Setelah tumbuh dewasa, Abdul Muthalib pun menjadi seorang pemuka Mekah sebagaimana Hasyim, bapaknya.
Sementera itu, ketika Hasyim meninggal, hartanya dikuasai oleh Naufal, adiknya yang terkecil.
Setelah dewasa, Abdul Muthalib hendak meminta harta ayahnya, tetapi Naufal menolak. Abdul Muthalib pun meminta bantuan kerabat ibunya yang tinggal di Yatsrib Orang-orang Yatsrib mengirimkan 80 pasukan berkuda
Naufal pun ketakutan dan menyerahkan harta Hasyim kepada Abdul Muthalib
Pada zaman pemerintahannya, Abdul Muthalib melakukan sebuah perbuatan yang akan dikenang orang sepanjang zaman.
Sumber Air Mekah
Abdul Muthalib adalah pengurus air dan makanan bagi tamu-tamu yang datang ke Mekah.
Setelah ratusan tahun Sumur Zamzam tertimbun, air harus didatangkan dari beberapa sumur yang terpencar-pencar di sekitar Mekah
Saat itu, Sumur Zamzam telah terkubur dan dilupakan orang selama ratusan tahun.
Namun, Abdul Muthalib tidak pernah lupa pada sejarah Mekah, bahwa dulu pernah ada mata air yang menghidupi Mekah, mata air yang memancar keluar oleh kaki Ismail
“Aku harus menemukannya!" pikir Abdul Muthalib. “Aku harus menemukan kembali Sumur Zamzam yang telah dilupakan orang!”
“Apalagi aku bertugas menyediakan air dan makanan bagi penduduk Mekah."
Pikiran seperti itu tidak pernah hilang dari benaknya, “Aku harus menemukannya! Aku harus menemukannya!"
Setelah itu, Abdul Muthalib mengambil tembilang (alat untuk menggali bertangkai panjang) dan memanggil putra satu-satunya, “Harits, temani ayah mencari dan menggali kembali Sumur Zamzam!"
Harits mengangguk. Kemudian, mereka mulai mencari di mana dulu letak Mata Air Zamzam berada. Setelah beberapa kali mencoba menggali di beberapa tempat, Sumur Zamzam tidak juga ditemukan.
“Ayah, mungkin Sumur Zamzam memang telah hilang," kata Harits.
“Tidak Nak, Ayah yakin Sumur itu masih ada! Kita harus menemukannya Orang-orang Mekah akan hidup lebih baik jika Sumur Zamzam ada di tengah kita!"
Dengan gigih keduanya pun terus mencari sumur Zam-Zam
Orang-orang Quraisy, penduduk asli Mekah,melihat perbuatan mereka dengan heran
“Mengapa engkau masih terus menggali, Abdul Muthalib? Bukankah dulu nenek moyang kita, Mudzaz bin Amr pernah menggalinya, tapi tidak berhasil?"
Abdul Muthalib menaruh tembilangnya dan duduk.
Ya, ratusan tahun yg lalu Mudzaz bin Amr mertua Nabi Ismail AS pernah mencoba menggali Zamzam tp tdk berhasil
Padahal, saat itu Mudzaz telah mempersembahkan sesaji berupa pedang dan pelana berpangkal emas agar Sumur Zamzam ditemukan
Bernadzar
Abdul Muthalib bernadzar, "Kalau saja aku mempunyai 10 anak laki-laki, kemudian setelah semuanya dewasa, aku tdk memperoleh anak lagi seperti ketika sedang menggali Sumur Zamzam maka salah seorang diantara 10 anak itu akan kusembelih di Ka'bah sebagai kurban utk Tuhan”
Ternyata takdir memang menentukan demikian. Abdul Muthalib akhirnya mendapat 10 orang anak laki-laki. Setelah semua anak berangkat dewasa, ia tidak lagi memperoleh anak. Dipanggilnya kesepuluh orang anak itu, termasuk si bungsu Abdullah yang amat disayangi dan dicintainya.
