My Authors
Read all threads
Part 3 #mwv_TerorKotaPelajar

"Pertanyaan"
Based on True Story

a thread
Drop banner, start nanti jam 19.30 wib
Andi terlihat ragu-ragu, dia diam beberapa saat sambil matanya melihat ke sekeliling kost, "pokoknya jangan mba, kalau dibersihkan nanti dia datang lagi." Jawabnya dengan nada ragu-ragu.
"Dia? Dia itu siapa?" Tanya saya makin penasaran.

Andi menggaruk-garuk kepalanya, terlihat mukanya bingung,

"yah, pokoknya jangan ya mba, nanti akan paham sendiri." Lalu dia permisi dan kembali masuk ke kamar Lela tanpa menjelaskan lebih rinci siapa "dia" yang ia maksud
Tinggal saya yang dibuat bingung, apa sih dari tadi nyebut-nyebut "Dia", kalau si "Dia" ini makhluk halus yang huni kamar mandi, kenapa harus dibiarin kotor tuh kamar mandi?? Bukannya malah harus dibersihin karena kalau kotor si "Dia" malah makin betah??
Saya ga mau ambil pusing, saya mengambil peralatan mandi dan segera mandi sore karena takut keburu magrib. Selama dikamar mandi, ga ada kejadian aneh, tapi saya memperhatikan kondisi kamar mandi, bercak-bercak merah kecoklatan makin lama makin jelas..
Terutama bercak bercak yang sekitar lubang pembuangan air, sepertinya makin lama makin lebar bercaknya atau mungkin hanya khayalan saya aja ya?

Selesai mandi saya ambil wudhu, karena memang waktu magrib sudah tinggal sedikit lagi, lalu kembali ke kamar..
sambil nunggu adzan magrib, saya mengaji, karena memang sejak kemarin pindah kamar ini belum saya ngajiin. Saya percaya tempat tinggal yg sering dilantunkan ayat suci al-quran pasti aura dan suasananya akan jauh lebih nyaman, terlebih saya gatau kamar ini udah kosong berapa lama.
Adzan maghrib berkumandang dan saya pun sholat. Selepas solat magrib, ada sms masuk ke hape saya dan saya memeriksanya. Dan ternyata itu Aris

Aris : "Arep mangan?"

Saya menjawab :"Yo.."

Aris : "Bar magriban aku ke kosmu"

Saya :"Yo.."
Kosan Aris berada ga terlalu jauh dari kosan saya, dia sekosan bareng sama Ardi, masih seputaran jakal juga tapi di km 4an, sementara kosan Deni ada di daerah Gejayan, ga jauh dari kosan Putu. Kalau rumah dika didaerah Monjali, agak jauh posisinya,
walaupun rumahnya Dika enak buat tempat ngumpul, tapi kadang kami males kesana karena di jalan ring road menuju rumahnya sering ada razia dan rumahnya juga jauh dari tempat makan, jadi kalau kelaperan nyari makannya perjuangan banget.
Jam 18.30 ada sms masuk lagi. Dan itu dari Aris lagi.

Aris : "Didepan"

Tanpa membalasnya, saya lgsg keluar kamar. Tapi saat keluar kamar, sudut mata saya menangkap sosok orang disebelah kiri arah kamar mandi, saya menengok, dan ada sekelebat sosok perempuan masuk kamar mandi,
"ceklek" Lalu terdengar suara pintu kamar mandi yg dikunci.

Oh, mungkin Lela, pikir saya. Lalu disaat yg hampir bersamaan ketika saya memikirkan kemungkinan Lela, tiba-tiba pintu kamar Lela terbuka dan Lela beserta Andi, keluar dari kamar.

Eh?loh kok?? terus tadi siapa?
"Cari makan mba Lela?" Saya coba menyapanya. Berusaha menyembunyikan rasa kaget yg saat itu saya rasakan

"Iya ni, kamu mau kemana?" Lela balik bertanya dan sepertinya dia sudah pulih dari histerisnya tadi sore.

"Sama mba" jawab saya.
"eh iya mba, itu mba Tika emang ga pernah pulang?" Saya berusaha mengalihkan pembicaraan sambil mancing-mancing, mungkin aja perempuan yang saya lihat masuk kamar mandi tadi adalah si Tika tetangga kosan yang statusnya antara ada dan tiada.
"Engga say, aku terakhir ketemu dia tuh bulan lalu pas ada tantenya dateng." Jawab Lela.

