Bli Jaya Sastra Profile picture
Oct 29, 2020 100 tweets 16 min read Read on X
[Malam Jumat Horror Series]

Apa yang terjadi jika ibu yang selama ini baik padamu ternyata bisa ngeleak dan mempunyai ilmu hitam?

nanti malam 250RT🔥 Selamat bermalam jumat:) Image
Jadi cerita ini diambil dari kisah yang dialami oleh salah satu kerabatku di tahun 1980an saat beliau merantau dari desa ke Kota Denpasar.

Selengkapnya nanti malem ya❤️
#bacahorror @bacahorror
Om Awignamastu Namo Siddham
Om Swastiastu

Peraturannya seperti biasa; matikan lampu, tutup kamar tidur dan nikmati sensasinya.

*****
Judul cerita kali ini adalah;

KELUARGA ILMU HITAM

#ceritahorror #bacahorror #ceritahorrortwitter #malamjumat
@IDN_Horor @bacahorror @ceritaht Image
Jaman orde baru, dimana katanya pembangunan dan kesejahteraan yang merata tapi aku tau itu hanya terjadi di Pulau Jawa. Aku yang tinggal di Bali harus pergi meninggalkan tanah kelahiran dan mengadu nasib di rantauan tanpa adanya harapan, hanya berbekal tekad yang bulat.
Hanya berbekal pakaian yang dibungkus kresek merah dan sepeda tua, aku berjalan dari tanah timur ke bagian selatan pulau ini. Cukup lama buatku tuk sampai, aku singgah di berbagai tempat untuk istirahat dan kembali melanjutkan perjalanan dengan tujuan yang sama. Ibu kota.
Sampai akhirnya aku tiba di sebuah desa perbatasan antara Denpasar dan Gianyar. Tempat ini masih sunyi, banyak lahan kosong dengan tanaman liarnya, bahkan di sore hari sudah sepi. Aku mencari kost untuk tempat singgah selama satu bulan, selagi aku mencari pekerjaan.
Aku terus mengayuh sepeda menuju arah Denpasar sampai menemukan sebuah pasar. Disini lumayan ada beberapa orang, aku kira orang-orang kota akan malu berbelanja ke pasar dan lebih memilih ke supermarket seperti di TV. Diriku berusaha berbaur dengan masyarakat sekitar.
Sambil membeli beberapa makanan, aku iseng bertanya pada orang-orang disini. Biasanya orang-orang disini mempunyai rekomendasi kost yang cocok bagi perantau. Karena tempat ini begitu dekat dengan sekolah dan banyak dari desa-desa bahkan dari NTT bersekolah disini.
“Permisi pak, ada kost-kostan disekitar sini?” Tanyaku pada pedagang ubi.

Lelaki ini melihatku naik turun seperti petugas pelabuhan yang melakukan pengecekan melalui visualnya.

“Coba tanya disana gus, saya belum dapet jualan ini.” Jawabnya sambil tak menghiraukanku.
Merasa diabaikan, aku hanya mengangguk dan pergi menghilang secepatnya. Hari itu aku berfikir untuk tidur di pos polisi saja, hitung-hitung lebih aman dan nyaman. Sambil berjalan menandan sepeda disebelah kiri, aku disapa oleh seseorang.

“Gus…Gus!”
Merasa terpanggil, aku menoleh ke belakang. Ternyata ada seorang lelaki paruh baya melambaikan kain penutup kepalanya ke arahku.

“Nyari kost?” Tanyanya sambil ngosngosan.
Aku pun mengangguk seperti memberi harapan kepadanya.
Iya tersenyum, “Yasudah ayo sini, mumpung dirumah saya ada yang sudah keluar.”

