My Authors
Read all threads
Part 1 #mwv_TerorKotaPelajar

"Yogyakarta, 2006"
Based on True Story

a thread
Tahun 2004 yang lalu, saya merantau ke Yogyakarta untuk kuliah di salah satu universitas negeri tertua di Indonesia. Selayaknya mahasiswa baru yang merantau, hal pertama yang menjadi urusan terbesar sudah pasti tempat tinggal alias kost2an.
Dan buat saya, nyari kos2an itu drama banget, apalagi yang temenin saya hunting itu kak Chandra. Yang jadi standar kami bukan sekedar fasilitas yg bagus, harga yang murah atau standar2 lain, tapi kami melihat di kosan itu ada gerak gerik mahkluk gaib yg mencurigakan apa engga.
Setelah 3 hari penuh kami mencari kosan diseputaran kampus, akhirnya ketemu juga yang.. yaa lumayan lah, karena nyari yg ga ada "penghuni" itu ga mungkin, tapi paling ga "penghuni"nya ga cadas2 banget dan pemilik kosan juga pasangan suami istri yang taat beribadah.
Saya tinggal di kosan itu sekitar 2 tahun lamanya, selain "penghuni"nya cukup bersahabat, pemiliknya juga baik, nilai plusnya kosan ini cukup bagus fasilitasnya, bersih, dan ada kantin  halaman depannya, jd saya ga takut kelaparan saat mager keluar kostan.
Sayangnya kenyamanan saya dikostan itu harus hilang bersamaan ketenangan saya kuliah di kota pelajar itu.. Dan semua dimulai di tahun 2008..
Tahun 2006, saya mendapat kabar mengagetkan, usaha papa saya jatuh sejatuh-jatuhnya sampai papa saya harus kehilangan semua asetnya hingga tak bersisa. Buat kalian yang ngira ini efek santet dan semacamnya, Tenang ini bukan karena guna-guna orang sirik,
Ini karena papa saya terlalu percaya sama orang.. tapi bagaimanapun, menurut papa ini Qodarullah, jalan hidup yang sudah Allah tentukan, Allah love us so much, jadi Allah pengen kami merasakan banyak pengalaman hidup.
Dari sini lah, awal saya akan merasakan pengalaman horor yang cukup berkesan setelah kisah kelam kak Bella yang kalian baca di Teror Santet..

Setelah mendengar kabar soal kesulitan ekonomi keluarga kami, saya mulai menghitung sisa tabungan saya yg tersisa.
Saya ga mungkin pulang ke Jakarta, karena berarti nanti akan ada 1 perut lagi yang harus dikasih makan oleh papa, dan rasanya sayang uangnya juga buat ongkos balik, jadi saya putuskan untuk menetap di Yogya. Bertahan dalam keterbatasan.
Setelah dihitung2, Uang tabungan saya cukup untuk bayar kuliah 1 semester, makan 1 bln dan kosan 3 bln. Kebetulan saat itu berbarengan dgn semester baru, jadi emang harus bayar kuliah. Tapi kalau saya bayarin berarti tabungan saya habis, sisa untuk makan, selanjutnya gimana?
Rasanya saya ga tega untuk minta uang ke papa disituasi seperti ini, walaupun saya tau papa saya bakal usahain sampai titik darah pengabisan demi pendidikan dan hidup anaknya, tapi tetap saya ga tega, apalagi disana pasti banyak hal yang sedang diurus papa.
Dari situ saya putusin untuk mengambil cuti kuliah 1 semester, lalu pindah kosan yang lebih murah, karena yang sekarang ukurannya cukup mahal, disisihkan sedikit untuk biaya hidup dan sisanya saya buat modal jualan online recycle baju bekas lewat multiply.
Sementara itu saya bayar kosan saya skrg utk 1 bulan, biar ada wkt untuk cari-cari yang baru, karena saya tau, saya akan sangat sulit cari kosan yang cukup layak bagi mata batin saya.
Tetapi dikarenakan kesibukan ngurus cuti kuliah dll, akhirnya saya baru sempet nyari kosan jelang 1 minggu setelah due date kosan saya habis. Lalu petualangan dan drama pencarian kosan dimulai lagi, kali ini dengan tambahan syarat : harus super murah.
Hari itu saya dan 2 sahabat saya, ardi dan deni mulai hunting cari kosan baru buat saya. Jujur secara kriteria ini sulit banget mengingat saya punya budget minim dan syarat ga angker, soalnya rata2 yang masuk budget saya itu biasanya kondisi bangunan ga kerawat atau horor banget.
Btw temen saya ardi ini, bisa ngeliat yang "halus-halus" juga.