"Ooh.. masa ga pernah ditengok sama sekali kamarnya?" Saya masih korek-korek, kali aja dia suka tengokin kamarnya sekedar bebersih dan berharap yang tadi masuk kamar mandi itu dia.
"Hmm Engga kayanya,ya kan yang?" Lela mengkonfirmasi ke Andi yg dia panggil "yang".

Andi mengangguk.

Dalam hati saya mulai dagdigdug, bukan takut, tapi rasanya males urusan sama yg begini dan kayanya agak mencurigakan juga situasi kosan ini.

"Oi.. lamaaaa" tau-tau Aris nongol.
Melihat kemunculan Aris, Lelaki langsung memotong "aku duluan ya say" Kata Lela pamit sambil senyum-senyum. Saya mengangguk.

"Ris, sini" saya melambai2 ke Aris agar mendekat.

"Opo?" Dia berjalan kearah saya.

"Tunggu sini, aku mau ke kamar mandi sebentar" kata saya.
"Ya elah, kirain apa. Kamu takut?" Aris meledek.

"Pokoknya tunggu sini" Saya lalu jalan ke kamar mandi tempat sekelebat bayangan perempuan tadi masuk..

Saya membuka handle pintu kamar mandi.. dan ternyata tidak terkunci,
Saya yakin tadi mendengar suara pintu dikunci dan lampu kamar mandi pun mati, padahal tadi saya melihat cahaya dari dalam kamar mandi, apa lampunya putus ya? Lalu saya menyalakan saklar dan ternyata nyala, tapi benar2 tidak ada siapa-siapa dikamar mandi..
Padahal saya tadi melihat ada perempuan masuk dan selama saya berbincang dgn Lela belum ada seseorang pun yang keluar dari kamar mandi ini..
Mata saya kembali tertuju ke arah lubang pembuangan air, kok sepertinya bercak merahnya makin lebar ya dari terakhir saya lihat waktu mandi sore.... Saya lama mengingat2 ukuran bercak ini sebelumnya. Tapi.. Apa Lagi-lagi cuma perasaan saya aja ya?
Saya kemudian menutup lagi kamar mandi dan memutuskan untuk tidak mematikan lampu.

"Yuk ris, mau makan apa?" Kata saya sambil jalan ke tempat aris berdiri.

"Kenapa sih?" Aris malah penasaran, "kirain td kamu mau buang air."

"Ga apa, nanti aja aku ceritanya." Jawab saya.
"Yuk mau makan apa?" Ulang saya.

"Bu santi yuk.." jawab Aris sambil berjalan ke motornya.

"Boleh, Ardi mana?" Tanya saya sambil pasang helm.

"Tadi jemput Tasya di stasiun." Kata Aris.
Tasya ini cewenya Ardi, asalnya dari Bandung, satu fakultas sama Aris tapi beda 1 angkatan dibawah kami.

"Ealah.. pantesan.. mesti kamu kesepian ditinggal pasangan." Saya meledek Aris yang memang selalu nempel dua-duaan bareng ardi kemana-mana kecuali kuliah.
"Halah, buruan naik, laper" Aris melengos dan menyalakan motornya.

Kami menuju warung makan bu santi di daerah Babarsari.

Sesampainya disana, Aris bertanya lagi..
"Tadi kenapa?" Tanya aris.
"Engga ris, aneh aja tadi jam 3an kan aku nyampe kosan abis anterin si putu. Ketemu sama si mba Lela. Terus mba Lela ke kamar mandi, dan didalam dia menjerit, lalu dia keluar sambil lari lari dan wajahnya itu pucet.. pas aku tanya, dia bilang "dia datang!"
"Terus?" Tanya aris.

"Nah, jelang magrib pas aku mau mandi, mas Andi dateng dan masuk kamar mba Lela..."

"Mas andi itu siapa?" Potong Aris.

"Itu cowonya mba Lela, tadi kamu ketemu." Jawab saya.

"Ooh iya iya, terus?"
"Nah, tau-tau mas Andi ini ketok kamarku, katanya mau ngomong. Mas andi bilang kamar mandi jangan dibersihin. Kalau ga, nanti dia datang lagi." Jelas saya.