Mendengar ajakannya, betapa senangnya diriku. Setidaknya tidak tidur di sembarangan tempat untuk malam ini. Aku mengikuti lelaki ini dibelakang tanpa perlu bertanya banyak.
Ternyata, kost ini berada di tempat yang strategis. Dekat dengan pasar, jalan raya utama, sekolah dan juga lapangan tempat sabung ayam. Apalagi harga yang ditawarkan saat itu sangatlah murah. Aku mencoba masuk ke dalam kamar yang akan aku tempati, sekedar mengecek saja.
Plafonnya terbuat dari anyaman bambu, temboknya berwarna putih namun sudah berubah menjadi kekuningan, sedangkan pintu dan kusennya berasal dari kayu yang dicat berwarna merah tua. Cukup baik jika dibandingkan dengan rumah di kampung, ditambah dg harga yang murah.
Aku menaruh tasku di atas dipan kayu beralaskan tikar, “Saya ambil deh pak.”

Bapak ini tersenyum bahagia, ia begitu senang bahkan sampai menawarkan kasur kapuk gratis kepadaku. Aku yang hanya membawa baju, celana dan kamben saja pasti menerimanya dengan baik.
Sambil membantu memasangkan kasur, aku bertanya pada orang tua ini,

“Ada berapa orang disini pak?”

Ia menjawab, “Ada tiga termasuk kamu. Mahasiswa keduanya dari kampus[sensor]”

“Oh mahasiswa, wah deket dong dari sini.” Kataku sambil mengelap keringat.
Kasur sudah terpasang dan bapak itu mengajakku keluar untuk memberi tahu dimana tempat mandi, mencuci, menjemur dan menaruh sepeda yang aman. Kebetulan karena sepedaku aku parkir diluar sedari tadi. Beberapa terlihat bagus, cuma tempat cuci baju saja yang jauh.
Bagaimana tak jauh, kita harus mencuci di pinggir sungai. Sedangkan jarak kost dengan sungai sampai 300 meter. Tapi tak apa, aku bisa melakukannya pada sore hari, setidaknya kost ini lumayan nyaman untuk ditinggali dan tak lupa aku tekankan bahwa harganya sangat murah.
Untuk makan, kita boleh menggunakan dapur disini. Kebetulan dapurnya lumayan besar dan luas. Disini juga masih menggunakan kayu bakar, biarpun sebagian ada yang menggunakan minyak tanah. Sudah aku bilang kan tadi, bahwa disini sangat nyaman dan murah.
Saat itu aku tak bertemu dengan 2 penghuni kamar lainnya. Begitu juga anggota keluarga lainnya. Karena para mahasiswa mungkin saja sedang kuliah, sedangkan anggota keluarga bapak ini bisa saja bekerja atau pergi dengan urusannya masing-masing.
Karena hari masih siang, jadi aku memutuskan keluar untuk mencari tahu tentang apa saja yang ada disini. Selain melihat-lihat tempat, aku juga mencari lowongan pekerjaan. Aku berharap bisa bekerja kantoran, tapi aku sadari diriku SD pun tak tamat. Setidaknya aku tidak menyerah.
Matahari mulai tenggelam, aku pun sudah selesai mengelilingi desa ini. Selain menemukan tempat-tempat bagus seperti DAM dan lapangan sabung ayam yang aku ceritakan tadi, aku juga menemukan sumber air yang disucikan oleh warga sekitar. Lumayan untuk melukat. (mandi suci)
Aku mengayuh sepeda dan tak lama sampai di kost. Kulihat bayangan mahasiswa sedang masuk ke dalam kamar.

“Oh sudah pulang sepertinya mereka.” Gumamku.

Aku mendekati dan mengetuk pintu kamarnya untuk sekedar menyapa, tapi tak ada balasan.

