Thread by @Azmiabubakar12

Threes Nio, Gugur Dalam Tugas
(Peringatan HUT Kompas ke-55)

Walau berpeluang & amat layak menduduki posisi struktural di perusahaannya, Threes tetap memilih berada di tengah peristiwa yg sedang ditulisnya. Pada posisi tsb ia tetap terikat & mampu berempati, krn meliput dgn hati.

Gadis Tionghoa kebanggaan Indonesia, lulusan Sastra Inggris IKIP Sanata Dharma ini, memulai tugasnya di harian Kompas sbg wartawan istana. Penugasan mjd "wartawan elit", tak menghalangi kemampuannya utk kemudian ditempatkan di daerah berbahaya & menantang, spt Vietnam & Uganda.

Threes sebagai wartawan, sangatlah sensitif, terlihat dari ketakmampuannya menerima jk tulisannya dipotong atau diedit. Perlu waktu lama utk dapat bernegoisasi dengannya. Tak mengherankan sebenarnya, karena ia memiliki pengetahuan luas & ketrampilan diatas rata2 kawan sejawatnya.

Threes memiliki koleksi buku yang variatif dan jumlahnya cukup banyak (penuturan dari Jakob Utama sebagai pimpinan Kompas)

Threes lebih dari sekadar wartawan. Berdiskusi dengan Threes, membuat saya sering merasa berhadapan dengan seorang pemikir (Emil Salim)

Walaupun fisiknya tampak lemah, dia mengesankan sebagai pribadi kuat...Dia sangat prinsipiil. Integritasnya tinggi. Kalau mau dijadikan role model, dia pantas dijadikan panutan wartawan Indonesia. (Mochtar Kusuma Atmadja)

Threes Nio (lahir 1939) meninggal tanggal 14 Desember 1990 di New York, sepulang meliput konferensi GATT di Brussels. Beliau dikebumikan di kota asalnya, Banjarnegara.
Sosok ulet, keras, tak mudah menyerah, disiplin, dan selalu mau belajar ini adalah satu putri terbaik bangsa.

Sumber:
Threes Nio, Laporan Dari Lapangan.
Koleksi Museum Pustaka Peranakan Tionghoa