"Aku pernah bernadzar untuk menyembelih salah seorang di antara kalian jika Tuhan memberiku 10 orang anak laki-laki."
Kesepuluh anaknya terdiam. Mereka memahami persoalan itu. Mereka juga melihat kebingungan yang luar biasa di mata ayah mereka yang berkaca-kaca.
"Namun, aku tidak bisa menentukan siapa di antara kalian yang harus kusembelih. Oleh karena itu, aku berniat memanggil juru qidh (semacam hakim) untuk menentukannya."
Di hadapan patung dewa tertinggi Ka'bah, juru qidh (nanak panah) meminta setiap anak menulis namanya masing-masing di atas qidh. Kemudian, ia mengocok anak panah tersebut di hadapan berhala Hubal. Nama anak yang keluar adalah Abdullah.
Melihat itu, serentak orang orang Quraisy datang dan melarangnya melakukan perbuatan itu.
"Batalkan keinginanmu, wahai Abdul Muthalib! Mohon ampunlah kepada Hubal supaya kamu bisa membatalkan nadzarmu!"
Sanggupkah Abdul Muthalib menyembelih anak kesayangannya, apalagi tidak ada orang yang menyetujui niatnya itu?
Menemukan Zamzam
Malam harinya, dengan tubuh lelah, Abdul Muthalib tertidur. Tiba-tiba, dalam tidur, dia bermimpi mendengar suara yang bergema berulang-ulang,
“Temukan Sumur Zamzam itu, wahai Abdul Muthalib! Temukan Sumur Zamzam! Temukan..!”
Abdul Muthalib terbangun dengan keyakinan dan semangat baru. Esoknya, dia mengajak Harits menggali dan menggali lebih giat.
Rasa heran orang-orang Quraisy yang melihatnya berubah menjadi tawa.
"Kasihan Abdul Muthalib, mungkin dia sudah kehilangan akal sehatnya!" kata mereka satu sama lain.
Suatu saat, ketika mereka sedang menggali di antara berhala Isaf dan Na'ila, air membersit.
"Air! Harits! Lihat, ada air!" seru Abdul Muthalib saking kagetnya
"Ayo kita gali terus, Ayah! Ayo gali terus!"
Ketika mereka menggali lebih dalam, tampaklah pedang-pedang dan pelana emas yang pernah ditaruh oleh Mudzaz bin Amr dahulu. Melihat penemuan itu, orang orang Quraisy datang berbondong bondong.
"Abdul Muthalib, mari kita berbagi air dan harta emas itu!" pinta mereka.
“Tidak! Tetapi, marilah kita mengadu nasib di antara aku dan kamu sekalian dengan permainan qidh (anak panah). Dua anak panah buat Ka'bah, dua buat aku, dan dua buat kamu.
Kalau anak panah itu keluar, dia mendapat bagian. Kalau tidak, dia tidak mendapat apa-apa."
Usul ini disetujui. Juru qidh mengundinya di tengah-tengah berhala di depan Ka'bah. Ternyata, anak panah Quraisy tidak ada yang keluar. Pemenangnya adalah Abdul Muthalib dan Ka'bah.
Oleh karena itu, Abdul Muthalib dapat meneruskan tugasnya mengurus air dan keperluan para tamu Mekah setelah Sumur Zamzam memancar kembali.
Mengingat beratnya tugas itu. Abdul Muthalib sangat ingin agar dia mempunyai banyak anak laki-laki yang dapat membantunya
Pedang dan Pelana Emas
Abdul Muthalib memasang pedang pedang itu di pintu Ka'bah, sedangkan pelana pelana emas ditaruh di dalam rumah suci itu sebagai perhiasan.
