..., bahkan ...
..., kecuali ...
..., melainkan ...
..., padahal ...
..., sedangkan ...
..., sementara ...
..., seperti ...
..., tetapi ...
..., yaitu ...
..., yakni ...
Kata Penghubung yang Tidak Didahului Koma
... agar ...
... bahwa ...
... dengan ...
... jika ...
... karena ...
... maka ...
... meskipun ...
... sampai ...
... sehingga ...
... sejak ...
... sekalipun ...
... supaya ...
... walaupun ..
Kata atau Frasa Penghubung Antarkalimat yang Diakhiri Tanda Koma
Akan tetapi, ...
Akhirnya, ...
Akibatnya, ...
Artinya, ...
Jika demikian, ...
Kalau begitu, ...
Karena itu, ...
Lagi pula, ...
Sebaliknya, ...
Sebelumnya, ...
Sebenarnya, ...
Selain itu, ...
Biarpun begitu, ...
Biarpun demikian, ...
Contohnya, ...
Dalam hal ini, ...
Dengan demikian, ...
Dengan kata lain, ...
Di samping itu, ...
Jadi, ...
Karena itu, ...
Meskipun begitu, ...
Meskipun demikian, ...
Misalnya, ...
Namun, ...
Oleh karena itu, ...
Oleh sebab itu, ...
Pada dasarnya, ...
Pada hakikatnya, ...
Pada prinsipnya, ...
Sebagai kesimpulan, ...
Selanjutnya, ...
Sementara itu, ...
Sesudah itu, ...
Sesungguhnya, ...
Sungguhpun begitu, ...
Sungguhpun demikian, ...
Untuk itu, ...
Walaupun demikian, ...
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Selama dua minggu terakhir, di tengah tuntutan tesis, saya “iseng-iseng” melanjutkan kursus bahasa Prancis yang sempat tertunda selama 13 tahun. Saya belajar bahasa Prancis sewaku SMA saja.
Kebetulan, di sekolah ada pelajaran bahasa asing lain selain bahasa Inggris. Setelah lulus SMA, saya tidak pernah mempelajari bahasa itu lagi secara formal. Jadi, kemampuan saya betul-betul berdasarkan ingatan sewaktu SMA saja.
Saya bisa bilang, saya memang suka “belajar”, khususnya belajar bahasa. Namun, lebih dari itu, saya selalu suka mempelajari hal baru.
Ini yang disebut sebagai “bystander effect”, suatu fenomena ketika ada seseorang yang membutuhkan pertolongan, tetapi orang-orang di sekitar tidak ada yang membantu. Hal ini dikarenakan orang-orang tersebut beranggapan bahwa akan ada orang lain yang menolong korban.
Masalahnya, karena semua orang memikirkan hal yang sama, akhirnya tidak ada orang yang menolong sama sekali. Oleh karena itu, fenomena ini disebut “bystander” karena orang-orang tersebut hanya menonton korban meminta tolong sambil berharap orang lain akan membantunya.
Menurut psikologi sosial, seseorang akan menolong orang lain yang membutuhkan bantuan jika tidak ada orang lain di sekitarnya. Sebaliknya, jika ada banyak saksi mata, seseorang cenderung mempunyai keinginan yang lebih kecil untuk menolong.
Tak jarang, mahasiswa saya pun berkeluh kesah terhadap beberapa dosen yang tak kunjung membalas pesan mereka dan akhirnya semuanya terasa “serbasalah”.
Maksudnya, kalau ditanya lagi, takutnya dosen yang bersangkutan “baper” (kesannya si mahasiswa tidak sabar), tetapi kalau “pasrah” saja, siapa yang tahu kapan beliau akan (atau mau) membalas?
Seperti yang saya janjikan, silakan bergabung kalau tertarik. Kelas ini sepenuhnya gratis (sayang Zoom-nya tidak terpakai). Kapasitas tiap sesi 500 orang. Mulai Kamis, 6 Mei 2021.