Thread by @WidyoLita

EMPATI : SULIT atau MUDAH?

-utas-

Belum genap 2 minggu sudah muncul peristiwa memprihatinkan di 3 sekolah menengah. Berturut-turut Sragen, Solo, Jaktim. Beragam reaksi muncul, mulai dari yg jujur sampai defensif, dari yg membela sampai dengan menyalahkan.

Jika melihat dari sisi korban ada salah 1 kemiripan : mereka sama-sama pernah ada dlm kondisi tak didengar.

Berinteraksi dengan orang lain selalu butuh ketrampilan komunikasi. Tapi ketrampilan komunikasi sering direduksi dan disimplifikasi seolah sebatas ketrampilan berbicara.

Padahal komunikasi itu nggak cuma mulut doang. Telinga pun wajib berfungsi maksimal, bahkan mestinya telinga lebih awal bekerja sebelum mulut bicara. Komunikasi butuh mendengarkan, dan bukan cuma dengan telinga, melainkan dipadu dengan hati. Ini merupakan pijakan menuju empati.

Empati diperlukan hampir setiap saat, khususnya ketika situasi mengharuskan kita merangkul pihak lain agar lebih terbuka.

Syarat pertama, empati itu butuh kerendahan hati, butuh ketulusan dan niat baik, butuh melepaskan diri sementara dari atribut yang menghalangi.

Ini mutlak ya. Jangan pernah bermimpi untuk sukses berempati jika kita masih setengah hati.

Syarat kedua yang tak kalah penting, pada empati yg menjadi fokus adalah orang lain, BUKAN diri sendiri. So, kalau kita masih sibuk dengan kepentingan pribadi maka balik lagi ke syarat 1.

Nah, selebihnya ya cuma ketrampilan basic yang saya yakin semua orang juga sudah tahu dan sudah lakukan. SOP standar lah. Mulai dari gesture : eye-contact yang ramah, mimik bersahabat, senyum. Lalu mulai obrolan dengan content yang dia sukai.

Jangan lupa beri respon verbal secukupnya untuk mengirim sinyal bahwa kita beratensi penuh. Jangan kebalik kita yang justru talk active ya.

Ini bisa diterapkan ke siapapun: anak, murid, teman, klien, kolega. Dan bagus untuk menjaring calon mertua bagi kamu yang masih jomblo. 😃