"Ini dari tadi nyebut 'dia', 'dia'itu siapa??" Tanya Aris makin penasaran.
"Ga tau ris, aku juga udah tanya, mas andi ga jawab, katanya nanti aku tau sendiri." Jawab saya.

"Kok aneh sih?"Aris mengerenyitkan dahinya.

"Iya aku juga bingung, apaan sih kok jadi misterius gitu." Saya menyudahi cerita saya dan melanjutkan makan.
"Nah kalo tadi, kamu ngapain di kamar mandi kaya orang bingung?" Tanya Aris.

Saya coba menyudahi kunyahan saya untuk menjawab pertanyaan Aris sampai...

"Haayyyooo... kalian ngapain dua-duaan niihh" tiba-tiba dari belakang ada yang memeluk saya.
Yg ternyata itu Tasya dan disampingnya ada Ardi yang membawa dua piring lauk ditangan kanan dan kirinya.

"Eh ya ampun, Tasya! Apa kabar? Maaf tanganku kotor." Kami cipika cipiki berdua.

Tasya duduk disebelah saya dan Ardi disebelah Aris.
"Eh bisa pas banget ketemu disini." Ujar saya.

"Aduh mba, kamu kaya ga paham mereka berdua, mana bisa kalau ga makan malam berduaan" kata Tasya meledek Ardi dan Aris sambil menyedok nasi.

Saya tertawa, "ahahaha.. bener banget.. mereka mah paket hemat"
Mendengar ledekan kami, Ardi dan Aris spontan melengos.

Kami melanjutkan makan sambil ngobrol sampai Aris mengembalikan topik yang terputus. "Eh tadi kamu belum jawab, ngapain kamu dikamar mandi kaya kebingungan?" Tanya Aris.

Ardi langsung menghentikan makannya, "kenapa toh?"
Lalu saya menceritakan dari awal lagi soal mba Lela dan mas Andi yg melarang membersihkan kamar mandi dan soal si 'Dia' yang menurut mereka akan kembali.

"Loh kok lucu sih, aturan mah kalau ada setan jangan dibiarin kotor ya?" Kata Tasya ikut menanggapi.
"Aku mikir juga gitu sya. Dan lagi aku geli banget sm kamar mandinya." Jwb saya

"Nah tadi kamu waktu Aris jemput ngapain ke kamar mandi kaya org bingung?" Tanya ardi lagi.

"Jadi gini, tadi tuh waktu aku keluar kamar, aku liat ada perempuan rambutnya sebahu masuk kamar mandi..
...terus kedengeran suara kunci kamar mandi. Aku pikir mba Lela awalnya,kan mba Lela rambutnya sebahu juga. Taunya ga lama, mba Lela keluar dari kamar bareng mas andi." Saya menjelaskan.
"terus aku berusaha positive thinking lagi, kali aja itu mba Tika yang ngehuni kamar ujung lagi pulang, taunya kata mba Lela dia udah ga nengok kosan sekitar sebulan. Jadi aku penasaran ya aku cek aja kamar mandinya, ternyata kosong ga ada siapa-siapa."
Saya sengaja tidak menceritakan soal bercak merah kecoklatan yang sepertinya makin jelas dan makin lebar, karena saya sendiri masih belum yakin soal itu, takutnya hanya perasaan saya saja.

"Nanti abis anterin Tasya, aku mampir tempatmu deh." Ujar ardi dgn muka serius.
"Eeeh, aku mau ikuut." Tasya protes

Ardi memutar bola matanya, dia ga pernah bisa nolak permintaan Tasya.
Selesai makan, kami berangkat menuju kosan saya. Saat kami tiba, sepertinya Lela belum kembali.

Kami masuk ke kamar, tapi Ardi malah berbelok ke arah areal cuci jemur, lalu beberapa saat kemudian dia kembali ke kamar, "va, handukmu dijemur diluar?" Tanya ardi.
"Iya, kenapa?" Tanya saya balik.

"Yang mana toh handukmu? Aku bawa masuk aja." Tanya Ardi.

"Yang cream ada gambar kucing gendut ngeselin, aku aja yang ambil." Jawab saya hendak jalan menuju areal jemur.

Ardi menahan saya, "engga, kamu tunggu sini aja"
Ardi kembali dari jemuran dan membawa masuk handuk saya, lalu menutup pintu kaca yang menuju areal jemur sambil mulutnya komat kamit baca doa.