TEBUSAN SERATUS UNTA
Dengan mem"baja"kan hati, Abdul Muthalib menuntun Abdullah menuju sebuah tempat di dekat sumur Zamzam yang terletak di antara dua berhala Isaf dan Na'ila. Di tempat itulah biasanya orang orang Mekah melakukan pengurbanan hewan untuk dewa-dewa mereka.
Namun, masyarakat semakin keras menghalangi Abdul Muthalib melakukan niatnya. Akhirnya, kekerasan hatinya pun luluh.
“Baiklah, tetapi apa yang harus kulakukan agar berhala tetap berkenan kepadaku?"
“Kalau penebusannya dapat dilakukan dengan harta kita, kita tebuslah," kata Mughirah bin Abdullah dari suku Makhzum.
Setelah diadakan perundingan, mereka sepakat menemui seorang dukun di Yatsrib.
“Berapa tebusan kalian?" tanya dukun wanita itu.
"Sepuluh ekor unta."
“Kembalilah ke negeri kalian. Sediakan tebusan 10 ekor unta. Kemudian undi antara unta dan anak itu. Jika yang keluar nama anakmu, tambahlah jumlah untanya, kemudian undi lagi sampai nama unta yang keluar."
Mereka pulang dengan lega dan segera mengundi dengan anak panah. Ternyata yang keluar adalah nama Abdullah. Mereka menambahkan tebusan unta dan mengundi lagi. Ternyata, lagi-lagi nama Abdullah yang keluar. Demikianlah, Abdul Muthalib menambah dan menambah terus jumlah unta.
Ketika jumlah unta sudah mencapai 100 ekor, barulah nama unta yang keluar.
“Dewa sudah berkenan," seru orang-orang.
"Tidak,” bantah Abdul Muthalib. “Harus dilakukan sampai 3 kali."
Akhirnya, setelah 3 kali dikocok, yang keluar adalah nama unta. 100 ekor unta itu pun disembelih dan dibiarkan begitu saja tanpa disentuh manusia dan hewan karena mereka beranggapan bahwa unta itu untuk dewa.
Keturunan Dua Orang yang Disembelih
Diriwayatkan dari Rasulullah bahwa beliau bersabda;
“Aku adalah anak dua orang yang disembelih."
Yang dimaksud oleh beliau (SAW) adalah Nabi Ismail nenek moyangnya, dan Abdullah ayahnya.
Si Penguasa Yaman
Saat Abdul Muthalib memimpin Mekah, ada sebuah peristiwa dahsyat. Kejadian ini bermula dari Yaman, sebuah negeri yang terletak jauh di sebelah selatan Mekah. Saat itu, Yaman diperintah oleh seorang penguasa bernama Abrahah Al Asyram.
“Aku tidak habis pikir, mengapa setiap tahun seluruh bangsa Arab datang ke tanah Mekah?" seru Abrahah kepada para menterinya.
“Paduka tahu, di sana ada sebuah bangunan bernama Ka'bah. Bangunan tua itu begitu disucikan oleh penduduk Jazirah Arab sehingga mereka tidak dapat berpaling darinya. Ke sanalah mereka pergi beribadah menyembah para dewa sepanjang tahun," jawab salah seorang menteri.
“Apa istimewanya bangunan tua yang terbuat dari batu kasar itu? Aku ingin negeri kita, Yaman, mempunyai sebuah rumah suci yang akan membuat bangunan tua di Mekah itu menjadi tidak berarti lagi dan dilupakan orang!"
“Namun, apa mungkin kita bisa membuat rumah suci baru yang bisa menandingi Ka'bah?"
“Mengapa tidak? Buat sebuah gereja yang sangat indah! Hiasi dengan perlengkapan paling mewah yang kita miliki! Gerbang emas, jendela perak, lantai pualam yang berkilau!
Semuanya! Kerahkan seluruh ahli bangunan! Aku ingin gereja itu selesai dalam waktu singkat!"
Tidak lama kemudian, berdirilah sebuah gereja seindah yang diinginkan Abrahah. Sang Penguasa Yaman itu mengunjunginya dengan rasa puas.
