkan.swkarang adalah meminum segelas air putih mungkin dengan jumlah yang banyak karena terasa begitu kering tenggorokanya,
Setelah meminum 3 gelas air pak ihsan menghembuskan nafas panjang
Pak ihsan berjalan kembali menghampiri istrinya yang masih terlihat bingung
Dan duduk di samping istrinya.
Kenapa semalam bapak malah tidur di depan pintu pak?
Tanya istrinya heran,
Belum sempat menjawab
Udah pagi pak,, apa bapak engga ke pasar?
Ucap isrtinya,
Yo sabar bu,,pelan pelan kalau bertanya
Bapak masih puyeng ini.
Kembali pak ihsan menghembuskan nafas panjang bersiap menceritakan apa yang terjadi semalam
Sangkal istri pak ihsan swtwlah mendengar penjelasan dari pak.ihsan,
Lah tak jelasin malah gak percaya,,
Beneran bu semalem bapak itu lihat keranda jenazah di depan rumah kita,
Keranda nya ngambang gitu lohh,,
Pak ihsan meyakinkan pengelihatanya semalam
Ya udah sekarang bapak kepasar siapa tau dagingnya masi ada pak?
Perintah istrinya,,
Wah bapak kayaknya ga jualan dulu buk.
Jawab pak ihsan,,
Lah bapak ini gimana,,males banget,,
Ucap istrinya dengan nada kesal,,
Malam harinya,,
Ya nuatnya sih ia pulang tak sampai malam namun karena keasikan dan lamanya menempuh peejalanan membuat fahmi harus pasrah pulang menembus malam,
Perasan cemas dan gelisah menggelayutinya di sepanjang perjalanan menuju desa'nya
Yang memberikan mimpi buruk yang nyata untk nya,
Doa doa sudah ia panjatkan dalam hati di sepanjang perjalanannya namun tak kunjung jua mrnguair rasa takut dan cemas yang melanda,
Dengan segera ia melajukan sepedanya lebih cepat
Mengayuh'nya sekuat tenaga agar cepat sampai di tempat tujuanya,
Udara dingin seketika menyapa tengkuk'nya,
Antara bimbang dan takut fahmi memantapkan peganganya setir sepedanya,
Sampai akhirnya di sebuah pohon randu di pinggir jalan ia di kagetkan karena ada keranda jenaza melintang di jalanan yang menghalangi laju sepedanya tersebut
Membuat nafasnya begitu pendek dan dadanya terasa sesak,,
Emak,,,,
Rintohnya dalam hati,,
Ketakutan begitu menguasai dirinya sekarang,
Sekarang irama nafasnya berubah,
Ngos ngosan,,
Kakinya lemas,,langkahnya tergopoh tak karuan
Antara otak dan bagian tubuhnya tak sinkron ,
Fahmi tak mapu menguasainya tubuhnya dan ketakutanya,
Sementara keranda di depan terus mendekati dirinya,
Seperti tengah di seret seseorang
Tiba-tiba keranda tersbeut berhenti bergerak.
Diam di depan tubuh fahmi yang lemas dan gemetar,
Fahmi seaakn pasrah dengan apa yang terjadi selanjutnya yang akan menimpah'nya,
Bugg,,,
Keranda menabrak tubuhnya,
Membawanya terbang dalam kegelapan malam yang entah kemana,
Sebenarnya ia enggan berjualan malam ini namun karena ocehan dan omelan istrinya membuat pak ihsan lebih memilih berjualan dari pada harus berdebat panjang
Malam begitu dingin menusuk tulang,
Angin kencang terus berhembus
Seperti badai kecil yang menerpa desa,
Yah memang sekarang musim angin laut pikirnya,
Jadi semua di wajarkan saja,
Begitu sepih,,
Tak ada warga yang menunjukan batang hidungnya
Pada kemana ini orang-orang?
Gumam pak ihsan,
Ia pun dusuk sejenak di pos ronda berharap ada warga yang datang membeli daganganya,
Atau paling tidak ada warga lain
Namun spertinya itu harapan yang sia sia,
Sekian lama menunggu namun tak ada satu orang pun yang datang,
Hembusan angin yang menerpa lampu penerangan sehingga membuatnya bergerak memberikan rasa mencekam yang berlebihan untuk pak ihsan
Ada apakah gerangan?