“Oh udah capek mungkin.” Pikirku santai
Aku berjalan menuju kamarku dan membuka pintunya. Sembari mengambil handuk, aku sedikit bersenandung lagu yang aku dengar tadi di pasar. Ku tak tau apa judulnya, hanya bagus saja di telinga. Maklum saja, di desaku lebih sering ada pentas drama gong dan calon arang.
Ku ambil peralatan mandi dan berjalan keluar menuju kamar mandi. Saat keluar kamar, aku lihat dua orang mahasiswa masuk dari luar melalui gerbang kost. Aku menghentikan langkahku dan memandangi mereka berdua. Mereka melihatku dan langsung mengangguk.
Melihat mereka menyapaku, aku juga membalasnya dengan tersenyum sambil menaikan tangan. Aku penasaran siapa orang ini. Ternyata mereka mengeluarkan kunci dari kantong celana dan masuk ke dalam kamar kost. Benar sekali, mereka lah pemilik kamar itu.
Jadi siapa tadi? Aku jelas-jelas melihat ada yang masuk ke salah satu kamar mereka. Mereka mungkin berteman tapi kamar mereka berbeda. Ah bukan itu yang aku pikirkan, tapi siapa barusan? Mahasiswa ini terlihat seperti orang timur, maksudku etnis melanesia.
“Kenapa dik?”

Aku yang bengong memandang ke arah kamar, langsung terkejut. Ternyata bapak pemilik kost yang aku temui tadi sedang berdiri memandangku dari jarak kurang lebih 50 cm sambil menyilangkan tangannya dipunggung.
“Aduh bapak kaget saya.” Ujarku sambil mengusap wajah.

Bapak itu tak merubah ekspresi wajahnya, tetap seperti penasaran, “Kenapa tadi? Kamu lihat apa?”

Tanganku yang masih menutupi wajah, langsung menurunkannya. Tapi aku tak berani melihat wajahnya.
“Oh itu… Aku cuma penasaran tadi, sepertinya mereka mahasiswa yang bapak bicarakan tadi.” Jawabku asal.

Bapak ini masih memandangku seperti tak puas akan jawabannya.

“Yasudah pak saya mandi dulu ya, permisi.”
Aku langsung nyelonong ke arah kamar mandi. Tapi perasaanku mengatakan bahwa bapak ini tetap memandangiku selagi aku menjauh darinya.

“Aduh, apa-apaan barusan. Dikira aku mau maling mungkin.” Pikirku sambil membuka pakaian di dalam kamar mandi.
Setelah selesai mandi, lelaki itu duduk di kursi yang menghadap keluar. Aku berpura-pura tak menghiraukannya, tapi ia memanggilku kali ini.
“Sini dulu sini.”

Aku yang masih mengeringkan rambut, berjalan ke arahnya dengan santai.
“Kenapa pak?” Tanyaku layaknya orang bodoh.

