My Authors
Read all threads
Part 6 #mwv_TerorKotaPelajar

"Tidak, Jangan Terulang Lagi"
Based on True Story

a thread
"Put.. tenang put.. gapapa ini bukan karena elo put." Jawab saya dengan napas masih tersegal-segal.

"Aduh va, kalau bukan karena gue, karena apa dong? Tadi kan gue pegang lengan lo." Putu masih panik dan merasa bersalah.
secara logika aja udah ga mungkin Putu, dia itu perempuan berperawakan kecil, berarti harus sekuat apa dia mencengkram sampai ninggalin bekas biru gini, laki-laki dewasa aja harus ngegampar atau mencengkram ekstra keras biar ninggalin bekas lebam di badan orang kan?
Saya melirik jam, ternyata baru pukul 2 dini hari, akhirnya saya putuskan untuk ambil wudhu dan solat malam untuk menenangkan diri.

Saat ambil wudhu saya melihat sekeliling, sepertinya tidak ada yang aneh, dan kamar Lela juga sepertinya masih kosong, belum pulang penghuninya.
Putu menunggu saya sholat dan mengaji sampai azan subuh, sepertinya dia juga ga bisa lanjut tidur, saya jadi merasa bersalah karena besok dia ada kuliah pagi.

"Put maaf ya, padahal lo ada kuliah, lo tidur aja lagi." Kata saya.
"No problemo.. kalau gue tidur yang ada pagi gue ga bisa bangun, santai va" katanya, lalu dia membuka laptop dan sepertinya kali ini dia benar-benar mengerjakan tugas.
Setelah solat subuh, saya memutuskan untuk mencari teman yang mau tukeran shift untuk nanti malam di coffee shop, kebetulan hari ini saya libur di distro dan rasanya kepala saya berat banget, mungkin karena kurang tidur.
Alhamdulillah ada teman saya yang mau tukeran, dengan syarat saya harus traktir dia makan malam. Dan saya setuju.

Putu dijemput Ardi jam setengah 8 dan mereka berjanji kesini lagi setelah jadwal kuliah selesai. Saya memutuskan mandi dan sarapan di burjo, lalu kembali tidur.
Saat menjelang dzuhur, saya terbangun karena pintu kamar saya diketok, ternyata teman-teman saya formasi lengkap datang plus dengan tentengan makan siang.
Kami makan siang sama2 dikamar saya, sambil ngobrol. Ardi minta diceritakan kejadian semalam dan Aris berkali-kali mengecek memar dilengan kanan saya. Putu terus-terusan minta maaf, tapi untung Aris membantu meyakinkan putu kalau memar ini bukan salahnya,
Ia tau betul ini bukan karena Putu sebab Aris pernah melihat memar sejenis dileher saya sebelumnya, saat saya mendaki ke Gunung Dieng tanpa disentuh siapapun. Itu jadi kali pertama dan terakhir saya mau naik gunung.
Sekitar jam 13.30, anak2 cowo pamit sebentar mau sholat dzuhur di mushola. Saat saya berdua dengan Putu, kami ngobrol ringan soal kondisi seputar kampus, sampai tiba2 terdengar suara erangan kesakitan.

"Va, lo denger?" Putu terlihat was was dan ketakutan mendengar suara itu.
Saya mengangguk, suara erangan itu cukup keras dan sepertinya terdengar dari sebelah kamar, atau apa mungkin dari kamar Lela?

Saya beranjak bangun, lalu putu menahan saya, "mau kemana lo?" Mukanya melihatan ketakutan.

"Mau ngecek" Jawab saya datar.
"Ih evaaaa.. kalau si mba setan yang itu gimana??" Kata putu dengan muka pucat dan matanya melotot ke saya.

"ini kayanya dr kamar sebelah deh Put, takutnya mba Lela sakit." Jawab saya.

Akhirnya Putu ikutan keluar, didepan pintu kamar Lela ada sepatu sendal yang biasa lela pakai
Mungkin memang benar itu suara Lela. Saya memasang kuping untuk memastikan apa betul suara erangan kesakitan itu dari kamar lela,

"aaaaarrrrggghhhhh..." suara itu terdengar lagi, dan ternyata asalanya memang dari dalam kamar Lela.
Saya mengetok kamar Lela agak keras,

"mba Lela?? Mba?? kamu kenapa??!!" Panggil saya.

Tapi tidak ada sahutan, hanya dijawab dengan suara erangan lagi "aaaaaarrrrgggghhh!!"

