Bulan Rabi’ul Awwal Bulan Kelahiran Nabi Agung Sayyidina Habibina wa Syafieena wa Qurataaayunina Muhammad SAW
Ikuti Kisah Rasulullah Setiap Hari Sepanjang Bulan Rabi’ul Awwal
KISAH RASULULLAH SAW
Bagian Perama
بسم الله الرحمن الرحيم
Nenek Moyang Nabi Muhammad SAW
Salah seorang nenek moyang Nabi Muhammad SAW bernama Hasyim bin Abdul Manaf. Ia adalah pemuka masyarakat dan orang yang berkecukupan. Masyarakat Mekah mematuhi dan menghormatinya.
"Wahai penduduk Mekah, aku membagi perjalanan kalian menurut musim. Jika musim dingin tiba, pergilah berdagang ke Yaman yang hangat. Jika musim panas, giliran kalian pergi ke Syam yang sejuk!"
demikian keputusan Hasyim.
Hasyim tambah disayangi penduduk Mekah karena pada suatu musim kemarau yang mencekam, ia pernah membawa persediaan makanan dari tempat yang jauh Padahal, saat itu makanan amat sulit didapat
"Terima kasih, wahai Hasyim! Engkau menolong kami dengan pemberian makanan ini!" seru penduduk Mekah
Di bawah kepemimpinan Hasyim, Mekah berkembang menjadi pusat perdagangan yang makmur. Pasar-pasar didirikan sebagai tempat berniaga kafilah-kafilah dagang yang datang dan pergi silih berganti, baik pada musim panas maupun pada musim dingin.
Demikian pandainya penduduk Mekah berdagang, sampai-sampai tidak ada pihak lain yang mampu menyaingi mereka.
Akan tetapi, di samping kemajuan yang besar itu, masyarakat Arab juga mengalami kemunduran luar biasa.
Itulah sebabnya mereka dijuluki masyarakat jahiliah alias masyarakat yang diliputi kebodohan. Itulah juga sebabnya sampai Allah mengutus rasul terakhir-Nya di tempat ini.
Pembagian Urusan
Beberapa jabatan pemerintahan di Mekah di antaranya:
Hijabah : Pemegang kunci Ka'bah
Siqayah : Penyedia air dan makanan buat para peziarah
Rifadah : Mengatur pembagian dana dari orang kaya untuk fakir miskin
Qiyadah: Mengatur urusan peperangan
Percaya Takhayul
"Oh, tidak! Burung itu terbang ke kiri! Aku pasti akan tertimpa sial!" umpat seseorang, orang itu kebetulan melihat seekor burung yang terbang di atas kepalanya berbelok ke arah kiri.
Sepanjang hari itu, dia jadi murung karena yakin bahwa dia bernasib sial walaupun belum tahu kesialan macam apa yang akan menimpanya.
Orang-orang Arab pada masa jahiliyah amat percaya pada takhayul.
Contohnya, mereka percaya jika burung yang mereka lihat terbang ke kiri, nasib sial akan menimpa mereka. Sebaliknya jika burung kebetulan terbang ke kanan, nasib baik akan datang. Kepercayaan semacam ini disebut At Tathayyur
Selain itu, mereka percaya bahwa jika seseorang mati, rohnya akan menjadi burung. Mereka juga percaya bahwa di dalam perut manusia ada ular. Ular inilah yang menggigit di dalam perut sehingga orang merasa lapar.
"Lihat cincin tembagaku ini" kata seorang kepada temannya dengan bangga "Cincin ini adalah pemberian seorang dukun kepadaku. Tidak sia-sia aku memberinya uang banyak agar membuatkan cincin ini, jangan coba-coba menantangku berkelahi.Berkat cincin ini, aku merasa jauh lebih kuat!"
Masih banyak kebodohan serupa yang mereka perlihatkan. Mereka juga amat taat menyembah berhala-berhala berbentuk patung. Jika mereka meminta pertolongan kepada berhala, tidak segan-segan mereka mengorbankan binatang ternak dan mengoleskan darahnya di tubuh berhala.
Bahkan mereka terkadang sampai hati mengorbankan anak- anaknya sendiri demi mengharap keridhaan berhala.
Selain melakukan kebodohan-kebodohan itu, mereka masih melakukan banyak sekali hal hal yang merusak.
Awal Mula Penyembahan Berhala
Awal mula penyembahan berhala di Mekkah, ketika seorang bernama Amar bin Luhay membawa berhala besar bernama Hubal yang dibelinya dari daerah Syam. Di Mekkah, berhala Hubal ditaruh di Ka'bah dan disuruhnya orang orang datang menyembahnya.