“Lihat, tidak lama lagi, seluruh orang Arab akan datang ke sini!"
kata Abrahah kepada bawahannya
"bahkan orang orang Mekah akan melupakan rumah tua mereka begitu melihat bangunan seindah ini!"
Bendungan Ma'rib
Penduduk asli Yaman adalah kaum Saba. Sebelum datangnya Islam, negeri Yaman telah terkenal dengan kemajuan teknologi bangunannya. Salah satu bangunan yang amat terkenal adalah Bendungan Raksasa Ma'rib.
Ketika bangunan ini jebol, banjir besar melanda daerah sekitarnya sehingga para penduduk terpaksa pindah ke negeri lain.
Ternyata, apa yang diharapkan Abrahah tidak terjadi. Orang-orang Arab sudah sangat mencintai rumah purba Ka'bah sehingga mereka tidak dapat berpaling ke rumah suci yang lain, betapa pun indahnya bangunan itu dibuat.
Orang-orang Arab merasa ziarah mereka tidak sah jika tidak mengunjungi Ka'bah. Bahkan, penduduk Yaman sendiri tidak mengindahkan rumah suci baru itu. Seperti biasa, mereka tetap berbondong bondong berziarah ke Mekah.
“Tidak ada jalan lain!" geram Abrahah.
“Gerakkan pasukan gajah kita! Serbu dan hancurkan Ka'bah! Aku sendiri yang akan memimpin! Jika bangunan tua itu hancur dan rata dengan tanah, orang orang Arab tidak akan punya pilihan lain selain datang ke tempat kita!"
Sang Penguasa Yaman memang ditakuti orang karena pasukan gajah yang dimilikinya. Abrahah sendiri naik di atas gajah yang paling besar dan kuat.
“Maju!" perintahnya.
Terompet pun membahana dan bumi seolah-olah pecah oleh gemuruh pasukan yang maju ke medan perang.
Mendengar keberangka tan pasukan ini untuk menghancurkan Ka'bah, penduduk Jazirah Arab terkejut. Walaupun tahu pasukan Abrahah begitu kuat, jiwa kepahlawanan orang-orang Arab menjulang tinggi di hadapan musuh.
Dzu Nafar, seorang bangsawan Arab, mengerahkan masyarakatnya untuk menahan gerak maju Abrahah. Akan tetapi, ia dikalahkan dan ditawan
Nufail bin Habib Al Khath'ami memimpin pasukan Kabilah Syahran dan Nahis. Namun, ia juga dikalahkan dan dijadikan penunjuk jalan pasukan Abrahah
Al Qullayus
Al Qullayus adalah nama gereja yang dibangun Abrahah agar orang tidak lagi pergi ziarah ke Mekah, tetapi pergi ziarah ke gereja ini. Mengetahui maksud Abrahah ini, bangsa Arab marah karena kecintaan mereka pada Ka'bah sudah mendarah daging.
Sementara itu, seseorang dari suku Kinani malah pergi memasuki Al Qullayus dan membuat kerusakan di dalamnya. Peristiwa inilah yang memicu Abrahah untuk menghancurkan Ka'bah.
Sikap Penduduk Mekah
“Kita lawan mereka, Abdul Muthalib! Berikan peringatan kepada setiap orang untuk bertempur!"
Orang-orang Quraisy di Mekah panik. Mereka meminta pendapat Abdul Muthalib utk bertempur Abdul Muthalib tahu, sekeras apa pun mereka melawan, semuanya akan sia-sia.
Pasukan Mekah akan ditaklukkan. Karena itu, ia menjawab dengan bijak;
“Tidak, kita tidak akan mampu. Seorang utusan Abrahah telah tiba dan menyampaikan keterangan bahwa Abrahah tidak akan memerangi kita. Abrahah hanya ingin menghancurkan Ka'bah.
