My Authors
Read all threads
Part 4 #mwv_TerorKotaPelajar

"Tolong... Sakit.."
Based on True Story

a thread
666 retweet banner diatas sebelum 20.55 , part 4 akan langsung up malam ini jam 21.00
Suara tangis itu masih terdengar, bulu kuduk saya mulai berdiri, saya bingung harus gimana, antara ngecek keluar atau cuekin aja.

Kalau ga ngecek, takutnya itu lela dan dia sakit beneran. Kalau saya cek dan ternyata bukan Lela tp makhluk halus ngajak kenalan, duh males banget.
Lalu tiba-tiba telp saya berdering, saya kaget sampai terlonjak. Ternyata itu telpon dari Aris. Dia menanyakan saya sudah tidur atau belum dan memberitahu bahwa dia sekarang ada di burjo depan kostan saya dan menyuruh saya keluar.
Saya pun memanfaatkan kesempatan ini.
"Mau ris, tapi kamu bisa tolong samperin sini ga?" Pinta saya.

Walaupun awalnya terdengar bingung akhirnya Aris mau.

Saya mematikan laptop dan membereskan peralatan jahit..
Sesaat, saya coba memasang kuping, apa suara tangis itu masih ada atau tidak.. dan ternyata sudah tidak ada.

Tak lama, terdengar suara ketukan dipintu kamar saya, "Evaa, ini Aris"

Saya membuka pintu dan ada Aris di depan pintu kamar saya.
Saya keluar dan celingukan melihat kanan kiri, lalu segera mengunci pintu kamar.

Kamar Lela masih gelap dan sepertinya tidak ada orang didalamnya.

Lalu saat kami berjalan menuju pintu keluar, sekilas saya melirik kearah jendela kamar di sebelah kamar Lela..
Saat itu sepertinya saya melihat hordeng kamar tersebut tersingkap sedikit seperti ada yang barusan mengintip. Saya langsung buang muka dan buru-buru mendorong Aris dari belakang agar jalan lebih cepat lagi.

Kini kami sudah di burjo dan menikmati pesanan kami masing2.
"Kamu kenapa va?" Tanya aris

Saya tidak menjawab pertanyaan Aris dan hanya mengaduk-ngaduk susu coklat saya, masih mencerna, itu tadi yang nangis orang beneran atau bukan.

"Oi.. ditanya diam aja, Mikirin apaan?" Tanya aris dengan muka penasaran.
"Ris tadi ada yang nangis" saya mulai cerita

"Bayi yang kemarin?" Tanya aris

"Iya, tapi ini ada backing vocalnya, lama-lama kedengeran suara perempuan nangis selain suara bayi. Terus dia ngirintih sambil teriak sakit sama tolong." Cerita saya.
"Suara tetanggamu bukan?" Aris berusaha menepism

"Nah itu, aku sempet ragu ris, mau ngecek keluar tapi ragu, soalnya kamu Denger kan logatnya mba Lela itu jawa Timur banget? Yg beda ris.. aku mau keluar takutnya mba Lela sakit, tapi kalau ternyata bukan mba lela siapa dong?"
"Males banget deh kalo pas aku cek itu 'mereka'" Kata saya sambil menyendok susu coklat saya.

"Nah, pas banget tadi kamu telepon, abis kamu telepon suara nangisnya ilang." Lanjut saya.

Aris masih diam, lalu dia mengusap-usap jidatnya seperti orang pusing
"Aku ya, udah tahunan temenan ama Ardi, ketemu yang begitu mulu, eh sekarang temenan sama kamu dapet beginian lagi, ya herannya aku kok ya masih takut ya? walupun aku ga ngeliat atau ngerasain" Kata Aris meratapi pertemanannya dengan saya dan Ardi yg bisa melihat "mereka".
Saya tertawa mendengar gumaman Aris, jangankan dia yang ga ngeliat langsung, saya aja yang udah sering liat masih suka dibuat kaget dan merinding.

