My Authors
Read all threads
1. Pluralisme agama dalam Alkitab

Semester ini saya mengajar 2 matakuliah: religious pluralism dan religious freedom. Yg pertama itu matakuliah baru, dan jika ada waktu saya ringkaskan diskusinya tiap akhir pekan, walaupun tdk mngkn memotret dinamika yg terjadi di kelas.
2. Minggu pertama ini kita mendiskusikan pandangan Alkitab tentang agama-agama, dengan membaca Injil Matius dan 1 Korintus. Saya mengawali dengan pertanyaan: What is Christianity’s relationship to other religions? What can we find of value in other religions?
3. Dua hal diamati mahasiswa. Pertama, dari 2 bacaan/teks itu, segera terlihat betapa sedikitnya ayat2 Alkitab yang berbicara atau memberikan arahan bagaimana seharusnya umat Kristiani menyikapi agama2 lain. Namun, dari bahan yg tersedia dapat diidentifikasi beberapa “petunjuk”.
4. Kedua, dari bbrp ayat yg relevan, arahan Alkitab tampak tidak tunggal. Dgn kata lain, ada beragam perspektif terkait “value” dan peran agama2 lain dlm Alkitab. Jadi, terdapat ambivalensi atau “tension” dlm menilai keberadaan agama-agama lain, terutama soal konsep keselamatan.
5. Di kelas ini ada dua Romo (priest) yang ikut belajar. Semua mahasiswa saya beragama Kristen, sebagian besar Katolik. Jadi, mereka sangat familiar dgn Alkitab. Saya mengajukan pertanyaan polling: Apakah secara umum pandangan Alkitab ttg agama lain bersifat positif atau negatif?
6. Stlh berdiskusi soal istilah “positif” dan “negatif”, 100% mahasiswa berpendapat pandangan Alkitab relatif “negatif”. Dlm Perjanjian Lama, mereka yg tdk mengimani Yahweh divonis “musyrik” atau “tidak bertuhan.” Seorang mahasiswa memberikan contoh ayat2 dari Book of Wisdom.
7. Saya arahkan diskusi utk fokus pada soal keselamatan penganut agama non-Kriste” dlm Injil Matius dan 1 Korintus. Kesarjanaan modern ttg Injil Matius dan 1-2 Korintus sangat luas, saya perkenalkan sedikit, krn tdk jadi fokus utama. Saya lbh tertarik diskusi perspektif mahasiswa
8. Dua poin yang diangkat mahasiswa menarik perhatian saya. Pertama, aspek menonjol dalam dua teks/bacaan kita ialah bahwa keselamatan hanya bisa dicapai melalui Yesus. Dlm Matius 1:23, Yesus diidentifikasi sebagai yg diramalkan oleh Isaiah, yakni “Immanuel” (Tuhan bersama kami).
9. Dalam Korintus, Paulus menyebut Yesus the power of God bagi keselamatan, dan the Lord of glory. Itu semua mengesankan eksklusivitas, namun perlu diingat, pesan kasih (love) sangat dominan dlm ajaran Yesus, seperti digambarkan Matius. Konsep kasih ini bisa dimaknai universal.
10. Dalam khutbah di atas bukit, Yesus mengajarkan untuk mengasihi bahkan musuh-musuh yang mempersekusi kita. Artinya, kasih Tuhan menyelimuti semua, termasuk para pengikut agama lain. Ini pembacaan yg cukup inklusif.
11. Namun mahasiswa segera mengamati bahwa “kasih” tidak boleh dipahami dgn mengabaikan kebenaran (truth). Paulus menulis, “Love does not rejoice at wrongdoing, but finds its joy in the truth” (1 Korintus, 13:6). Well kalau begitu, konsep “kasih” tidak seinklusif yg umum dipahami
12. Tensions semacam ini lbh jelas bila bicara soal keselamatan. Ini poin kedua yg jd perhatian. Matius 25 menggambarkan suasana Hari Akhir ketika Yesus mengadili manusia jadi ahli surga (kelompok kanan) atau neraka (kiri). Kriterianya adalah perbuatan baik, bukan iman eksklusif.
13. Untuk lebih detailnya, baca Matius 25, terutama ayat 35 dan 36. Membaca ayat itu mengingatkan saya pada al-Quran surat al-Baqarah (2) ayat 62 atau al-Ma’idah (5) ayat 69. Kriteria keselamatan adalah iman kepada Allah dan perbuatan baik, apapun agama yg dipeluknya.
14. Namun, banyak ayat lain dalam Matius menempatkan Yesus dalam posisi unik bagi keselamatan. Tak ada jalan lain, kecuali melaluinya. Coba baca pasal-pasal berikut: 3, 16, 17 dan 28. Akan segera muncul kesan teologi eksklusif. Ayat2 tersebut menjadi landasan kerja2 misionaris.
15. Ambivalensi serupa dijumpai dlm 1 Korintus, tak perlu saya tulis di sini. Aspek lain yg menyita perhatian mahasiswa (maksudnya mahasiswi) saya ialah soal intonasi Yesus dlm khutbah di atas bukit terkait perceraian, Matius 5:31-32 (Sya bayangkan kaum feminis tdk suka ayat ini)
16. Pertanyaan mahasiswi saya: Why does this passage seem to specifically place the sin on the wife? Is the sin not just as bad for both parties? If this is the case, and the sin is, in fact, just as bad for both parties, why is the passage worded in this funny way?
17. Tentu, saya tidak bisa menjawab hanya dengan senyuman. Saya juga tak bisa hanya bilang: Biasa teks-teks kuno (ancient texts) memang cenderung bersikap begitu terhadap kaum perempuan. Bisakah anda bantu menjawab? Saya akan sangat mengapresiasi penjelasan anda.
18. Minggu depan kita akan diskusikan pluralisme agama dalam al-Qur’an dengan membaca al-Qur’an surat al-Ma’idah. Stay tuned. Maturnuwun...
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Keep Current with Mun'im Sirry

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!