Dalam naskah pantun saat musuh sudah mendekati ibukotapun, nilekendra masih asyik dgn kehidupan pribadinya.
Semua pejabat kerajaan diperintahnya untuk mengamankan semua barang-barang kerajaan.
Serbuan musuh dgn jumlah yg berkali-kali lipat lbh banyak dari pasukan kerajaan terus menekan dan mendesak.
Perang mundur, perang sambil meniggalkan kerajaan dan ibukota. Pasukan nilakendra terdesak ke arah barat.
Istana dan semua yang ada hancur terbakar, hingga berhari-hari bara api dan asap masih terlihat dr jauh.
Dikisahkan segala doa dan upaya dari musuh saat itu sama sekali tdk mampu menembus keangkeran hutan citorek.
Dihutan inilah nilakendra dan anaknya yang bernama ki hyang santang aria cakrabuana terpisah.
Wilayah inilah yang disebut dan dikenal dgn nama lebak cawene.
Ditempat inilah putri tertuanya nyi putri purnamasari memutuskan utk tinggal dan kemudian tempat ini dikenal palabuhan nyi ratu.
Perjalanan romobongan raja nilakendra dilanjutkan dan akhirnya mereka sampai di tegal buleud.
Sampai tiba waktu kapal jadi dan siap berlayar, raja dan rombongan bersiap-siap dan memutuskan akan berlayar esok hari.
Gelombang itu menghacurkan kapal tidak bersisa.
Raja sangat murka dan kembali di ingatkan oleh lengser bahwa niat mereka tidak mendapat izin dari Yang Maha Kuasa.
Terjadi perdebatan hingga akhirnya raja nilakendra menerima semua yg terjadi.
Namun semua rombongan yang ada ingin tetap mengikuti kemana pun raja pergi.
Akhirnya disinilah raja nilakendra mengucapkan uga yg dikenal wangsit siliwangi.
Nilakendra seburuk-buruknya dalam memimpin kerajaan sunda pajajaran saat itu namun pd akhirnya tetap dikenang krn keteguhannya dlm mempertahankan keyakinan bangsa sunda saat itu.
"MENDING PEUNGGAS MANAN PITES"
(LEBIH BAIK HANCUR DARI PADA HIDUP TERHINA JADI ORANG/BANGSA TAKLUKAN)
Sikap sama yg diambil linggabuana yang hancur musnah di tanah majapahit.
Namanya ttp harum, namanya menjadi kerinduan bangsa sunda.
Nlakendra Raja Sunda Pajajan yg kalah perang melawan 3 kerajaan (banten, cirebon dan demak)
Namun kekalahannya menjadi rebutan pengakuan (turunan) bagi dua kerajaan itu.