"Eh iya, tadi juga, waktu aku dari kamar mandi mau solat isya, aku juga ngeliat perempuan rambut sepundak lagi..
..Kali ini dia masuk kamar sebelah mba Lela, awalnya aku pikir anak baru, tapi kok pindahannya pas siang ga heboh? apa iya pindahannya malem pas kita keluar makan?"

Aris diam, dia menatap saya dan menutup mulutnya dgn kedua tangan, sehingga saya tidak bisa membaca ekspresinya.
"Terus ris, tadi waktu kamu ke kamarku, pas kita mau jalan kesini, aku liat hordeng kamar itu kesingkap kaya ada orang abis ngintip ris, mangkanya aku buru2 ngedorong kamu." Tambah saya.

"Yaudah aku temenin kamu. Kayanya ini ada yg ga beres, walaupun aku ga tau apa2" kata Aris
"Lah, kamu kuliah besok, ga usah." Larang saya.

"lagian positive thinking aja, itu yg nangis mba Lela dan yang masuk kamar itu beneran anak baru." Terkait saya.

Tiba-tiba hp saya berbunyi, ternyata itu dari si Dika, "hallo, kenapa ka?" Saya menjawab telepon.
"Dimana va?" Terdengar suara dika dari ujung telepon.

"Dikosan, lagi di burjo depan sama Aris" jawab saya.

"Eh, gue kesana ya, Aris suruh tungguin, laper gue." Kata dika, lalu mengakhiri telepon.

"Si dika mau kesini, kamu suruh nungguin, laper katanya." Saya kasih tau Aris.
"Ya elah, si Dika, kaya dideket rumahnya ga ada burjo aja." Kata Aris sambil ketawa, "nanti dari sini dia balik ke rumahnya yang ada laper lagi."

Saya ikut ketawa membayangkan rumah Dika yang terletak di daerah Monjali.
Sebenernya ya untuk ukuran di Jakarta ya ga jauh-jauh banget, tapi untuk ukuran Yogya yang pada masa itu ga ada istilah macet jarak tempuh 15 -20 menit Monjali - Jakal itu berarti lumayan jauh. Kalau Aris bilang kalau Dika balik ke rumahnya udah laper lagi ya sangat mungkin
Sambil menunggu Dika, kami kembali mengobrol, lalu ada sepasang mahasiswa masuk ke burjo, ternyata mereka Lela dan Andi.

"Loh kamu belum tidur say?" Lela menegur saya.

"Belum mba, darimana nih mba?baru pulang atau dari kamar?"
Saya sengaja berbasa-basi sekalian cari tau dari tadi dia ada dikosan apa ga.

"Baru pulang say, tadi kita nongkrong tempat temen." Jawab Lela

Lela lalu mencari kursi yang kosong dan duduk disana bersama Andi.
Lalu saya berpikir, Kalau lela ga ada di kosan sejak makan malam tadi, berarti yang nangis dan merintih siapa? Sejenis sama si bayi?

Lalu tak lama, Dika datang dan saya beserta Aris menjelaskan problem yang saya hadapi di kostan saya.
"Va, mending lo tidur rumah gue aja deh. Kan kamar depan kosong." Dika menawarkan solusi setelah mendengarkan cerita Aris.

"Ah, engga lah, ga enak ama tetangga lo kali ka." Saya menolak.

"Tetangga gue kan cuek." Dika masih membujuk.

"Engga ah, tetep aja ga enak." Tolak saya.
Walaupun Dika tinggal sendiri di lingkungan perumahan cluster yg tetangganya cuek, saya tetep ga enak dan risih. Sekedar main masih oke, tapi kalau sampai nginep berasa gimana gitu.

"Gue mencoba positive thinking aja ka." Lalu saya mengalihkan pembicaraan ke hal yang lain.
Ujung-ujungnya, kami ngobrol random sampai ga kerasa sudah jam 3 dini hari, akhirnya kami mengakhiri obrolan kami. Lela pun sudah pamit masuk duluan beberapa saat yang lalu.