Menjelang menaklukkan Mekkah oleh Nabi Muhammad saw. Ka'bah dipenuhi oleh tiga ratus enam puluh berhala yang terbuat dari batu, kayu, perak, bahkan emas.
Gemar Mabuk dan Berjudi
Bangsa Arab pada masa itu sangat gemar meminum arak. Hampir semua orang adalah peminum kecuali beberapa saja yang tidak.
Para pelayan datang membawakan baki dan botol-botol minuman. Orang orang datang berkumpul sambil tertawa.
Para penari datang disambut tepukan dan sorak sorai. Ketika minuman mulai membuat mereka mabuk, seseorang kembali berseru, "Bawakan alat alat judi kemari!"
Orang pun membawakan alat-alat judi berupa bilah-bilah kayu dan sebuah kantung kulit. Beberapa ekor unta dipotong, yang kalah berjudi harus membayar unta-unta tersebut. Selain berjudi dengan memotong unta, mereka juga berjudi dengan bermacam macam cara.
Demikianlah minum sambil berjudi adalah kebiasaan yang amat digemari oleh bangsa Arab saat itu.
Bahkan, setelah Nabi Muhammad SAW mengajarkan Islam, masih banyak pemeluk baru agama Islam yang masih suka meminum arak sampai turunlah perintah Allah yang berangsur-angsur mengharamkan orang meminum minuman keras.
Barm
Judi memotong unta adalah judi yang paling digemari orang Arab Jahiliyah. Bilah-bilah kayu dikocok dalam kantung dan dibagikan. Orang yang mendapat undi kosong dinyatakan kalah dan harus membayar unta yang dipotong.
Daging unta kemudian dibagikan kepada fakir miskin. Orang yang tidak suka berjudi semacam ini dipandang sebagai seorang kikir, yang biasa disebut barm
Perampok Kejam dan Tidak Sopan
Mencuri dan merampok saat itu adalah hal yang biasa. Hanya sebagian kecil saja orang yang tidak pernah melakukannya. Perampok pun bukan cuma mengincar harta dan benda, tetapi juga orang yang dirampok.
Perampok biasa menjadikan orang orang yang telah dirampoknya menjadi tawanan dan budak belian.
Saat itu perilaku bangsa Arab amat kejam, sampai melewati batas perikemanusiaan. Anak-anak perempuannya sendiri mereka bunuh.
Ada yang dikubur hidup hidup ke dalam tanah, ada pula yang ditaruh dalam tong dan diluncurkan dari tempat yang tinggi. Mereka malu jika mempunyai anak perempuan
Mereka juga suka menyiksa binatang. Jika seseorang mati, keluarganya mengikat unta diatas kuburan dan tidak memberikan makan serta minum sampai si unta mati. Mereka beranggapan unta itu kelak akan menjadi tunggangan si mati.
Musuh yg tertangkap diperlakukan sangat kejam. Mereka biasa mengikat musuh pada seekor kuda dan membiarkan kuda tersebut berlari sehingga orang yg diikat itu mati terseret-seret. Telinga atau hidung musuh yg kalah dijadikan kalung, serta tengkorak nya dijadikan tempat minum arak.
Orang jahiliyah juga tidak mengenal sopan santun, Mereka biasa berkeliling Ka'bah tanpa memakai pakaian.
Begitulah kebiasaan Orang Orang Arab saat itu. Mereka adalah bangsa yang maju perdagangannya, pandai membuat perkakas, membuat obat, ahli astronomi, serta mahir bersyair.
Namun mereka juga mempunyai kebiasaan buruk
Dalam urusan makan dan minum pun tidak ada yang dilarang. Segala macam binatang boleh dimakan. Binatang yg sudah mati pun disayat dagingnya, dibakar, dan dimakan. Mereka juga suka meminum darah, binatang dan makanan darah yg dibekukan.
Muthalib
Suatu hari, Hasyim pergi berdagang menuju Syam. Ketika melewati Yatsrib, (di kemudian hari disebut Madinah), Hasyim melihat seorang wanita baik-baik dan terpandang.
"Siapakah wanita itu?" tanya Hasyim kepada orang-orang Yatsrib.
"Dia adalah Salma binti Amr."
"Suaminya telah tiada. Kini dia seorang janda."
Mendengar itu, Hasyim melamar Salma dan Salma pun menerimanya. Mereka lalu menikah. Hasyim tinggal di Yatsrib beberapa lama. Ketika Salma mengandung, Hasyim melanjutkan perniagaannya.