"Gue buka aja pintunya kali yaa Takutnya kenapa-kenapa dia." Tanya saya pada Putu.
Putu terlihat ragu "Ya iya kalau dia lagi sakit, tapi kalau ternyata dia lagi 'main' ama cowonya gimana??" Putu menjawab sambil memberikan tanda kutip dengan jarinya saat menyebut kata main, mengingat gaya pacaran Lela yang bebas.
"Ya Masa heboh banget mainnya put, ampe teriakannya begitu, siang-siang lagi." Bantah saya. Selain itu saya perhatiin ga ada sendal Andi, cowonya Lela.

Lalu ga berapa lama dari debat saya dan Lela, teman2 saya yg cowo kembali dari mushola.
"diluar ada motornya mas andi ga?" Tanya saya.

"Andi siapa?" Tanya deni.

"Ini cowonya mba Lela." Jawab saya, "kayanya motornya satria warna biru deh."

"Ga ada, kenapa emang?" Jawab Aris.
"Ini dari tadi kedengeran suara erangan dari kamar mba Lela, takutnya dia sakit, ditanya diem aja, tadinya mau dibuka aja pintunya, tapi kata Putu takutnya dia lagi main sama cowonya." Saya menjelaskan kondisi yg terjadi ke mereka.
Serentak mereka semua pasang kuping, dan suara erangan sakit itu terdengar lagi dan lebih kencang dari yang tadi.

"aaaaarrgghh!!!"

"Oi cepetan buka pintunya, itu mah suara kesakitan bukan suara keenakan!" Kata deni lgsg menerobos kedepan pintu namun gagal karena terkunci.
"Eh Kok lo bisa tau den?" Tanya putu  dengan muka penasaran dan berujung mendapat toyoran dari Deni dan Dika.
"Mba! mba Lela?? kamu ga apa-apa? Bisa buka pintunya!" Deni mengetuk-ngetuk pintu sambil berusaha berkomunikasi dengan lela.

Namun panggilan itu kembali dijawab dengan erangan kesakitan yang makin kencang.

"Dobrak aja apa?" Tanya Deni meminta persetujuan yang lain.
"Bentar, coba aku cari pak Yanto dulu. mungkin dia punya kunci cadangan." Kata Ardi. Lalu Ardi ditemani Dika berlari kerumah pak Yanto. Sementara didalam, suara erangan Lela makin sering dan makin kencang.

Ardi dan dika kembali bersama pak yanto yang membawa kunci cadangan.
Pak Yanto dengan cepat membuka kuncinya, tetapi masih bisa belum bisa dibuka, ternyata Lela memasang kunci engsel tambahan didalamnya. Akhirnya atas persetujuan pak Yanto pintu didobrak oleh Deni (badan deni ini emang tinggi besar dan dia pemegang sabuk hitam taekwondo).
Setelah pintu berhasil didobrak, Didalam, kami dapati Lela sedang meringkuk diatas tempat tidur, kasur dan spreinya bersimbah darah, Lela hanya memakai daster selutut dan dari arah selangkangannya terus mengalir darah segar, saat itu dia terus mengerang kesakitan..
"Ya Allah, kejadian lagi..." Gumam pak Yanto pelan ketika melihat kondisi Lela
"Pak ini saya bawa mobil, ayo diangkut biar dibawa ke rumah sakit." Kata Dika memecah keheningan yang saat itu tidak ada satu orangpun yang tau harus  berbuat apa karena otak  masih mencerna apa yang terjadi.

Akhirnya Aris mengangkat tubuh Lela, lalu dibantu sama Deni.
"Va, bawa selimut atau kain buat alasin jok mobil." Kata Aris. Saya langsung mengambil selimut yang terlipat diatas meja kamar mba Lela dan mengambil sarung dari kamar saya untuk nanti menutupi paha Lela.
Saya menggelar selimut itu di kursi belakang mobil Dika dan Lela ditidurkan disana, lalu saya menyelimuti pahanya dengan sarung.

"Kamu disini aja va, temenin. Nanti kita nyusul." Ujar Aris.

"Iya ris, minta tolong kamar dikunci  ya ris." Pesan saya.
Saya duduk di kursi belakang, kepala Lela didudukan dipaha saya. Tadi pak  Yanto sempat menghilang ke dalam rumahnya dan sekarang dia sudah kembali duduk di kursi penumpang sebelah Dika.

Dika mengarahkan mobil ke sebuah rumah sakit terdekat dan Lela dilarikan ke IGD.
Sementara Lela diperiksa dan dilakukan tindakan, Pak yanto berbicara dengan seorang perawat. Sepertinya perawat itu menanyakan apa yang menimpa Lela dan siapa penanggung jawabnya.

"Sementara saya yang tanggung jawab, saya bapak kosnya" kata pak Yanto.
"Saya sendiri kurang paham kejadiannya, awalnya anak2 ini yang dengar suara erangan dari dalam kamarnya mba Lela dan memanggil saya untuk membukakan pintu, saat pintu dibuka, kondisi mba Lela sudah seperti ini." Ucap pak Yanto sambil menunjuk kami.
"Sebaiknya dihubungi orang tua atau keluarganya pak, karena ini masalah serius." Ujar perawat itu.