Kita akan selamat jika tidak menghalanginya. Aku sarankan semua orang pergi mengungsi ke gunung-gunung di sekeliling kota."
Abdul Muthalib kemudian mendatangi markas Abrahah bersama beberapa orang pemuka Mekah. (Kisah kejadian tsb pernah di kisahkan oleh guru kita Gus Baha)
“Kembalikan unta-unta kami yang dirampas pasukanmu," kata Abdul Muthalib kepada Abrahah.
“Akan kukembalikan unta-unta itu! Apakah ada hal lain yang engkau minta?" tanya Abrahah.
“Urungkan niatmu untuk menghancurkan Ka'bah. Jika engkau mau, kami akan berikan sepertiga harta dari daerah Tihama yang subur."
Abrahah menggeleng, “Tidak."
“Kalau begitu, kami serahkan pengamanan Ka'bah kepada Tuhan pemilik Ka'bah!" jawab Abdul Muthalib, lalu dia pergi.
“Kenapa kamu serahkan Ka’bah kepada Tuhan?”
Seru Abrahah
“Karena Ka’bah itu milik Tuhan, sedangkan unta-unta itu milik kami”
Abdul Muthalib menjawab
Kini kota Mekah kosong. Penduduknya telah mengungsi. Jalan lebar terbuka bagi Abrahah untuk menghancurkan Ka'bah yang letaknya sudah di depan mata.
Tidak ada yang mampu menghalangi kekuatan sebesar itu
Catatan:
Abrahah Al Asyram bukanlah penduduk asli Yaman. Ia datang dr negeri Habasyah di Afrika, kemudian menduduki Yaman. 70.000 pasukan Habasyah yg dipimpin Aryath berhasil mengalahkan Yaman Akan tetapi,Aryath kemudian dibunuh oleh Abrahah Sejak itulah Abrahah memerintah Yaman
Kehancuran Abrahah
Allah lah yg melindungi rumah suci-Nya. Ketika pasukan Abrahah bergerak mendekat, gajah Abrahah berhenti. Sekeras apa pun Abrahah memukulinya, gajah itu tetap duduk tenang, bahkan akhirnya berusaha berjalan lagi ke arah Yaman
Bersambung besok insya Allah 🙏🏿🌹
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
“Maju! Maju! Apa yang terjadi padamu?" bentak Abrahah pada tunggangannya.
“Dalam berbagai medan pertempuran, belum pernah kamu mengecewakan aku seperti ini! Kamu bahkan tampak ketakutan. Ada apa sebenarnya?"
“Paduka! Ada yang datang dari arah laut!" teriak seorang prajurit sambil menunjuk-nunjuk panik.
Saat itulah, dari arah laut, Allah mengirim kawanan burung yang kepakan sayapnya menutupi sinar matahari seperti iringan awan mendung yang bergerak cepat.
Burung-burung itu menjatuhkan batu-batu menyala ke arah pasukan gajah. Dengan panik setiap orang berusaha menyelamatkan diri, tetapi sia-sia. Semua orang, termasuk Abrahah, mati.
Peristiwa ini Allah SWT abadikan dalam Surah Al-Fil
KETAMPANAN NABI MUHAMMAD SHALLALLAHU 'ALAIHI WA SALLAM
Di dalam Kitab Al-Mahabbah karya Imam al-Ghozali disebutkan
bahwa Imam Muhammad bin Asy'ats berkata pada masa Nabi Yusuf Alaihissalam,
penduduk Mesir pernah hidup selama empat bulan tanpa makanan.