Namun, itulah kali terakhir Salma melihat suaminya karena Hasyim tidak pernah kembali lagi. Ia meninggal dunia di Palestina.
Salma melahirkan seorang anak laki-laki yang kemudian diberi nama Syaibah.
Sementara itu, sepeninggal Hasyim, kedudukannya sebagai pemuka masyarakat Mekah dipegang oleh adik Hasyim yang bernama Al Muthalib.
Al Muthalib juga seorang laki-laki terpandang yang dicintai penduduk Mekkah.
Orang-orang Quraisy menjulukinya dengan sebutan Al Fayyadh yang berarti Sang Dermawan.
Suatu hari, dia mendengar bahwa Syaibah, keponakannya yang tinggal di Yatsrib, sedang tumbuh remaja.
"Aku harus menemuinya," pikir Al Muthalib
"dia adalah anak kakakku. Dulu ayahnya adalah pemuka Mekah, maka dia harus pulang untuk melanjutkan kekuasaan ayahnya menggantikan aku."
Ketika Al Muthalib bertemu Syaibah di Yatsrib, dia tersentak,
"Anak ini benar-benar mirip Hasyim."
"Mari Nak, ikut Paman ke Mekah," peluk Al Muthalib.
"Tetapi, jika ibu tidak mengizinkan pergi, aku akan tetap tinggal di sini," jawab Syaibah
Syaibah
Nama Syaibah diberikan karena ada rambut putih (uban) di kepalanya sejak dia kecil. Selain Syaibah, Hasyim telah memiliki empat putra dan lima putri yang tinggal di Mekkah.
ABDUL MUTHALIB
"Tidak. Aku tidak akan membiarkannya pergi" jawab Salma.
"Dia buah hatiku satu-satunya. Wajahnya lah yang senantiasa mengingatkan aku akan wajah ayahnya".
"Aku juga menyayangi Hasyim", jawab Al Muthalib,
"bukan cuma aku, tetapi penduduk kota Mekah juga menyayanginya. mereka pasti akan senang sekali menyambut kedatangan putra Hasyim. Begitu melihat wajah anak ini, rasa sayangku timbul kepadanya.
Seolah-olah aku melihat Hasyim hidup kembali & berdiri di hadapanku
Izinkan aku membawanya pergi. Sesungguhnya Mekah adalah kerajaan ayahnya & Mekah adalah tanah suci yg di cintai oleh seluruh bangsa Arab. Tidakkah pantas putramu pergi ke sana & melanjutkan pemerintahan ayahnya?"
Salma memandang Syaibah dengan mata berkaca-kaca. Hatinya ingin agar putra satu-satunya itu tetap tinggal di sisinya. Namun, ia tahu masa depan Syaibah bukan di Yatsrib, melainkan di Mekkah. Akhirnya, ia pun mengangguk, "Baiklah, kuizinkan ia pergi."
Dengan amat gembira, Al Muthalib mengajak keponakannya itu pulang. Syaibah duduk membonceng unta di belakang pamannya.
Ketika mereka tiba di Mekkah, orang-orang menyangka bahwa anak yang duduk di belakang Al Muthalib adalah budaknya.
"Abdul Muthalib (Budak Al Muthalib)! Abdul Muthalib!" panggil mereka kepada Syaibah.
"Celaka kalian! Dia bukan budakku, dia anak saudaraku, Hasyim!"
Namun, orang-orang telanjur menyebutnya demikian sehingga akhirnya nama Syaibah pun terlupakan. Setelah itu, dia dikenal dengan nama Abdul Muthalib. Yang kelak menjadi kakek Nabi Muhammad SAW
(Bersambung Besok Bagian 2)
🙏🏿🌹
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
“Maju! Maju! Apa yang terjadi padamu?" bentak Abrahah pada tunggangannya.
“Dalam berbagai medan pertempuran, belum pernah kamu mengecewakan aku seperti ini! Kamu bahkan tampak ketakutan. Ada apa sebenarnya?"
“Paduka! Ada yang datang dari arah laut!" teriak seorang prajurit sambil menunjuk-nunjuk panik.
Saat itulah, dari arah laut, Allah mengirim kawanan burung yang kepakan sayapnya menutupi sinar matahari seperti iringan awan mendung yang bergerak cepat.
Burung-burung itu menjatuhkan batu-batu menyala ke arah pasukan gajah. Dengan panik setiap orang berusaha menyelamatkan diri, tetapi sia-sia. Semua orang, termasuk Abrahah, mati.
