Andi menggaruk-garuk kepalanya, terlihat mukanya bingung,
"yah, pokoknya jangan ya mba, nanti akan paham sendiri." Lalu dia permisi dan kembali masuk ke kamar Lela tanpa menjelaskan lebih rinci siapa "dia" yang ia maksud
Selesai mandi saya ambil wudhu, karena memang waktu magrib sudah tinggal sedikit lagi, lalu kembali ke kamar..
Aris : "Arep mangan?"
Saya menjawab :"Yo.."
Aris : "Bar magriban aku ke kosmu"
Saya :"Yo.."
Aris : "Didepan"
Tanpa membalasnya, saya lgsg keluar kamar. Tapi saat keluar kamar, sudut mata saya menangkap sosok orang disebelah kiri arah kamar mandi, saya menengok, dan ada sekelebat sosok perempuan masuk kamar mandi,
Oh, mungkin Lela, pikir saya. Lalu disaat yg hampir bersamaan ketika saya memikirkan kemungkinan Lela, tiba-tiba pintu kamar Lela terbuka dan Lela beserta Andi, keluar dari kamar.
Eh?loh kok?? terus tadi siapa?
"Iya ni, kamu mau kemana?" Lela balik bertanya dan sepertinya dia sudah pulih dari histerisnya tadi sore.
"Sama mba" jawab saya.
"Ooh.. masa ga pernah ditengok sama sekali kamarnya?" Saya masih korek-korek, kali aja dia suka tengokin kamarnya sekedar bebersih dan berharap yang tadi masuk kamar mandi itu dia.
Andi mengangguk.
Dalam hati saya mulai dagdigdug, bukan takut, tapi rasanya males urusan sama yg begini dan kayanya agak mencurigakan juga situasi kosan ini.
"Oi.. lamaaaa" tau-tau Aris nongol.
"Ris, sini" saya melambai2 ke Aris agar mendekat.
"Opo?" Dia berjalan kearah saya.
"Tunggu sini, aku mau ke kamar mandi sebentar" kata saya.
"Pokoknya tunggu sini" Saya lalu jalan ke kamar mandi tempat sekelebat bayangan perempuan tadi masuk..
Saya membuka handle pintu kamar mandi.. dan ternyata tidak terkunci,
"Yuk ris, mau makan apa?" Kata saya sambil jalan ke tempat aris berdiri.
"Kenapa sih?" Aris malah penasaran, "kirain td kamu mau buang air."
"Ga apa, nanti aja aku ceritanya." Jawab saya.
"Bu santi yuk.." jawab Aris sambil berjalan ke motornya.
"Boleh, Ardi mana?" Tanya saya sambil pasang helm.
"Tadi jemput Tasya di stasiun." Kata Aris.
"Ealah.. pantesan.. mesti kamu kesepian ditinggal pasangan." Saya meledek Aris yang memang selalu nempel dua-duaan bareng ardi kemana-mana kecuali kuliah.
Kami menuju warung makan bu santi di daerah Babarsari.
Sesampainya disana, Aris bertanya lagi..
"Tadi kenapa?" Tanya aris.
"Nah, jelang magrib pas aku mau mandi, mas Andi dateng dan masuk kamar mba Lela..."
"Mas andi itu siapa?" Potong Aris.
"Itu cowonya mba Lela, tadi kamu ketemu." Jawab saya.
"Ooh iya iya, terus?"
"Ini dari tadi nyebut 'dia', 'dia'itu siapa??" Tanya Aris makin penasaran.
"Kok aneh sih?"Aris mengerenyitkan dahinya.
"Iya aku juga bingung, apaan sih kok jadi misterius gitu." Saya menyudahi cerita saya dan melanjutkan makan.
Saya coba menyudahi kunyahan saya untuk menjawab pertanyaan Aris sampai...
"Haayyyooo... kalian ngapain dua-duaan niihh" tiba-tiba dari belakang ada yang memeluk saya.
