, 30 tweets, 6 min read
My Authors
Read all threads
4 filsuf yang menyadari bahwa mereka sepenuhnya salah tentang banyak hal!

Filsuf seringkali menyajikan karyanya seolah-olah segala sesuatu yang sebelumnya salah. Tapi, apa yang terjadi ketika para filsuf menyadari bahwa karya mereka sendiri yang salah?

- a thread!
Namanya manusia, filsuf juga pasti bisa salah dan ketika seseorang mengakui bahwa dirinya salah, itu bisa saja menjadi bukti bahwa seseorang itu merupakan filsuf sejati. Begitu pula dengan kita!
Sementara sebagian besar filsuf membuat sedikit penyesuaian pada argumen mereka untuk mengoreksi kesalahan, yang lain membuat perubahan besar dalam pemikiran mereka.

Hari ini, kita akan membahas 4 orang filsuf!
1. Robert Nozick

Filsuf asal Amerika ini dikenal sebagai filsuf yang menulis buku filsafat politik berjudul Anarchy, State, and Utopia. Dalam buku tersebut, ia mengemukakan negara minimalis yang tak pernah melanggar kebebasan pribadi.
Pada satu titik, ia merenungkan bagaimana pajak penghasilan saat ini mirip dengan perbudakan part-time, karena seorang pekerja dibayar dengan upah dan sebagiannya diberikan kepada negara. Bagi Nozick, negara idealnya takkan memiliki pajak apapun!
Dalam buku lainnya berjudul The Examined Life, beliau membahas topik-topik mulai dari seks, kematian, dan politik (lagi). Ia merefleksikan buku sebelumnya dan melakukan penyesuaian sikap (walaupun tidak kentara, tetapi penting).
Ia tak mengubah posisinya secara mendasar, tetapi mengakui ada masalah dengannya. Ia mendukung gagasan bahwa negara dapat melarang diskriminasi terhadap berbagai kelompok, mengakui bahwa perwujudan kebebasan pribadi mungkin memerlukan upaya kelompok yang diamanatkan, (1/2)
(2/2) dan menyerah pada penggunaan perpajakan/sumbangan yang diamanatkan kepada badan amal tertentu sebagai sarana untuk memastikan masyarakat terus berfungsi.
Dalam wawancara beberapa waktu setelahnya, ia meyakinkan para pembaca bahwa ia tak meninggalkan libertarianisme, tetapi mengambil tepi dari beberapa pandangan garis keras.
2. Ludwig Wittgenstein

Seperti banyak thread Logos yang ngebahas beliau, Wittgenstein bisa dikatakan sebagai filsuf dengan perubahan paling radikal yang pernah ada!

Ia awalnya menulis buku berjudul Tractatus.
Dalam buku itu, ia berpendapat bahwa ketika kita berkomunikasi dengan orang lain, kita menggunakan kata-kata untuk meletakkan "gambar/pictures" dalam pikiran mereka.

Ketika menulis "jus ini punya 2 es batu di dalamnya", kita langsung dapat membayangkan dengan jelas, kan?
Kita dapat membayangkan sesuatu dengan jelas apabila kata-kata yang digunakan ketika menulis jus tersebut jelas juga.

Buku ini mendukung positivisme logis dan memecahkan beberapa masalah yang dimilikinya sehingga membuat para filsuf Vienna Circle senang!
Wittgenstein pun bangga dengan karyanya dan ia yakin bahwa beliau telah memecahkan filsafat dengan mereduksi semua masalah menjadi semantik (linguistik). Ia kemudian pensiun menulis selama beberapa tahun, tetapi kemudian ia berubah pikiran!
Setelah kematian beliau, buku lainnya yang berjudul Philosophical Investigation diterbitkan. Buku ini mengungkapkan gagasan yang Wittgenstein miliki di akhir hidupnya, yang bertentangan dengan karya Tractatus.

Ia bahkan menulis, "the author of the Tractatus was mistaken."
Dalam buku tersebut, Wittgenstein berpendapat bahwa bahasa ialah rangkaian permainan. Ketika kita berbicara dengan orang lain, kita menggunakan kata-kata tertentu untuk menyampaikan makna tertentu.