Aris dan Dika mengantar saya sampai depan kamar, Aris terlihat celingukan kearah kamar sebelah mba Lela.
"Va, kalau ada apa-apa kasih tau ya." Kata Aris sebelum menyuruh saya masuk kamar dan pamit pulang bersama Dika.

Saya mengangguk pelan mengiyakan pesan Aris yang sepertinya sudah khawatir itu.
Setelah masuk ke kamar, saya memutuskan untuk tidur, rasanya ngantuk sekali, saya ga akan peduli mau nanti ada suara nangis atau apapun, dan akhirnya saya terlelap, lalu bangun karena adzan subuh.
Setelah solat dan mandi, saya memutuskan untuk merapikan dapur, dan ini adalah dapur terkotor yang pernah saya temukan. Banyak botol2 dan tempat plastik ga layak pakai, banyak kecoa, banyak sampah dan seluruh permukaan dapur ditutupi lemak, debu dan minyak.
Saya merapikan dapur yang berukuran 2x2m dari pagi hingga menjelang siang, menjelang dzuhur saya tinggal membereskan sampah-sampah perabotan dan mencuci perabotan yang kira-kira masih layak dipakai.
Saat mencuci perabotan dan alat makan yang kira-kira masih bisa dipakai tadi, saya menemukan beberapa alat makan ada tanda tulisan nama "Sheila", ya mungkin dia salah satu alumni kosan sini yang sudah pindah dan meninggalkan harta karun perabotannya disini.
Setelah hampir sebulan saya menempati kosan ini, saya mulai terbiasa, suara tangisan bayi dan rintihan perempuan masih sering kali terdengar walaupun tidak sampai setiap hari.

Sesekali saya juga melihat perempuan rambut sebahu masuk ke kamar mandi atau kamar sebelah kamar Lela.
Terkadang, ditengah malam juga suka terdengar langkah kaki perlahan dan terdengar seperti diseret seret menuju kamar mandi sambil sesekali terdengar erangan, atau ketukan pintu kamar saya, tapi saya anggap angin lalu karena saya tau itu bukan orang beneran...
Ya saya anggap aja mereka mau nemenin saya yang lagi ngelemburin kerjaan permak baju malam-malam.

Saat saya masuk periode 1,5 bulan menempati kosan, saya dapat kerja sambilan di sebuah coffee shop dan distro lewat rekomendasi Dika.
Kebetulan yang punya coffee shop dan distro itu temen-temen SMAnya Dika. Pagi sampai siang saya jaga distro dan sore sampai malam saya di coffee shop, sehingga mengharuskan saya sering kali pulang lewat dari tengah malam.

Sampai akhirnya, momen mengerikan itu terjadi..
Malam itu saya pulang jam 1 dini hari, ga ada pikiran macam2, pertama badan saya sudah super lelah, dan ingin segera merasakan kasur.
Yang kedua saya mulai terbiasa dgn keadaan kosan yg kadang berisik sama suara tangis.
Saya udah ga terlalu ambil pusing sepanjang mereka cuma nampakin suara-suara atau penampakan sekilas aja.

Setelah memarkir motor, saya berjalan menuju areal kamar kos. Saat akan membuka pintu pagar areal kosan, samar-samar saya mencium bau anyir seperti bau darah...
Tiba2 feeling saya langsung merasakan ada yang tidak beres. Pagar areal kosan kira2 setinggi saya dan dilapisi policarbon warna gelap. Jadi dari luar, saya ga bisa melihat kondisi di dalam. Saya lihat lampu pelataran kosan masih mati, kemungkinan lela belum balik.
Selain itu tidak ada motor Lela maupun Andi terparkir, hanya ada motor Pak yanto dan motor aa burjo.

Makin lama aroma anyir makin santer tercium, seketika bulu kuduk saya berdiri, mengingatkan saya akan tragedi kak Bella..
Saya semakin ragu mau masuk ke areal kosan, tapi demi bisa tidur, saya pun menepis itu semua

Akhirnya saya memberanikan diri membuka pagar..

