5 Juli 2020, hasil survei ttg Persepsi Risiko Warga DKI Jkt, kerjasama #LaporCovid19 & Social Resilience Lab @NTUsg dirilis.
Ada beberapa temuan penting yang menunjukkan kesiapan warga thd era New Normal or #AdaptasiKebiasaanBaru
1. Tk tes PCR hrs tinggi,
2. Pengawasan orang hrs ketat,
3. Penelusuran kontak yg solid,
4. Kapasitas RSU yg memadai, &
5. Persepsi risiko yg tinggi
Tanpa itu, sulit terjadi New Normal nihil lonjakan penularan
Keduanya harus bersinerji. Jika bertentangan atau berbeda, lonjakan penularan dapat terjadi
Sebagian besar warga DKI ternyata konservatif dalam penggunaan media informasi. Alih-alih bermedsos ria, lebih dari 50% mengikuti kabar #COVID19 dari TV, radio & koran. Dan 40% lebih tak familiar dengan medsos
Yang menarik, jumlah yang tak pernah akses disini lebih besar daripada di media umum konservatif dan media sosial
Lebih dari 70% warga menilai kecil kemungkinan dirinya, keluarga dan tetangganya terkena #COVID19
Persepsi risiko ini berbanding terbalik dengan perilaku kesehatan: dengan kata lain, meski patuh, warga cenderung tak waspada
Keyakinan akan sembuh adalah modal kuat membangun Imunitas tubuh, saat ketularan #Covid19. Hal ini diyakini oleh lebih dari 80% warga.
Semoga ini menjadi tanda baik bagi warga DKI
Ada lebih dari 11% tergolong rela untuk tertular #Covid19 demi ekonomi. Meski kecil, potensi menjadi sumber transmisi lokal dari kelompok ini harus diwaspadai
Dampak ekonomi wabah #COVID19 ini terasa signifikan bagi lebih dari 70% warga, mengingat pemberlakuan PSBB yang 'mengerem' pertumbuhan ekonomi
Pernyataan pejabat Pem adalah juga kebijakan publik yang diikuti oleh masyarakat. Awal wabah ada pejabat yg bilang kita aman dari #COVID19 krn beriklim tropis. Meski dibantah scr ilmiah, tapi hingga 110 hari sejak kasus pertama, 26% warga masih percaya hal itu.