Btw, trus kalo pas kejadian para krucil berantem, ortu kudu ngapain?
Jika nggak ada hal yg darurat (misal agresi fisik, posisi rawan jatuh, dll), sebaiknya ortu nggak keburu turun tangan. Ini bagian dari mereka belajar selesaikan masalah sendiri, berlatih menuju matang.
Lihat sikon juga.
Nggak semua pengaduan mesti direspon dgn turun tangan, kecuali kita ingin anak tumbuh jd tukang ngadu & t'gantung pd ortu.
Kalo sekiranya bs diselesaikan antar mereka, dorong utk atasi sendiri. Cukup beri arahan seperlunya.
Pertama kalo ada darurat fisik (udah dijelasin).
Kedua kalo anak msh terlalu kecil & blm punya skill negosiasi.
Ketiga kalo kita liat penyelesaian kurang fair.
Keempat kalo penyelesaian berlarut-larut.
Garis bawahi : ortu jangan kebawa emosi.
Boleh tegas kalo ada yg bandel.
Bagusnya justru pakai kata" lembut. Suara bersahabat bikin kondisi jd lebih jernih & tenang, sembari beri sentuhan fisik pd kedua pihak utk menenangkan.
Kita lebih mengajarkan anak bertumbuh daripada (sekedar) memutuskan siapa benar siapa salah. Ortu sbg fasilitator mengajak mereka memikirkan bersama apa yg bisa dilakukan, jadi fokus ke problem solving.
Pertanyaan "Adek kamu apakan sih kak?" sebelum kita paham masalah berisiko membuat kakak merasa ditekan & adik di atas angin. Pertanyaan netral lbh baik : "Ayah lihat ada yg triak2, ada apa?" ; "Bunda td denger Caca nangis, knapa?".
Pujian bagi anak (terutama anak usia dini) efektif jika nggak ditunda, agar bisa mengukuhkan perilaku baiknya.
Makin dibiasakan maka anak pun makin paham. 1 saat akan datang peristiwa mereka berantem, lalu cukup kita bilang dgn lembut : "Ayo, selesaikan sendiri".
Dan mereka bisa membereskan konflik dgn cantik.
🌹♥️
Maaf, please no DM utk konsultasi online ya 🙏😍