Saya banyak “dicolek” untuk menanggapi ujian SIMAK-UI yang akan digelar secara daring.
Ya ... lalu ... kenapa? Sejujurnya, saya enggak ada tanggapan apa-apa selain ya ... bagus, dong? Kan kalian bisa #dirumahaja ... 😅
“Loh, Kak, nanti kalau ada joki gimana?”
“Apa bisa dijamin kalau enggak akan ada kecurangan …?”
“Apa bisa dijamin kalau enggak akan ada kecurangan …?”
Nah, pemikiran-pemikiran ini yang “toxic”, guys.
Pertama, saya coba bicara seobjektif mungkin. Saya bicara bukan sebagai “orang UI” ya. Saya bicara sebagai ... ya diri saya sendiri yang pernah kuliah di UI.
Pertama, saya coba bicara seobjektif mungkin. Saya bicara bukan sebagai “orang UI” ya. Saya bicara sebagai ... ya diri saya sendiri yang pernah kuliah di UI.
Sistem daring ini, menurut saya justru merupakan terobosan baru dalam sistem ujian masuk PTN.
Artinya PTN, dalam hal ini UI, mampu membangun dan menyiapkan suatu sistem yang bagus (dan canggih) untuk melakukan penyeleksian tanpa si peserta harus ke lokasi ujian.
Artinya PTN, dalam hal ini UI, mampu membangun dan menyiapkan suatu sistem yang bagus (dan canggih) untuk melakukan penyeleksian tanpa si peserta harus ke lokasi ujian.
Saya malah bangga ketika tahu bisa ada ujian seperti ini, serius. Ini kan terobosan bagus?
Kedua, saya percaya, UI, sebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi dengan segudang predikatnya itu, paham betul dengan segala risiko yang ada.
Karena itu, UI pasti sudah menyiapkan sistem sedemikian rupa untuk mengantisipasi segala kecurangan yang mungkin terjadi.
Karena itu, UI pasti sudah menyiapkan sistem sedemikian rupa untuk mengantisipasi segala kecurangan yang mungkin terjadi.
Sistem itu mungkin belum pernah terpikirkan oleh kalian.
Kalian mungkin belum tahu bahwa sejumlah perusahaan multinasional pun menggelar tes seleksi secara daring dan si calon karyawan tidak bisa memanipulasi pekerjaannya. Jadi, sebetulnya, ini bukan sesuatu yang baru.
Kalian mungkin belum tahu bahwa sejumlah perusahaan multinasional pun menggelar tes seleksi secara daring dan si calon karyawan tidak bisa memanipulasi pekerjaannya. Jadi, sebetulnya, ini bukan sesuatu yang baru.
Bisa saja, misalnya (MISALNYA YA) sistem itu mendeteksi kalau si peserta membuka tab baru (lalu otomatis gagal, MISALNYA), atau misalnya, laptop/tablet/ponsel yang digunakan otomatis menyalakan fitur kamera sehingga wajah dan aktivitas kalian terekam (MISALNYA). Kita enggak tahu.
Yang jelas, saya percaya bahwa pihak UI paham betul dengan segala potensi kecurangan dan karena itu keputusan ini dibuat sematang mungkin dan dipersiapkan sebaik mungkin demi menjamin hasil seleksi yang adil dan baik. Itu menurut saya.
Jadi, kalian enggak perlu khawatir. Kalau kalian mau ikut SIMAK-UI ya … belajar. Itu yang harus jadi fokus kalian, bukan malah mengkhawatirkan hal-hal di luar itu.
Apalagi, pihak UI sendiri belum memberikan penjelasan tersendiri mengenai bagaimana ujian ini nantinya akan dilaksanakan.
Jadi, kita enggak bisa terburu-buru “menuduh” bahwa sistem ini rawan kecurangan. Lah, kita sendiri belum tahu secara lengkap ….
Jadi, kita enggak bisa terburu-buru “menuduh” bahwa sistem ini rawan kecurangan. Lah, kita sendiri belum tahu secara lengkap ….
Ini mentalitas, guys. Kalau kalian betul-betul mau mengejar tujuan kalian, fokuslah pada tujuan kalian itu. Buang jauh-jauh kekhawatiran lain yang tak ada sangkut pautnya dengan tujuan kalian. Itu cuma meningkatkan energi negatif dalam pikiran, padahal kalian butuh yang positif.
Jadi, saya pikir, enggak perlu khawatir. Saya sendiri percaya bahwa UI itu sangat selektif dalam menerima mahasiswa baru.
Persaingan untuk masuk UI pun sangat ketat. Artinya, UI tentu enggak rela kalau bikin sistem yang justru “memudahkan” persaingan, sementara kuota terbesar masuk UI justru dari SIMAK-UI.
Teknologi itu mungkin melampaui apa yang bisa kalian bayangkan. Jadi, enggak perlu khawatir. Ini justru kabar baik dari dunia pendidikan kita. Siapa tahu, nantinya ujian memang enggak perlu lagi datang ke lokasi. Kalau UI bisa memelopori itu, saya tentu bangga.
Intinya, saya percaya bahwa UI enggak akan kekurangan “akal” untuk menangkal segala kecurangan yang mungkin terjadi. Sistem itu pasti sudah dipersiapkan dan diuji. Di mana-mana, kecurangan pasti bisa terjadi, bahkan selama UTBK sekali pun. Pertanyaannya, apakah pasti bisa lolos?