Peristiwa ini Allah SWT abadikan dalam Surah Al-Fil
KETAMPANAN NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU 'ALAIHI WA SALLAM
Di dalam Kitab Al-Mahabbah karya Imam al-Ghozali disebutkan
bahwa Imam Muhammad bin Asy'ats berkata pada masa Nabi Yusuf Alaihissalam,
penduduk Mesir pernah hidup selama empat bulan tanpa makanan.
Jika mereka lapar, mereka cukup memandang Nabi Yusuf as sehingga ketampanannya menjadikan mereka lupa akan rasa laparnya
Bahkan ada yang lebih dari itu
Pernah terjadi dimana sekumpulan perempuan mengiris-ngiris jarinya tanpa terasa, karena takjub melihat ketampanan Nabi Yusuf as
Di lain keterangan,
Abuya Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki dalam Kitabnya, Muhammad Insanul Kamil
mengatakan bahwa persentase ketampanan,
keindahan dan keelokan yang Allah Ta'ala turunkan ke alam ini dibagi menjadi beberapa bagian,
Setelah tumbuh dewasa, Abdul Muthalib pun menjadi seorang pemuka Mekah sebagaimana Hasyim, bapaknya.
Sementera itu, ketika Hasyim meninggal, hartanya dikuasai oleh Naufal, adiknya yang terkecil.
Setelah dewasa, Abdul Muthalib hendak meminta harta ayahnya, tetapi Naufal menolak. Abdul Muthalib pun meminta bantuan kerabat ibunya yang tinggal di Yatsrib Orang-orang Yatsrib mengirimkan 80 pasukan berkuda
Naufal pun ketakutan dan menyerahkan harta Hasyim kepada Abdul Muthalib
Pada zaman pemerintahannya, Abdul Muthalib melakukan sebuah perbuatan yang akan dikenang orang sepanjang zaman.
Sumber Air Mekah
Abdul Muthalib adalah pengurus air dan makanan bagi tamu-tamu yang datang ke Mekah.
KISAH SUAMI ISTRI
YAHUDI MASUK ISLAM
SETELAH MENDENGAR PEMBACAAN MAULID
Dikutib dari kitab Maulid Syaroful Anam
Syeikh Abdul Wahid bin Ismail bercerita, Bahwa di Mesir dahulu, ada seorang laki-laki yang setiap tahun mengadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
Sementara disebelah rumahnya ada tetangganya yang beragama Yahudi.
Isteri Yahudi ini berkata kepada suaminya:
مَابالَ جَارنا اﻟﻤسْلمُ ينفق مالاجزيلا في مثل هذا الشهر
"Mengapa, tetangga kita yang muslim itu, setiap bulan ini (Rabi'ul Awwal) membelanjakan harta yang banyak?"
Suami Yahudi itu menjawab;
انه يزعم ان نبيه ولد فيه، فهويفعل ذلك فرحة به وكرمة له ولمولده
"Itu adalah karena dia beranggapan bahwa dalam bulan inilah Nabinya dilahirkan, dia melakukan hal tersebut karena senang dengan Nabinya dan memuliakan hari kelahirannya.”
Hanya Iblis wa junduhu dan sekutunya sahaja yg tidak bergembira dengan Zahirnya Nabi saw hingga kiamat
Bulan Maulid adalah bulan yang kita rindukan, bulan yang mendatangkan keberkahan bagi alam semesta karena di bulan inilah tepatnya pada hari Senin, 12 Rabiul Awal tahun Gajah Sayyidina Rasulullah SAW dilahirkan.
Di bulan inilah penduduk muslim dunia bergembira menggelar maulidan, lantunan bacaan selawat saling bersahutan di udara, pembacaan Barzanji, Simtudhuror dan Diba' lebih ramai dari bulan-bulan sebelumnya, semua itu demi menghormati hari kelahiran Baginda Rasulillah saw
Yang Bersama di belakang Sayyidah Hubabah Fathimah Az-Zahra Melintasi Shirat
Saat di dunia Sayyidah Fatimah Az-Zahra binti Rasulullah saw menjaga pandangannya
Maka Allah swt memuliakan beliau disaat mana beliau ingin melintasi jembatan Sirath terdengar seruan berkata:
"Tunduklah pandangan kalian karena Fathimah binti Rasulullah SAW akan akan melintasi Sirath."
Pertanyaannya :
Apakah beliau melintasinya sendiri..?
Para Ulama'berpendapat :
Tidak, beliau tidak akan melintasi sendiri, di belakang beliau akan ada rombongan yang besar sebuah kafilah, yaitu para kaum wanita yang dulu mengikuti jejak Sayyidah Fathimah Az-Zahra Al-Bathul