Satu-satunya cara seseorang dapat memahami orang lain ialah jika seseorang (1/2)
(2/2) tersebut memahami aturan apa yang saat ini dimainkan oleh orang lain dan bagaimana kata-kata tersebut digunakan dalam kaitannya dengan aturan tersebut.

Misalnya, ketika saya menulis "Logos pinter banget", itu bisa saja dalam arti positif/sinis/berbohong/hiperbola!
Jadi, kita harus mengetahui terlebih dahulu "permainan" apa yang dimainkan orang lain untuk memahami orang sepenuhnya. Apa bener dia bilang Logos pinter, atau itu hanya sarkasme?

Nah, ini berbanding terbalik dengan Tractatus dengan positivisme logisnya ya!
3. Jean-Paul Sartre

Dalam karya-karya awalnya, Sartre memperkenalkan kita pada gagasan tentang kebebasan absolut manusia. Meski ia mengakui bahwa kita dibatasi oleh beberapa keadaan fisik & sosial, ia menempatkan manusia sepenuhnya pada kebebasan mutlak dan "dikutuk untuk bebas"
Kebebasan radikal semacam ini dicontohkan oleh orang yang memahami bahwa mereka sendirilah yang bertanggung jawab atas pilihan mereka dan tahu bahwa mereka memiliki sedikit batasan pada apa yang dapat mereka pilih untuk dilakukan.
Meski Sartre mengakui bahwa batasan sosial, ekonomi, dan fisik itu ada dalam kebebasan manusia, seiring berjalannya waktu, batasan yang ia akui menjadi lebih banyak. Hal ini sebagian disebabkan oleh pengaruh Simone de Beauvoir dan pergaulannya dengan kaum kiri Prancis.
Perubahannya bukanlah perubahan radikal dalam pemikiran beliau dan lebih merupakan evolusi dalam pemahaman Sartre tentang sisi praktis karyanya. Namun, karena pemahamannya tentang bagaimana batasan sosial & ekonomi pada kebebasan kita untuk memilih meningkat, Sartre mulai (1/2)
(2/2) berhenti mengidentifikasikan dirinya sebagai eksistensialisme murni dan secara terbuka menyatakan dirinya sebagai anarkis.

Pernyataan menarik dari orang yang menyatukan eksistensialisme ya.
4. Jean Meslier

Filsuf sekaligus pastor Katolik di Perancis pada abad ke-17 ini ditemukan menulis lebih dari 600 halaman buku yang mempromosikan ateisme setelah kematian beliau. Halaman yang ditemukan dalam kamarnya ini akhirnya diterbitkan dengan judul "Testament".
Di dalam buku tersebut, ia mendeskripsikan semua agama sebagai "kastil di udara", dan teologi sebagai "ignorance akan penyebab alam menyebabkan pereduksian sebuah sistem."

Ia menemukan bahwa masalah kejahatan tak dapat dipecahkan, menyangkal adanya kehendak bebas dan jiwa.
Ia juga menambahkan bahwa bangsawan dan pendeta pantas untuk disembelih atas nama kebenaran dan keadilan. Baginya, agama Kristen hanyalah alat untuk memastikan kepasifan kelas bawah terhadap ketidakadilan yang harus dilawan.
Meslier pun menganjurkan proto-komunisme sebagai solusi atas ketidakadilan sosial. Dalam bukunya, ia mengakui bahwa ia masuk seminari untuk menyenangkan orang tua beliau.

Hal ini tentunya bertentangan dengan hidup pengabaran Injilnya yang berlangsung selama 40 tahun.
Sumber: bigthink.com/scotty-hendric…

Diterjemahkan dan disunting oleh @NathPribady
Pengen tahu artikel, video, webinar, dan segala sesuatu yang baru dari Logos? Join channel Telegram kita aja di t.me/logos_id! Ga spam kok santai!
Thread terkait mengenai Wittgenstein dan Metode Berfilsafat
Thread terkait mengenai Jean-Paul Sartre
Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh.

Keep Current with Logos ID

Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

Twitter may remove this content at anytime, convert it as a PDF, save and print for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video

1) Follow Thread Reader App on Twitter so you can easily mention us!

2) Go to a Twitter thread (series of Tweets by the same owner) and mention us with a keyword "unroll" @threadreaderapp unroll

You can practice here first or read more on our help page!

Follow Us on Twitter!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3.00/month or $30.00/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!