Rumah Sakit dan Kuburan Massal diatas Tanah Mall Delta Plaza Surabaya
a thread
a thread
Lokasi horror dan angker tidak selalu identik dengan bangunan suram atau dekat dengan alam belantara. Beberapa lokasi angker yg dikenal masyarakat justru berada di lokasi ramai, bisa berupa sebuah jalan protokol, rumah ditengah kota, atau bahkan mall.
Jika Jakarta punya Mall Klender yang menjadi saksi bisu sejarah kerusuhan Mei dengan ratusan korban jiwa yang tewas terpanggang, maka Surabaya juga memiliki lokasi mall horror yakni Plaza Surabaya atau biasa disebut juga Delta Plaza.
Delta Plaza Surabaya terletak di jln Pemuda Embong Klasin, Kecamatan Genteng. Dariluar mungkin tidak ada hal yang aneh dengan bangunan mall yg cukup ramai ini. Namun sejarah mencatat asal muasal bangunan yg kini menjadi mall tersebut adalah sebuah rumah sakit tertua di Surabaya.
Yap, bangunan Plaza Surabaya dahulunya merupakan sebuah bangunan rumah sakit Dr Soetomo (karena beliau memang menjadi tenaga medis disini) atau biasa disebut rumah sakit simpang. Disebut demikian dikarenakan lokasinya yg memang berada di persimpangan jalan.
Rumah Sakit ini dibangun sebelum tahun 1900an ini memiliki nama awal Oude Centrale Vurgerlijke Ziekeninrichting (CBZ) yg dibangun atas perintah Gubernur Jenderal Deandles saat itu dengan kapasitas sekitar 150 pasien.
CBZ atau Rumah Sakit Simpang menjadi lokasi pusat pengobatan para pribumi dikarenakan rumah sakit lain saat itu hanya melayani bangsa Belanda saja. Pernah juga CBZ menjadi rumah sakit militer yang melayani para korban perang dan pasukan
Pada tahun 1868-1869 Surabaya sempat diserang wabah kolera. Akibatnya, Rumah Sakit Simpang mendapatkan banyak pasien hingga 3 kali lipat dari jumlah biasanya. Jumlah tersebut pun semakin bertambah karena kedatangan militer yang terluka setelah kembali dari ekspedisi Bali.
Karena keterbatasan bangunan dan fasilitas, saat itu tidak ada pemisahan antara pasien menular dan tidak menular. Mereka berkumpul di satu bangsal yang sama dan mendapatkan perawatan bersama. Angka kematian saat itu cukup tinggi akibat kurangnya fasilitas tersebut.
Rumah sakit Simpang selanjutnya mengalami perbaikan kembali (1876). Sanitasinya pun dibuat menjadi lebih segar serta desinfeksi. Penderita penyakit biasa dengan penyakit yang menular dipisahkan dalam ruangan-ruangan tersendiri, sehingga jumlah kematian dapat menurun.
Selain itu ditahun yg sama, ditanamlah pohon-pohon beringin yg kemudian timbuh besar yang rindang disekitar area rumah sakit dan dilakukan sanitasi di seluruh bagian rumah sakit untuk menghindari penularan penyakit.
Rumah Sakit Simpang ini memiliki peran yang besar saat masa pertempuran Surabaya yang memakan banyak korban. Para pejuang saat itu diarahkan untuk mendapatkan perawatan di rumah sakit ini.
Banyaknya korban terluka dan terbatasnya jumlah tenaga medis membuat RS Simpang kewalahan. Akibatnya banyak korban jatuh, bahkan setiap harinya ada kurang lebih 100 jasad yang dikuburkan.
Semula, para pejuang yg gugur hendak dimakamkan di taman makam pahlawan, namun akhirnya pemakaman dilakukan di sekitaran lokasi rumah sakit Simpang itu sendiri secara massal.
Ada ratusan atau mungkin ribuan jenazah pejuang yang tidak berhasil diselamatkan dikuburkan pada area belakang rumah sakit CBZ. Kuburan itu dilakukan secara massal, dalam satu liang bisa diisikan hingga 6 jasad lengkap dengan senjatanya.
Penggalian kuburan yg tidak terlalu dalam membuat beberapa jenazah mudah ditarik keluar. Saat pembongkaran makam dilakukan, ketika hendak mencabut akar singkong, kadang ada tengkorak yang ikut tertarik keluar dari tanah.
Di lokasi kuburan massal itu kini berdiri lahan parkir belakang Delta Plaza Surabaya.
Banyaknya nyawa yang hilang dan beberapa urban legend membuat rumah sakit ini sudah dikenal angker bahkan sebelum berubah menjadi mall.
Banyaknya nyawa yang hilang dan beberapa urban legend membuat rumah sakit ini sudah dikenal angker bahkan sebelum berubah menjadi mall.
Salah satu urban legend yg paling dikenal adalah keberadaan suster gepeng, yang konon merupakan representasi seorang suster yang terjepit kepalanya di lift tua lalu tewas karena lift tersebut bergerak sementara kepalanya masih terjepit di lantai tersebut.
Sosok ini kian melegenda setelah banyaknya laporan tentang kemunculan sosok berseragam suster dengan wajah hancur disini. Walaupun sudah menjadi bangunan mall, beberapa kesaksian mengenai seseorang yg memakai baju perawat dengan darah masih menjadi buah bibir masyarakat.
Lokasi lain kemunculannya juga berada di lokasi parkir Delta Plaza, lokasi yang dahulunya merupakan pemakaman masal ini konon akan terasa lebih menyeramkan dimalam hari. Suara tangis, jeritan, atau kursi dorong disabilitas yg tiba2 bergerak sendiri adalah contoh gangguan disini
Tanda bekas rumah sakit di kawasan mall ini masih bisa kita temukan melalui sebuah tugu setinggi 2 meter yang terletak di jalan pemuda.
Dulunya kawasan Delta Plaza adalah Rumah Sakit Umum (CBZ) korban pertempuran 10 November 1945 memenuhi seluruh pojok gedung dan meluber sampai halaman rumah sakit. Para dokter dan perawat bekerja terus menerus namun banyak korban tak tertolong jiwanya.
Mereka yang bisa diselamatkan diangkut keluar kota. Karena meluasnya pertempuran maka tanggal 14 November 1945 dilakukan pengungsian terakhir dengan kereta api dari stasiun gubeng menuju Malang.”