Hati kecilnya season menyuruh pak ihsan untuk segera pulang,
Apa saya pulang saja yaa,
Pak ihsan berbicara sendiri,
Ngek ngek ngek,,,
Suara besi penutup lampu yang bergoyang karena terpaan angin,
Duhhh merinding saya
Akhirnya pak ihsan berdiri dari duduknya,
Bersiap melajukam kembali gerobak baksonya karena di rasa perasaanya di sini sangat tidak meng'enakan
Wehhh,,
Pak ihsan terkaget
Segera lah di lihat apa yang ada di atas pos ronda,
Astagfirulloh,,katil rigel
(Keranda jatuh)
Segingga membuat olebg dan hampir saja terjatuh,,
Allahu akbar ,,,,,allahu akbar,,
Teriak pak ihsan sambil terus mendorong gerobaknya,,
Suara teriakanya menarik perhatian warga
Tanya beberapa warga yang menghampirinya,
Tanpa perlu pak ihsan menjawab tiba-tiba keranda tersebut terbang di atas pepohonan .
Warga yang melihatnya pun kaget,
Dan segera mengambil langkah seribu meninggalkan lokasi kejadian,
Badanya terasa begitu sakit,
Dengan sedikit rasa malas ia mencoba bangkit dan mengumpulkan energinya yang tersisah.
Wehhh,,
Fahmi terlunjak kaget manakala saat ia terbangun ia tengah berada di areal pemakaman,
Dengan susah payah ia mencoba bangkit untuk segera pergi dari sini.
Dengan menahan sakit fahmi sedikit berlari untuk menujuh rumah nya.
Di setiap sudut desa hampir semua membicarakan hal yang sama
Di tambah dengan pengakuan dari beberapa warga yang perna di perlihatkan wujud keranda terbang ini membuat obrolan kian seru namun mencekam
Setelah kejadian kemarin ayah fahmi meminta pertolongan kepada dukun yang ada di desa ini.
Pak ibrahim Mendatangi ki parji seorang dukun yang baru pulang bertapa
Dengan niat pak ibrahim membawa beras,gula,hasil bumi dan barang-barang lainya.
Ia berniat meminta tolong untuk memagari anaknya dari gangguan jin/setan yang sering menggangu anaknya akhir-akhir ini
Minum dulu pak
Pintanya kepada pak ibrahim.
Apa ini mbah?
Tanya pak ibrahim,
Ini adalah air dri dalam pohon bambu,
Minum ini dan minumkan kepada anakmu juga,
Perintah ki parji sambil menyodorkan potongan batang bambu kepada pak ibrahim
Maksudnya ki?
Tanya pak ibrahim.
Iya,,bukan cuma anakmu saja yang di teror tapi warga desa di sini juga semuanya di teror,
Siapa memangnya yang mengirim semua ini?
Pak ibrahim kembali bertnya
Nanti biar saya saja yang urus,
Ki parji terlihat tersenyum kecut,,
Pak ustad gimana ini?
Tanya seorang muridnya.
Iya saya tau,,saya akan mencoba merundingkanya,,
Jawab pak ustad hamid,
Merundingkan sama siapa pak?
Kembali muridnya bertanya
Jawab pak ustad hamid singkat.
Sudah bebrapa hari teror terjadi,
Membuat desa ini bak desa mati.
Sepih,,sunyi,,tak ada aktifitas dari para penduduknya,
Lampu penerangan yang redup menambah kesan yang begitu mencekam di setiap pandangan mata
Tak lupa segelas besar teh sudah tersedia di meja ruang tamunya.
Kabar tentang keranda terbang yang menghantui desa menambah kengerian di dalam hatinya,
Salah apa para waraga di sini pikirnya
Telinganya begitu awas mendengar segala suara yang masuk di dalam indra pendengaranya.
Sudah cukup larut sepertinya,
Tak terasa waktu begitu ceoat bergulir,
Huaaaaahhh,,
Pak udin menguap
Rasa lelah membuat tubuhnya lemas dan sedikit tak bertenaga,
Dok,,dokk,,dokk
Ketukan dari arah pintu depan.
Siapa,,,?
Tanya pa udin kepada pemilik suara Nanun tak ada jawaban yang di dapatkan.
Mungkin orang iseng pikirnya,
Tapi ketukan kembali terdengar
Ketukan terus berulang bahkan sampai pak udin mendekat ke arah pintu,
Siapa sihh,
bentaknya ke pemilik suara ketukan tersebut
Lanjut besok yaa
Pintu di buka denga sedikit mendobrak,
Pak udin terdiam,
Tak bergerak atau berbicara matanya begitu terbelalak kaget dan takut
Bagaimana tidak,,
Di depan rumahnya ada sebuah keranda lengkap dengan jenazah'nya yang masih terbungkus kain kafan yang bercampur noda darah
Pak udin tergagap takut,,
Sangat keluh rasanya lidah yang ia miliki,
Terdengar suara tangisan kirih dari sosok jenazah tersebut,
Namun anehnya wajahnya tak terlihat,
Semua anggota tibuhnya tertutup kain kafan tanpa menyisahkan cela sedikitpun
Perlahan ia mulai kehilangan kesadarannya,
Pandangan matanya mengabur dan perlahan semua yang ia lihat menjadi gelap,buyar dan pett,,,
Selang beberapa jam..