2 hari kami mencari kosan, akhirnya kami ketemu juga kosan dengan budget miring yang bentuknya "lumayan", sebulannya 100rb plus listrik 25rb jadi total 125rb, menghemat sekitar 150% dari biaya kosan yang lama.
Bangunannya terlihat tua, tapi cukup terawat, kosannya terdiri dari 5 kamar, dan sebelum saya masuk, yang terisi cuma 2 kamar. Sepertinya lantai kamar dan pelataran depan kamar baru diubin ulang, karena seperti lebih baru dibanding ubin di lokasi lain yg sudah terlihat tua.
Dapurnya kurang terawat, mungkin jarang ada yang masak dan kamar mandinya super kotor, berarti nanti PR saya buat bersihin tuh kamar mandi.

Saya memilih kamar yang dipojok, dekat kamar mandi dan dapur karena luas kamarnya lebih luas ketimbang yang lain.
Dikostan ini hanya ada seorang penjaga, namanya pak yanto, yang tinggal dibangunan yang agak terpisah dari areal kosan, tapi kami bisa mengakses bangunan penjaga melalui pintu belakang kosan tempat areal cuci dan jemur.
Oh iya, dipojokan areal cuci sekelilingnya banyak pohon, jadi cukup rimbun dan adem. Halaman depan juga cukup luas, Bisa parkir 4 mobil, ada bangunan seukuran rumah tipe 36 tempat penjaga kosan tinggal, serta ditengah2 halaman besar ada pohon mangga besar.
Dipojokan dekat dengan pohon mangga tadi, ada parkiran motor untuk anak kosan dan tamu yang di beri auning diatasnya dan dibagian terluar dibagun kios2 kecil yang diisi laundry dan burjo. Yah lumayan lah ada burjo, sang penyelamat anak kos di Yogya.
Saya tertarik dengan kostan ini juga karena lokasinya yg ga terlalu jauh dari kampus, masih seputaran Jakal (Jalan Kaliurang) walaupun kilometer 5 keatas
Setelah mencoba mencermati kondisi sekeliling kosan, jujur aja buat saya kosan ini "sepi" bahkan mungkin terlalu sepi untuk rumah dengan bangunan seusia ini.

"Va, kok sepi banget ya" ardi ngomong setengah berbisik saat dia kembali ngecek tempat cuci jemur.
"Iya sepi di, piye?" Aku menanyakan pendapatnya.

Sekali lagi matanya beredar ke sekeliling bangunan kosan, "ya lumayan sih, lah kamu piye?" Dia balas bertanya.

"Ya dicoba aja lah, waktunya mepet juga di." Kata saya akhirnya ambil keputusan untuk mengambil kost itu.
Lalu saya berbicara dengan pak yanto yg menunggu kami berdiskusi, saya di haruskan membayar uang kosan untuk 3 bulan, lalu setelah itu baru bisa per bulan, saya menyerahkan uang kosan pada pak yanto, setelah itu pak yanto pamit sebentar ke dalam rumahnya untuk mengambil kwitansi.
Saat pak yanto pamit, sayup2 kami mendengar suara tangis bayi baru lahir, arahnya dari belakang kosan, alias tempat cuci jemur. "Ada bayinya ya?" kata ardi main nyeletuk aja.
"kamu denger Den?" Tanya ardi, kali ini ditujukan kepada Deni, kayanya ardi ngetes kalau deni ga denger berarti mungkin bukan tangisan bayi beneran.

Deni terdiam seperti pasang telinga, lalu beberapa saat kemudian dia mengangguk,
"denger di"
Tak berapa lama, pak Yanto kembali, menyerahkan kwitansi dan kunci kamar.

"Punya bayi baru lahir pak? Cucunya?" Tanya saya basa basi karena memang usia pak Yanto cukup tua untuk punya bayi lagi.