"Nih, lain kali sebelum magrib handuk, baju atau jemuran apa kek tuh dibawa masuk." Kata Ardi sambil kasih handuk ke saya.
"kamu kalau malam jangan pernah ke belakang ya, mau ada yang manggil atau apa kek, cuekin aja!" Kata Ardi.
Ardi keluar lagi, kali ini dia ke kamar mandi, saya pun ikut menyusul ke kamar mandi. Jujur saya ga merasakan apa-apa dari kamar mandi ini, tapi bercak merah kecoklatan itu bikin perasaan ga enak.

"Va, kok kayanya bercak2nya makin jelas ya?" Ardi curiga.
Ternyata pengelihatan Ardi sama kaya saya. Bercak bercak itu makin jelas.. "ga usah dimatiin va lampunya, ditutup aja pintunya". Lalu kami berdua kembali ke kamar.

"Va, kamu ga mau nyari kosan lain?" Tanya Ardi

"Kenapa toh? Engga lah. Sayang uangnya di" jawab saya cepat.
"Engga sih, sebenernya kalau dilihat gitu aja ga ada yang aneh, cuma perasaan aku ga enak va." Ardi menjelaskan.

"Aku coba 3 bulan deh di. Udah terlanjur bayar juga." Kata saya memberi alasan.

"Ya udah, terserah kamu, tapi kalau sampai ada apa-apa, kasih tau ya." Kata Ardi.
Lalu kami berempat mengobrol ngalor ngidul sampai jam 22.00, lalu mereka pulang.

Saya melakukan ritual bersih2 sebelum tidur dan mengambil wudhu untuk solat isya. Selama dikamar mandi, saya berusaha mengalihkan pandangan dari bercak merah kecoklatan yang mengganggu itu.
Begitu keluar dari kamar mandi, saya melihat seorang perempuan dengan rambut sebahu masuk ke kamar di sebelah kamar Lela.

Saya ga terlalu ambil pusing, mungkin ada penghuni baru dan masuk kamar, pikir saya.

Saya sholat isya dan bersiap untuk tidur, sampai saya sadar sesuatu..
...kalau memang itu penghuni baru, kok pindahannya ga siang-siang ya? Sedangkan tadi siang kayanya sepi-sepi aja gaada aktivitas di kamar itu?

Tapi saya berusaha menghilangkan pikiran jelek saya dan berusaha untuk tidur, tapi apa mau dikata, mata malah makin terang.
Akhirnya saya putuskan untuk membongkar baju-baju bekas untuk dijual yang belum dipermak. Jadi memang, sebelum ekonomi keluarga saya terjun bebas seperti sekarang, saya sudah punya hobby mengotak atik baju bekas, ada yang saya pakai sendiri ada yang saya jual lewat online,
tapi dulunya hanya sekedar iseng-iseng buat nambah uang jajan dan akhirnya sekarang saya seriusin, dan ternyata potensinya lumayan buat nyambung hidup saya.

Saya mengeluarkan peralatan jahit saya, dan menyetel lagu-lagu favorit saya dari laptop,
Lalu saya mulai menjahit langsung dengan tangan bagian yang ingin saya permak. Saya terlalu asyik menjahit sampai tak ingat waktu. Sampai pada sekitar tengah malam, samar-samar saya mendengar suara tangisan bayi lagi...
Saya tidak terlalu ambil pusing sama suara tangisan bayi itu. Walaupun saya sudah tau, bahwa itu bukan bayi "beneran", saya tetap ga mau hiraukan.

Sampai tiba-tiba, saya mendengar suara perempuan menangis, saya kecilkan volume lagu di laptop agar suaranya lebih terdengar..
"Sakit... Sakit.. Tolong..." kata suara perempuan itu.

Selain itu juga mendengar erangan disela-sela suara tangisan yang terdengar pilu tersebut. Saya mulai menimbang-nimbang, apa Lela yang menangis kesakitan? Tapi saya rasa ini bukan Lela.. logat dan suaranya lain...
Part 3
"Pertanyaan"
-End-

Next Part 4
"Tolong.. Sakit"
Kapan?

Gw akan drop banner part 4. Tembus 666 retweet sebelum jam 20.55, gw post jam 21.00 malam ini juga
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with mwv.mystic

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!