Thread by @Azmiabubakar12

Pondok Cina
Asal Usul Namanya

"Seharusnya bukan disebut UI Depok tapi UI Pondok Cina" ungkap saya kepada pak Ayung, seorang yang dituakan di Pondok Cina.

"Iya sebenarnya begitu" Ujar Pak Ayung, pemilik toko kelontong yang berlokasi tepat di depan Stasiun Kereta Api Pondok Cina.

Diterima dengan hangat oleh beliau, kami mencoba menyusuri jejak Pondok Cina pada masa lalu.
Sebagian besar dari kawasan UI seluas 325 hektar adalah lahan orang2 Tionghoa yg dibebaskan pemerintah tahun 1970an. Tanah darat dibebaskan seharga Rp.325 dan sawah Rp.175 permeternya.

Cornelis Chastelein (orang Belanda) pemilik lahan di kawasan Depok, sejak tahun 1696, membuat aturan bahwa orang2 Tionghoa hanya boleh berada di Depok ketika matahari terbit & harus pergi saat matahari terbenam. Aturan sangat rasis ini, melarang orang2 Tionghoa menginap di Depok.

"Karena orang2 Tionghoa sengaja dipersepsikan jahat, suka berjudi dan lain sebagainya" tambah Pak Ayung, generasi ke lima orang2 Tionghoa yang bermukim di kawasan Pondok Cina. Pelarangan tersebut adalah kebijakan rasis yang pernah terjadi di Depok.

Wilayah yang saat ini dikenal dengan Pondok Cina, pada masanya adalah tempat dimana para orang Tionghoa mondok karena dilarang menginap dan bermukim di Depok (saat ini Depok Lama).

"Adakah segenap civitas Universitas Indonesia, mengetahui sejarah wilayah dari kampusnya tsb?"

Sumber:
1. Java Critic, Tahun 1 No.1, 10 Oktober 1948
2. Majalah Sinergi, Edisi Juni 2000.
Koleksi Museum Pustaka Peranakan Tionghoa.