"Masalahnya, saya tidak pegang kontak terbaru dari keluarganya, dulu saya dikasih, tapi tadi sepanjang jalan kesini saya coba hubungi tidak bisa." Pak Yanto menjelaskan.
"Apa adik-adik ini tidak ada yang tau pak, atau salah satu dari mereka ada yang pacarnya pasien?" Perawat tersebut melihat kearah kami.

"Sepertinya tidak suster, mereka teman2 mba Eva dan mba Eva sendiri baru beberapa bulanan tinggal di kosan." Jawab pak yanto.
Perawat tersebut menghela nafas, akhirnya dia kembali ke dalam ruang tindakan. Agak lama lalu dia keluar kembali bersama seorang dokter.

Perawat tersebut memberikan secarik kertas dan meminta pak Yanto menghubungi no tlp tersebut, yang rupanya kontak keluarga Lela,
dan meminta mendaftarkan Lela ke bagian administrasi.

Sebelumnya dokter menjelaskan situasi yang dialami Lela..

rupanya saat ini lela sedang mengandung dengan usia kehamilan antara 6-8 minggu dan dia berusaha menggugurkan kandungannya..
Tindakan yang telah dilakukan adalah merangsang kontraksi dgn harapan janin akan keluar dengan sendirinya, tetapi rupanya gagal dan Lela mengalami pendarahan hebat serta bisa membahayakan nyawanya. Jelas dokter tersebut. Mendengarnya membuat saya meringis membayangkan sakitnya.
"Dok, kalau memang masih bisa diselamatkan, toling diselamatkan ya dok, kasian tidak berdosa." Pak yanto berbicara dengan dokter tersebut dengan muka yang amat sedih dan penuh harap.
Dokter itu mengangguk, "kita akan berusaha semaksimal mungkin ya pak, bantu doanya juga buat semuanya. sementara ini, mohon bapak hubungi keluarganya, karena mba Lela belum bersuami jadi kami perlu berbicara dengan orang tuanya."
Rasanya sulit sekali otak saya mencerna situasi ini, ya Allah kenapa harus begini? Terus si Andi kemana  saat situasi seperti ini??

Aris menawarkan diri untuk mendaftarkan Lela ke bagian administrasi, pak Yanto memberikan fotokopi KTP Lela
dan Aris menyalin no telepon yang ada  di kertas tadi ke kontak hpnya, sebagai bekal Aris mengisi form registrasi. Lalu Aris pergi ke bagian administrasi ditemani Putu.

Sementara itu pak Yanto menghubungi no tlp yang tertulis dalam kertas yang diberikan oleh perawat tadi..
Berkali kali pak Yanto menelpon dan sempat beberapa kali memencet ulang, sampai akhirnya tersambung ke nomor tujuan dan kami mendengar pak Yanto memperkenalkan diri dan menjelaskan situasinya kepada orang yang menerima telepon itu.
Setelah pak Yanto menelpon, pak Yanto kembali duduk didekat kami. Beliau terlihat gusar, muka pak Yanto yang biasanya datar, kali ini terlihat kebingungan.

"Gimana pak?" Tanya saya melihat kegusaran pak Yanto.
"Nanti  katanya tantenya dari Semarang mau datang, takutnya  kalau nunggu ibunya kelamaan karena dari Magetan." Jawab pak Yanto.

Syukurlah kalau akan ada  keluarganya  datang. Karena kalau tidak, pasti pak Yanto tambah bingung.
Suasana diam. Kami cukup shock dengan apa yang terjadi.

"Pak, mohon maaf sebelumnya, apa bapak sudah sering menghadapi kejadian seperti ini?" Tanya Ardi yg akhirnya memecah keheningan.
Sebenarnya inilah pertanyaan yang sudah saya tunggu tunggu daritadi, mengingat ucapan Pak Yanto saat pertama kali mendapati Lela dalam keadaan mengenaskan tadi. Kata "kejadian lagi" Mengisyaratkan bahwa ini bukan kali pertama kasus seperti ini terjadi.
Pak Yanto menatap Ardi yang bertanya. Nampak bibirnya sedikit bergemetar. Entah karena menahan tangis atau karena memang ia sedang kebingungan dan takut. Namun saya bisa melihat mata pak Yanto mulai berkaca kaca..

"Iya.. Kira2 sudah ada tiga kejadian seperti ini sebelumnya.."
Part 6
"Tidak, Jangan Terulang Lagi" -End-

Next Part 7
"Tabir Kebenaran"

Besok 20.00 wib
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with mwv.mystic

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!