Areal kosan gelap karena ga ada satupun lampu yang nyala.. Aroma anyir masih kuat tercium dan lama-lama bikin mual..
Rasanya saya sudah pengen angkat kaki dari sana karena tidak tahan dengan bau anyir ini, tapi hasrat ingin istirahat saya lebih besar.

Saya berjalan perlahan kearah saklar lampu pelataran yg seharusnya ada disekitar ada di depan kamar saya.
Saya menunggu mata saya mulai terbiasa dgn kegelapan hingga saya bisa melihat samar2 dalam gelap, saat meraba tembok tiba2 terdengar suara seperti langkah sendal yang diseret dari arah belakang,

"sret.. sret.. sret.."
dan seketika itu saya merasakan rasa dingin menjalar perlahan ditengkuk saya.

akhirnya saya menemukan saklar, reflek saya pencet, dan ternyata itu lampu dapur, jadi hanya cahaya tamaram yang saya dapat, karena dapur posisinya berada dibalik tembok tempat saklar,
tapi saya rasa, setidaknya cahaya itu cukup untuk mengetahui ada apa atau siapa di belakang saya, dan sambil menghela nafas, saya tetap berusaha positive thinking kalau suara langkah terseret itu adalah Lela yg baru pulang..

dan saya pun membalikkan badan...
Seketika itu juga badan saya terasa lemas.. rasanya ingin menangis dan teriak..

karena saat itu, tepat didepan saya, kira2 posisi didepan kamar kosong disamping kamar lela, berdiri seorang perempuan...
Rambutnya sebahu, wajahnya cantik, tapi kulitnya super pucat, biar mukanya cantik tapi aura tetap ga enak, tangan kirinya memegang tembok dan dia berusaha berjalan dengan langkah terseret seret..
Dia mengenakan daster dengan warna terang, kurang jelas warna apa, karena cahaya yang redup, tapi cukup jelas untuk saya melihat disekujur dasternya penuh darah...
Tangan kanannya mendekap sesuatu di dada, kira-kira sebesar botol aqua, dan dari benda yang didekapnya seperti ada semacam tali yang menyambung kedalam daster yang bagian roknya tersingkap sampai paha...
Dialah asal suara yang daritadi saya dengar dan dialah asal aroma darah yang anyir ini!! Saya lemes selemesnya, kaki saya seperti tidak bertulang, perempuan itu menangis lirih sambil berkata "sakit.. sakit.. tolong" dan ia mulai bergerak kearah saya sambil menyeret kakinya..
Mungkin saya sudah terbiasa sama penampakan kuntilanak, pocong atau setan-setan bentuk umum dan default indonesia, tapi penampakan mengenaskan seperti ini benar-benar diluar dugaan saya, sehingga benar-benar membuat kaget dan lemes banget rasanya.
Bibir rasanya kaku banget, tapi saya paksakan membaca al-fatihah dan surat 3 Qul, tapi seketika kepala saya berat, pandangan saya blank dan mulai kabur dan saya kehilangan kesadaran...

***
"Teh.. teh.. aduh si teteh, bangun teh.." saya merasakan pipi saya ditepuk-tepuk, ternyata si aa burjo yang menyadarkan saya, waktu dia mau ambil barang di gudang.

Dia curiga sama lampu pelataran yang masih gelap, padahal saya sudah pulang dan saya rajin menyalakan lampu.
Karena khawatir, aa burjo kemudian mengecek dan menemukan saya pingsan.

Rasanya kaki saya masih lemas dan saat saya teringat sosok mba cantik berdarah itu, saya langsung merasakan mual dan berlari ke kamar mandi, saya tidak bisa menahannya, saya muntah2 saat itu juga.
sosok mba cantik itu benar-benar mengenaskan, bikin ngilu sekaligus mual ditambah bau anyir darah yang sangat santer tercium seisi kostan.. melihatnya dalam remang2 tadi begitu mengguncangkan saya...

Pertanyaanya, siapa dia?...
Part 4
"Tolong.. sakit.." End

Next Part 5
"Hentikan"
Besok, jam 19.30
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Enjoying this thread?

Keep Current with mwv.mystic

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!