Agus kembali mendapat frekuensi telepati dari ustad hamid,
Tentu agus menolaknya,
Dengan alasan dendam yang kesumat pada warga di sini.
Akhirnya pak ustad pun memaksa,
Mau tidak mau ia harus melakukanya
Tapi tidak semuda itu tentunya,
Adu ilmu jarak jauh di mulai,
Saling bersila untuk membacakan sesuatu yang entah itu apa,
Di atas rumah pak ustad datang tiga buah bola api yang terbang
Ketika bola api saling beradu satu sama lain terdengar sura ledakan mirip mercon di atas atap,
Para warga yang berada di samping rumah pak ustad pun mendengar bunyi ledakn dan segera mencari dari mana asal sumber suara
Ada yang ber'istighfar,ada pula yang mengumandangkan suara adzan untuk mengusir bola api tersebut
Bola api hipang entah kemana,
Para tetangga masih bersiaga,
Pak ustad hamid keluar rumah dengan tubuh basah penuh keringat,
Pak hamid meminta maaf kepada tetangga karena telah terjadi keributan di rumahnya,
Para tetangganya tentu tidak mempermasalahkannya
Karena bukan cuma kali ini saja peristiwa seperti itu terjadi tetapi sering,
Semua itu adalah kirimin yang tak suka dengan sepak terjang pak hamid,
Fyi:
Pak ustad hamid biasa membuang barang-barang seprti jimat,kain kafan ,
Bahkan pak hamid tak segan membalikan santet ke sang pengirim,
Di tempat yang berbeda di waktu yang sama.
Mau apa kamu?
Ucapnya,
Tiba tiba keranda tersebut bergetar gemeretak dengan sendirinya
Naik perlahan lahan ke udara sepwrti bersiap entah itu terbag entah itu menyerang pak aris
Pak aris mengeluarkan keris kecil (cudrik) dari belakang tubuhnya
Minggat kamu,,
Kembali ke majikan mu,
Ucap pak aris sembari mengacungkan keris nya ke arah keranda
Ustad hamid bertamu ke kediaman ki parji..
Lah kok?
Ada apa?
Punteng kang...
Ucap lembut pak ustad,,
Mangga,,
Mlebet,,
Jawab ki parji sopan.
Setelah berbasah basih akhirnya pak ustad menuturkan maksud dan niat kedatanganya ke sini,
Jawab ki parji dengan tenang.
Ngiih,,
Saya juga sudah memperingatkan agus tapi rupanya agus meminta bantuan gurunya untuk membekingi dia,
Ucap ki parji sambil menyesap dalam rokok kreteknya,
Sebenarnya yang nyerang kamu semalam itu
Saya kenal dan paham betul siapa dia,,
Lantas saya harus gimna kang?
Pak ustad meminta pendapat,
Saya bantu kamu,
Saya juga kasihan sama warga desa di sini yang terus di teror,
Ngiihh,,terima kasih kang
Ki parji dan ustad hamid sebenarnya adalah kakak beradik dan masi satu guru yang sama namun bebrapa tahun kebelakang pak parji memilih jalan yang berbeda,
Jalan yang bertolak belakang dengan pak hamid,
Entah apa yang meng'ilhami dirinya demikian
Entah apa yang terjadi pada beliau ,,
Harinya terasa gelap dan hitam setelah kehilangan istri yang sangat ia cintai,
Wlalupun istrinya mandul tapi pak parji sangat menyayanginya lebih dari apapun
Ucap ki parji kepada ustad hamid,
Ngih kang matur suwun,
Pak hamid pun pamit,
Berjalan mundur kebelakang sambil menunduk sebagai sikap hormatnya kepada kakanya tersebut,
Kegelapan menyapu bersih setiap sudut desa,
Mengganti terang'nya siang dengan kegelapan ,
20:30 malam.
Ki parji melangkah dengan pasti,
Kedua tanganya ia silangkan ke belakang,
Seperti tengah menggendong sesuatu di punggungnya,
Teriakan seorang wanita yang panik terdengar di telinga sebelah kanan ki parji,
Meng'angkat sebelah alisnya karena merasa keheranan,
Siapa gerangan?
Dari mana suara tersebut berasal?