Jika mereka lapar, mereka cukup memandang Nabi Yusuf as sehingga ketampanannya menjadikan mereka lupa akan rasa laparnya
Bahkan ada yang lebih dari itu
Pernah terjadi dimana sekumpulan perempuan mengiris-ngiris jarinya tanpa terasa, karena takjub melihat ketampanan Nabi Yusuf as
Di lain keterangan,
Abuya Sayyid Muhammad bin Alwi Al-Maliki dalam Kitabnya, Muhammad Insanul Kamil
mengatakan bahwa persentase ketampanan,
keindahan dan keelokan yang Allah Ta'ala turunkan ke alam ini dibagi menjadi beberapa bagian,
KISAH SUAMI ISTRI
YAHUDI MASUK ISLAM
SETELAH MENDENGAR PEMBACAAN MAULID
Dikutib dari kitab Maulid Syaroful Anam
Syeikh Abdul Wahid bin Ismail bercerita, Bahwa di Mesir dahulu, ada seorang laki-laki yang setiap tahun mengadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW
Sementara disebelah rumahnya ada tetangganya yang beragama Yahudi.
Isteri Yahudi ini berkata kepada suaminya:
مَابالَ جَارنا اﻟﻤسْلمُ ينفق مالاجزيلا في مثل هذا الشهر
"Mengapa, tetangga kita yang muslim itu, setiap bulan ini (Rabi'ul Awwal) membelanjakan harta yang banyak?"
Suami Yahudi itu menjawab;
انه يزعم ان نبيه ولد فيه، فهويفعل ذلك فرحة به وكرمة له ولمولده
"Itu adalah karena dia beranggapan bahwa dalam bulan inilah Nabinya dilahirkan, dia melakukan hal tersebut karena senang dengan Nabinya dan memuliakan hari kelahirannya.”
Bulan Rabi’ul Awwal Bulan Kelahiran Nabi Agung Sayyidina Habibina wa Syafieena wa Qurataaayunina Muhammad SAW
Ikuti Kisah Rasulullah Setiap Hari Sepanjang Bulan Rabi’ul Awwal
KISAH RASULULLAH SAW
Bagian Perama
بسم الله الرحمن الرحيم
Nenek Moyang Nabi Muhammad SAW
Salah seorang nenek moyang Nabi Muhammad SAW bernama Hasyim bin Abdul Manaf. Ia adalah pemuka masyarakat dan orang yang berkecukupan. Masyarakat Mekah mematuhi dan menghormatinya.
"Wahai penduduk Mekah, aku membagi perjalanan kalian menurut musim. Jika musim dingin tiba, pergilah berdagang ke Yaman yang hangat. Jika musim panas, giliran kalian pergi ke Syam yang sejuk!"
Hanya Iblis wa junduhu dan sekutunya sahaja yg tidak bergembira dengan Zahirnya Nabi saw hingga kiamat
Bulan Maulid adalah bulan yang kita rindukan, bulan yang mendatangkan keberkahan bagi alam semesta karena di bulan inilah tepatnya pada hari Senin, 12 Rabiul Awal tahun Gajah Sayyidina Rasulullah SAW dilahirkan.
Di bulan inilah penduduk muslim dunia bergembira menggelar maulidan, lantunan bacaan selawat saling bersahutan di udara, pembacaan Barzanji, Simtudhuror dan Diba' lebih ramai dari bulan-bulan sebelumnya, semua itu demi menghormati hari kelahiran Baginda Rasulillah saw
Yang Bersama di belakang Sayyidah Hubabah Fathimah Az-Zahra Melintasi Shirat
Saat di dunia Sayyidah Fatimah Az-Zahra binti Rasulullah saw menjaga pandangannya
Maka Allah swt memuliakan beliau disaat mana beliau ingin melintasi jembatan Sirath terdengar seruan berkata:
"Tunduklah pandangan kalian karena Fathimah binti Rasulullah SAW akan akan melintasi Sirath."
Pertanyaannya :
Apakah beliau melintasinya sendiri..?
Para Ulama'berpendapat :
Tidak, beliau tidak akan melintasi sendiri, di belakang beliau akan ada rombongan yang besar sebuah kafilah, yaitu para kaum wanita yang dulu mengikuti jejak Sayyidah Fathimah Az-Zahra Al-Bathul