"Eh ya ampun, Tasya! Apa kabar? Maaf tanganku kotor." Kami cipika cipiki berdua.
Tasya duduk disebelah saya dan Ardi disebelah Aris.
"Aduh mba, kamu kaya ga paham mereka berdua, mana bisa kalau ga makan malam berduaan" kata Tasya meledek Ardi dan Aris sambil menyedok nasi.
Saya tertawa, "ahahaha.. bener banget.. mereka mah paket hemat"
Kami melanjutkan makan sambil ngobrol sampai Aris mengembalikan topik yang terputus. "Eh tadi kamu belum jawab, ngapain kamu dikamar mandi kaya kebingungan?" Tanya Aris.
Ardi langsung menghentikan makannya, "kenapa toh?"
"Loh kok lucu sih, aturan mah kalau ada setan jangan dibiarin kotor ya?" Kata Tasya ikut menanggapi.
"Nah tadi kamu waktu Aris jemput ngapain ke kamar mandi kaya org bingung?" Tanya ardi lagi.
"Jadi gini, tadi tuh waktu aku keluar kamar, aku liat ada perempuan rambutnya sebahu masuk kamar mandi..
"Nanti abis anterin Tasya, aku mampir tempatmu deh." Ujar ardi dgn muka serius.
Ardi memutar bola matanya, dia ga pernah bisa nolak permintaan Tasya.
Kami masuk ke kamar, tapi Ardi malah berbelok ke arah areal cuci jemur, lalu beberapa saat kemudian dia kembali ke kamar, "va, handukmu dijemur diluar?" Tanya ardi.
"Yang mana toh handukmu? Aku bawa masuk aja." Tanya Ardi.
"Yang cream ada gambar kucing gendut ngeselin, aku aja yang ambil." Jawab saya hendak jalan menuju areal jemur.
Ardi menahan saya, "engga, kamu tunggu sini aja"
"Nih, lain kali sebelum magrib handuk, baju atau jemuran apa kek tuh dibawa masuk." Kata Ardi sambil kasih handuk ke saya.
"Va, kok kayanya bercak2nya makin jelas ya?" Ardi curiga.
"Va, kamu ga mau nyari kosan lain?" Tanya Ardi
"Kenapa toh? Engga lah. Sayang uangnya di" jawab saya cepat.
"Aku coba 3 bulan deh di. Udah terlanjur bayar juga." Kata saya memberi alasan.
"Ya udah, terserah kamu, tapi kalau sampai ada apa-apa, kasih tau ya." Kata Ardi.
Saya melakukan ritual bersih2 sebelum tidur dan mengambil wudhu untuk solat isya. Selama dikamar mandi, saya berusaha mengalihkan pandangan dari bercak merah kecoklatan yang mengganggu itu.
Saya ga terlalu ambil pusing, mungkin ada penghuni baru dan masuk kamar, pikir saya.
Saya sholat isya dan bersiap untuk tidur, sampai saya sadar sesuatu..
Tapi saya berusaha menghilangkan pikiran jelek saya dan berusaha untuk tidur, tapi apa mau dikata, mata malah makin terang.
Saya mengeluarkan peralatan jahit saya, dan menyetel lagu-lagu favorit saya dari laptop,
Sampai tiba-tiba, saya mendengar suara perempuan menangis, saya kecilkan volume lagu di laptop agar suaranya lebih terdengar..
Selain itu juga mendengar erangan disela-sela suara tangisan yang terdengar pilu tersebut. Saya mulai menimbang-nimbang, apa Lela yang menangis kesakitan? Tapi saya rasa ini bukan Lela.. logat dan suaranya lain...
"Pertanyaan"
-End-
Next Part 4
"Tolong.. Sakit"
Kapan?
Gw akan drop banner part 4. Tembus 666 retweet sebelum jam 20.55, gw post jam 21.00 malam ini juga