Tak lama para warga terlihat berlari menghampiri sebuah rumah
Dengan tenang ki parji melangkah sesuai langkah berlari para warga,
Rupanya suara teriakan minta tolong tersebut berasal dari rumah pak aris,,
Istrinya terlihat kalut dan panik,
Menangis sesegukan di samping pintu rumahnya,
Tanya ki parji,
Itu ki,,,pak aris munta darah banyak,,ada kelabangnya,,,
Jawab salah satu warga,,
Sudah berani rupanya,,,
Ucap ki parji marah,
Akhirnya ki parji membantu mengobati pak aris,
Singkat waktu setelah semua beres beliau pamit
Namun di tengah perjalanan beliau di hadang oleh sebuah pohon besar yang tumbang di hadapannya,,
Duh cilaka,,,,
Ucapnya kaget jarena pohon yang tumbang begitu saja di depannya,
Tiada angin ataupun hujan
Heeeeeeee main main kamu yaa,,
Ki parji melepaskan silangan tanganya,,,seperti menurunkan sesuatu dari punggungnya,
Lewat beberapa menit ki oarji tiba di rumah adiknya,,
Punten,
Sapa senyum dari bibir tuanya,,
Mangga kang,,
Pak ustad hamid rupanya sudah mnunggu kedatanganya,,
(Ayo pindah)
Ajak ki parji,
Kenapa kang?
Tanya ustad hamid..
Sudah manut saja,,,
Akhirnya mereka melangkah pergi dari rumah ustad hamid menuju pekarangan yang lumayan jauh dari rumah,,
Perintah ki parji sambil mengarahkan telunjuknya,
Ustad hamid duduk bersilah di bawah rumpun bambu petung
Sedangkan ki parji duduk di samping pohon randu yang besar,
Kamu tau apa yang harus kamu lakukan,
Bacalah,,lakukanlah,,
Perintah ki parji pada adiknya
Memejamkan kedua matanya dan membaca sesuatu yang entah itu apa..
Angin malam yang tadinya berhembus pelan kini mulai kencang,,
Membelai rumpun bambu dan apapun yang di lewatinya
Menerbang apapun yang tak lebih berat dari kekuatan hembusanya,
Seperti badai yang tengah melabda,
Pohon bergoyang dengan hebatnya,,
Daun daun berjatuhan dan terbang terbawa tiupan angin,
Tetap duduk bersilah dan terus membaca rapalanya,,
Di tempat berbeda di waktu yang sama.
Agus bersama guruh'nya juga melakukan hal yang sama,
Duduk bersilah dan berkonsentrasi membaca sesuatu yang tak terdengar di telinga
Dupa terus mengepul,
Menyeruak memenuhi ruangan tempat dimana mereka bertiga berada,
Lampu berkdip dengan cepat,
Menambah suasana tegang di dalam ruangan
Mengalir dari dagu menuju leher,
Konsen gus,,
Ucap guruhnya,,
Darah menyembur dan membasahi baju kokoh putih yang ia kenakan,
Nanpaknya adu ilmu dan kekuatan sedang terjadi di antara mereka,
Darah terus mengalir dari mukut agus,,
Hoeekkkk,,,hoekkkkk
Agus sperti ingin memuntahkan
Buk maryam memegangi pundaknya,
Ki parji dan guruh agus pun mengalami hal yang sama,
Terasa hawa di sekitar yang panas,
Padahal angin masih berhembus dengan kencangnya,
Agus terjengkang kebelakang,,
Semntara guruhnya terlihat memegangi perutnya dan memuntahkan darah hitam kental dan menyusul agus jatuh terjengkang,
Tubuhnya mengejang,
Seperti orang terkena penyakit ayan,
Jatuh terjengkang kebelakang dan mngerang kesakitan,
Hanya ki parji yang masih mantap dalam duduk bersilahnya,
Ki parji membuka matanya dan segerah bangkit menuju adiknya yang terkolek lemas sambil menahan sakit,
Susah payah ki parji menahan berat tubuhnya dan ustad hamid,
Berjalan sempoyongan untuk mncari tempat yang lebih baik untuk beristirahat,
Di tempat berbeda,,
Agus dan guruhnya sekarat,
Warga sudah memberanikan diri untuk kembali beraktivitas pada malam hari,
Terlihat pos ronda kini sudah ada beberapa orang yang berjaga,
Pak ihsan kembali berjualan seperti biasanya,
Pak aris masih di rawat intensif di rumah sakit di kota
Dua minggu setelahnya,,
Aktifitas warga mulai normal,
Namun berita tentang teror yang pernah terjadi masi menjadi perbincangan hangat
Pak ustad hanid pun kondisinya telah pulih,
Sudah kembali sehat seperti biasanya,
Sebenarnya banyak dari para warga yang bertanya tentang siapa penyebar teror tersebut namun ustad hamid enggan untuk menjawabnya
Sementara agus menderita luka dalam yang cukup parah,
Agus nemilih untuk meninggalkan desa ini,
Kini usianya sudah lumayan tua,
Agus neilih hidup normal dan tak lagi mendalami ilmu hitamnya,
Ia membangnya di suatu tempat,
Semntara guruhnya telah meninggal di tahun 2015 yang lalu,
Pada saat bercerita tentang kisah ini
Sepwrtinya agus menyesali perbuatannya terdahulu,
Selesai,,
Terima akasih semuanya,,
Semoga ada pelajaran moral yang bisa di dapatkan.
Sekian.