Thread by @adiawae

"Pun, Sadu sadat Sunda, tuan katata tuan katepi, selam larang teu ka sorang, tuan urang aji Pakwan, Hung Ahung!"

Diatas ikrar orang kanekes (baduy) yg mereka ucapkan setiap tahun dalam upacara kawalu di Sasaka Pada Ageung.

Sejak ratusan tahun lalu, ikrar tersebut mereka ucapkan hingga saat ini.

Ada dua kata yg mencirikan pd islam. Sadat = sahadat dan Selam = islam.

Sejak kapan sih ikrar ini mereka ucapkan?

Ikrar tersebut mereka ucapkan sejak setelah hancurnya Pajajaran.

Kok bisa? Pdhal di ikrar tersebut ada disebut Pakwan (pakuan) sebutan ibukota Pajajaran?

"Tuan urang aji Pakwan" artinya "pemimpin kami penguasa di pakuan"

Kenapa setelah pajajaran hancur dan berarti tidak ada lagi penguasa di pakuan kok mereka masih setia pd pemimpinnya dgn mengucapkan ikrar tersebut?

Pernah dengar kisah Pucuk Umun?

Salah satu tangtu kanekes (lbh dikenal panglima baduy) yg berperang dgn maulana hasanudin?

Banyak versi cerita ttg Pucuk Umun. Namun intinya terjadi peperangan antara masyarakan kanekes dengan masyarakat banten dahulu.

Oleh karena itu lah ikrar terucap.

"Selam larang teu kasorang = agama islam tidak teralami/diterima"

Ikrar tersebut juga sebagai penolakan pada masyarakat kanekes pd usaha mengislamkan mereka dahulu.

Perang berulang terjadi dari mulai perang langsung hingga perang tdk langsung.

Kanekes ya akhirnya kalah. Hingga akhirnya mereka melakukan seba ke banten.

Tapi memang kekalahan tdk sampai merubah kayakinan mereka. Tapi bukan berarti tekanan pd keyakinan mereka berhenti.

Sebagai jalan "damai" maka dibuatlah perjanjian (sebetulnya bukan perjanjian damai sih tp penaklukan)

Isinya ya mengatur masyarakat kanekes dgn segala batasan.

1. Tidak boleh lebih dari 40 keluarga, 2. Tidak boleh menggunakan
cangkul
3. Tidak boleh bersawah
4. Hanya diperbolehkan terdapat tiga kampung
5. Membayar upeti kepada Sultan Banten

5 perjanian ini sbg bentuk pengakuan mereka atas kekuasaan banten.

Peraturan lainnya yg sempat ada adalah kewajiban membaca syahadat Nabi Muhammad pada setiap pernikahan masyarakat kanekes.

Untuk terjaminnya peraturan ini terlaksana maka banten mengutus utusan sbg penghulu/pengawas diantara masyarakat kanekes yaitu yg menempati cikakal girang.

Masihkan peraturan itu berlaku?

Sejak belanda datang dan menjajah Indonesia, beberapa kali peneliti datang ke kanekes dan akhirnya menghapus peraturan tersebut (memerdekakan kanekes)

Hanya tinggal seba yg masih berlangsung dan tradisi meminta izin ke cikakal girang saja.

Setelah itu masyarakat kanekes lebih percaya diri membawa identitasnya sebagai penganut sunda wiwitan seperti dahulu awalnya.

Lalu sebuah keadaan menjungkir balikan "kepedean" mereka membawa nama sunda wiwitan dan menambahkan selam didepan sunda wiwitan.

Tragis sih. Tp mereka ga ambil pusing kok.

Selam yg dahulu mereka tolak kini mereka gunakan sebagai identitas keyakinan mereka.

Dan ini malah terjadi di tahun 1990 an.

Dengan penambahan selam/slam apa berarti sekarang mereka menerima dan menjadi Islam?

Ya ga juga mereka ttp berkeyakinan dan menjalankan laku sunda wiwitan, walaupun kalau mereka ditanya jawabnya iya iya aja, mirip, beda jalan dll dgn islam.

Lalu kenapa pakai selam/slam?

Mereka menghindari terbawa bawa karena kemunculan penganut "sunda wiwitan" baru yg dahulu sbg penganut madrais atau jasun (jawa sunda) di kuningan jabar.

Penggantian atau pengakuan kelompok keyakinan ini cukup buat para tangtu kanekes galau.

Mereka takut terjadi hal tidak baik, mereka capek kali ya. Sdh lama banget pake perang, ditekan dll krn sbg penganut sunda wiwitan.

Eeeeh skrg ada new sunda wiwitan.

Akhirnya ya udh deh tambahin slam aja, jd slam sunda wiwitan.

Sekooy kata mereka, artinya santuy aja deh gpp jd slam sunda wiwitan.

Sekian.