"Oh, kadang suka nangis emang" jawab pak Yanto singkat.
Saya ingin mengomentari, tapi tidak jadi dan hanya tersenyum saja, "kalau bayi baru lahir kan emang suka nangis" dalam hati saya.
Lalu saat kami sedang ingin pamit pulang, tiba tiba pintu kamar sebelah saya terbuka dan keluar seorang laki-laki dan perempuan yg kemungkinan seusia dengan kami, sepertinya mahasiswa juga.
Yang laki-laki berpakaian biasa kaus dan jeans, yang perempuan berpakaian super minim, tank top dan celana super pendek dan (maaf) sepertinya ga pakai daleman. Dengan cueknya si perempuan nyium si laki-laki depan kami dan pak yanto, lalu dia bilang "nanti malem nginep lagi yaa"
Setelah si perempuan ngomong seperti itu, reflek kami liat kearah pak Yanto, karena pengen tau reaksi pak Yanto. Tapi ternyata muka pak Yanto terlihat datar saja kaya udah biasa. Bahkan si laki-laki juga keluar melewati kami dengan santai menuju parkiran motor.
Setelah itu kami pamit, dengan senyum kecut-kecut pait seperti menyindir.

"cuy, nih kosan masuk kategori bebas ga beradab cuy.." celetuk deni di parkiran motor.

"Kayanya sih gitu" jawab saya, sambil berharap tembok kosan kedap suara.
Anggaplah saya jones, tapi walaupun sahabat saya mostly cowo semua, saya masih asing sama hal-hal yang beginian.. terlebih ini saya lihat di sebuah kota berjuluk "Kota Pelajar" yang harusnya diisi oleh orang2 yg juga terpelajar.
Kami biasa mengkategorikan kos2an jadi beberapa jenis, yaitu ketat-beradab, ketat-ga beradab, bebas-beradab, bebas-ga beradab.

Kosan lama saya masuk bebas-beradab, peraturan kosan ga terlalu ketat tapi anak2nya masih terkontrol dan kosan yang baru ini kaya bebas-ga beradab.
Saat balik ke kosan lama, saya pamit pada pemilik kosan lama untuk pindah kosan, dan rencananya akan mengosongkan kamar dalam minggu ini, si ibu kosan memeluk saya erat karena dia sudah menganggap saya sebagai anaknya yg sudah dia tahun hidup bersamanya.
Malamnya saya nyicil packing barang, karena rencananya mulai besok saya mulai angkut barang nyicil secara bertahap ke kosan yang baru.

Besok pagi2, saya izin ke ibu kos agar teman2 saya bisa masuk kamar untuk angkut barang, karena temen2 saya laki2 semua dan yang cewe 1 org aja.
Sejak kejatuhan ekonomi keluarga saya, jumlah temen saya menurun drastis, apalagi temen perempuan. Mungkin kata orang kalau mau liat siapa temen kita sebenernya, lihatlah saat kita dalam keadaan terpuruk, dan saya sudah membuktikan itu.
Saat itu temen saya tersisa hanya 5 orang saja, 4 org laki-laki dan 1 org perempuan, mereka adalah Ardi, Deni, Aris, Dika dan terakhir the one and only temen perempuan saya, Putu.

Merekalah org2 yg membuktikan pertemanan sejati itu ada untuk saya saat saya diatas dan dibawah.
Niat hati mau angkut barang bertahap akhirnya gagal, karena menurut temen2 saya, hajar capek aja sekalian sampe selesai. Jadi kami langsung angkut aja semuanya dan dika bahkan sudah membawa mobil, pinjam dari sepupunya untuk bawa barang2 saya.
dan mumpung hati sabtu juga, jadi waktunya leluasa, ga kelar hari ini beberesnya bisa lanjut besok. Jadilah kita angkut semua, dan sepertinya saya akan langsung tidur dikosan baru malam itu juga.
Menjelang sore, kami baru selesai berberes kamar saya, karena barang saya lumayan banyak terutama buku-buku, jadi membereskan dan mengangkut barang saya amat sangat menyita waktu.
Malamnya, putu menemani saya tidur dikamar kostan baru, dia paham betul saya super sentisif dan kalau ditempat baru suka galau ga jelas, dia sudah sangat memahami saya.

Malam itu kami merapikan barang2 yang masih belum tertata, saya melipat baju dan putu menata buku2 saya.
Lalu ketika kami sedang rapi2, tiba tiba sayup2 terdengar suara tangis bayi.. Suaranya makin lama makin jelas.

"Eh, tuh lo denger ada suara bayi ga?" Tanya saya sejenak menghentikan kegiatan.

Putu diam sejenak, "iya, denger..."
Bersambung Part 2

"Selamat Datang"
Malam ini, 20.00 wib

#mwv_TerorKotaPelajar
Maaf ada typo, disini harusnya 2006 sesuai judul

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with mwv.mystic

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!