Buat yang baru follow, selamat bergabung ya, kamu sudah di jalan yang benar. π
Panggil aja Brii, karna ini akun pribadi, gak make admin.π
Silakan acak-acak "Likes", di situ ada thread Rumah Teteh, RDHPK, BriiKecil, Briistories, Jalan di Lintas Sumatera, dan masih banyak lagi.
FYI, untuk menjaga kesakralan cerita seram, gw hanya bercerita di malam jumat, dari dulu selalu begitu.
Lagi pula, kalo keseringan nanti malah jadi gak asik, pembaca akan muak dan bosan, lalu pergi meninggalkan. π’
So, jangan paksa gw untuk cerita seram setiap hari, hehe.
Hampir seluruh cerita adalah pengalaman pribadi, keluarga, atau teman dekat. Based on true event.
Gw bercerita seada-adanya, gak diada-adain, walau sering kali menyisipkan diksi-diksi dramatisasi.
Jadi, mari berpetualang bareng gw, menyusuri sisi lain di balik tirai dimensi.π
Oh iya satu lagi π
Gw udah mengeluarkan dua buku, #rumahteteh dan #RHDPK (Rumah di perkebunan karet). Keduanya bisa didapatkan di seluruh toko buku, online dan offline.
Sepertinya, gak semua penasaran harus terungkap, ada akibat yang akan didapat.
Malam ini, Raka akan lanjut cerita tentang kesasarnya dia di antara Jakarta β Jogja.
Simak semuanya di sini, hanya di Briistory.
***
βCepat Mas, kereta sebentar lagi jalan,β ucap Wenda lagi,
Masih bingung, selama beberapa detik lamanya aku hanya menoleh bergantian ke arah kereta dan Wenda. Penasaran ingin tahu lebih jauh tentang tempat ini, tapi di sisi lain takut nantinya akan terjadi sesuatu yang gak diinginkan.
Aku tahu kalau sedang berkejaran dengan waktu untuk ambil keputusan, stay or leave..?
Sampai akhirnya aku ambil keputusan.
βAh, ya sudah, aku naik kereta lagi. Tapi janji, kalau kita nanti ketemu lagi, kamu harus jelaskan semuanya,β aku bilang begitu kepada Wenda dengan kalimat terburu-buru.
Seperti suara, ada tapi gak terlihat. Susuran ruang dan waktu sering kali gak sesuai capaian akal, atau mungkin kita belum sampai ke tahapan itu.
Raka akan bercerita tentang perjalanannya ke Jogja yang berbelok entah ke mana.
Simak semuanya di sini, hanya di Briistory..
***
Seperti biasa, beberapa belas menit sebelum stasiun Lempuyangan aku terbangun, menghela nafas sebentar berusaha memaksimalkan kesadaran setelah tidur cukup lama.
Di luar gerimis, jendela kereta basah tapi gak terlalu. Atap rumah-rumah yang terlewati kelihatan basah, begitu juga jalanan. Lampu kota gak seterang malam awal, apa lagi ini bukan Jakarta, penerangan seadanya, rumah-rumah hanya menyalakan lampu kecil, banyak juga yang malah nggak ada penerangan, tapi semuanya akan sedikit berubah ketika kereta mulai memasuki Jogjakarta.
(Katanya) Ada banyak lapisan dimensi di alam ini, tapi gak banyak orang yang bisa masuk dan merasakan berada di dalam dimensi lain.
Menurut kamu, apakah Niko sedang menembus antar dimensi ketika tersesat di kaki Gunung Kerinci seperti ceritanya di bawah ini?
Simak di sini, hanya di Briistory.
***
Tersesat, aku benar-benar tersesat..
Jarak pandang jadi sangat pendek karena tertutup kabut tebal, jalan setapak yang tidak rata serta licin jadi medan berat yang harus dilalui. Tas ransel besar di punggung makin terasa berat. Udara sangat dingin.
Aku tidak tahu harus melangkah ke mana..
Jalan setapak ini kadang menanjak, kadang menurun, tapi sepertinya lebih banyak menurun jadi sepertinya ini sudah ke arah yang benar, yaitu ke kaki gunung. Syukur-syukur kalau bisa menemui sungai, aku bisa menyusuri arusnya menuju hilir yang sudah pasti ada pemukiman di sana. Tapi, entah sudah berapa jam berjalan tanpa arah seperti ini, aku belum juga menemukan aliran sungai, suara air mengalir pun tidak terdengar, apa lagi pemukiman penduduk, tidak ada sama sekali.
Mungkin penghuni lama hanya ingin berkenalan, menunjukkan eksistensi kepada kita yang baru datang. Tapi sering kali, caranya sangat menguji nyali.
Indra, ingin berbagi pengalaman seram ketika bekerja di pergudangan tua di Cianjur.
Simak di sini, hanya di Briistory..
***
βEmang begini keadaannya, tinggal dibersihin dikit aja udah enak deh, hehe,β kata Kang Ijal, sambil cengengesan.
Buset, ini si udah kayak gudang gak keurus, berantakan banget, akan kerja keras aku membereskannya.
βNanti, Mas tinggal di sini bareng Pak Rony, dia di kamar depan, sekarang orangnya lagi mudik, biasanya nanti malam atau besok pagi udah balik lagi ke sini,β kata Kang Ijal lagi.
Aku masih terus memperhatikan ruangan yang nantinya akan aku gunakan sebagai kamar tempat tinggal.
Kadang kita disuguhi kejadian seram ketika berkendara melintas malam, tertuang dalam fragmen gelap berbalut kengerian.
Salah satu teman akan berbagi cerita klasik seram ketika melintas di Jalur Purwakarta Bandung pada tahun 1996.
Simak di sini, hanya di Briistory.
***
Normalnya, Purwakarta Bandung bisa ditempuh dalam kisaran satu sampai dua jam saja, tapi kalau aku biasanya santai, jadi seringnya sampai dua atau malah tiga jam lebih kalau harus beristirahat makan dulu di satu rumah makan.
Belum terlalu lama aku rutin berkendara sendiri rute Jakarta Bandung, semua berawal dari dua bulan lalu ketika harus berkantor di Jakarta, sementara Istri dan anak-anak tetap tinggal di Bandung.
Pedalaman Sumatera menyimpan banyak cerita, jejak seram tergelar nyaris di setiap sudutnya.
Salah satu teman akan menceritakan pengalamannya ketika mengalami kejadian mengerikan di perkebunan bambu di dalam hutan Sumatera, simak di sini, hanya di Briistory.
***
βSatu batang lagi, ahβ
Aku bergumam sendiri, sambil memandang jalanan di depan yang kosong, gak ada kendaraan sama sekali, hanya gelap tanpa penerangan.
Aku duduk sendirian di depan gubuk kecil pinggir jalan yang letaknya di tengah-tengah antah berantah di belantara Sumatera.
Gak tahu pasti di daerah mana aku berada saat ini, hampir jam dua belas tengah malam, ponselku mati kehabisan baterai, sempurna.