Bapak itu ternyata memperkenalkanku pada anggota keluarganya yang sedang berada disana juga. Aku bertemu istrinya, 3 anaknya dan sepasang suami istri yang katanya saudara kandungnya.
Aku hanya mengangguk seperti biasa sambil memperkenalkan diri dan memberi tahu tujuanku disini. Oh ya aku lupa mengatakannya, kost ini dibayar dimuka dengan lunas. Jadi aku dapat hidup selama sebulan tanpa memikirkan harus membayar dengan apa di akhir bulan.
Mereka mengajakku makan malam bersama dengan dua orang mahasiswa lainnya. Aku sih mau-mau saja, tapi dua orang mahasiswa ini menolaknya. Aku bergegas masuk kamar dan berpakaian rapi. Hari memasuki malam dan kami sudah berkumpul diruang makan.
Aku yang awalnya canggung, mulai membiasakan diri dengan suasana seperti ini. Mereka mengajakku untuk makan malam tiap hari, aku hanya mengangguk saja seperti biasa. Tapi diakhir makan malam, salah satu dari mereka nyeletuk membicarakan dua mahasiswa itu.
Mungkin memang hal yang tak baik menolak tawaran dari tuan rumah. Tapi tak seharusnya tuan rumah merasa keberatan. Ah, bisa saja tuan rumah ini mengutamakan kekeluargaan daripada porsi makanan yang bertambah jika 2 mahasiswa itu ikut makan malam.
Setelah makan malam, aku sempat mengorbol disana dengan 3 anaknya. Anaknya wanita semua dan masih muda. Yang sulung mungkin berusia 19 tahun, sedangkan yang bungsu baru sekitar 15 tahun. Aku curiga sang pemilik kost sangat menginginkan anak lelaki, tapi nihil.
Itu sebabnya umur mereka bertiga sangat dekat. Bahkan menurutku mereka terlihat sebaya. Malam semakin larut dan aku pamit masuk ke dalam kamar kost. Kamar kost dan rumahnya berada satu areal seluas sekitar 3 are. Jadi mereka bisa memantau jika ada yang masuk ke kamar kost.
Aku masuk kamar, bermeditasi, lalu tidur. Meditasiku tak mendapatkan halangan. Tapi perasaanku mengatakan ada yang aneh dari kost ini. Pagi harinya aku bangun dan mendapati suara ribut-ribut diluar kamar. Aku langsung bangun dan melihat keluar kamar.
Terlihat tuan rumah kost beserta beberapa keluarganya sedang memandang ke arah kamar salah satu mahasiswa ini. Aku mencoba bertanya pada mereka sambil mendekat. Ternyata mahasiswa yang kamarnya bersebelahan denganku mengalami demam tinggi.
Wajahnya pucat dan tubuhnya menggigil. Bapak kost menyarankan anak ini untuk pergi ke rumah sakit. Tapi kebanyakan mahasiswa tak mempunyai uang yang banyak untuk berobat. Mahasiswa ini dibantu oleh rekannya dari kamar sebelah, ia mengompres orang ini dg air hangat.
Tuan rumah mulai meninggalkan kamar itu beserta keluarganya. Aku sempat ke kamar mandi untuk cuci muka dan ke dapur membuat kopi sambil mengambil air hangat untuk mahasiswa ini. Aku masuk lagi ke kamarnya sambil membawa dua gelas kopi dan sebaskom air.
Benar memang, segelas kopi dapat mencairkan suasana. Kami saling berkenalan dan mengobrol disana. Akhirnya aku tau siapa nama mereka berdua. Yang terbaring lemas bernama Simon dan yang sebelahnya bernama Rana. Mereka berasal dari Manggarai.
Sebetulnya nama mereka panjang dan mempunyai nama baptis, tapi aku sudah lupa. Awalnya kita bercerita tentang kampus dan masalah orang dewasa, tapi pembicaraan ini mengarah ke arah curhatan hati pribadinya. Bukan masalah cinta, tapi tentang tempat ini.
Awalnya mereka kost jauh dari kampus, tapi karena jam praktek yang dijadikan satu dengan kuliah, makanya mereka memutuskan pindah. Mereka baru sebulan disini dan banyak yang mereka alami tiap malam. Salah satunya ada suara lonceng dan mimpi yang buruk.
Rana bercerita tentang dirinya yang tak pernah bisa tidur karena setiap malam selalu bermimpi dikejar oleh sosok seram seperti di pentas drama. Aku sudah bisa tebak yang ia maksud adalah celuluk atau kawan-kawannya. Tapi aku tak menyela pembicaraannya itu.
Ia juga bercerita bahwa Simon sering mendapati kamarnya berbau kotoran manusia atau amis, padahal selalu ia bersihkan. Selain itu Simon juga pernah bercerita padanya bahwa ia sering mimpi buruk. Jadi mereka berdua curiga pada pemilik kost ini.
Tak mungkin kost yang lengkap begini disewakan dengan harga yang murah, tanpa ada udang di balik batu. Saat Rana sedang membicarakan hal itu, tiba-tiba ia langsung meminum kopinya dan mengusap kepala Simon dengan handuk berisi air hangat.
Aku yang merasa digantung langsung bertanya, “Lalu?”

“Lalu kau bisa menaruh lamaran juga di kampusku. Sepertinya disana membutuhkan pegawai.” Jawabnya tak nyambung.

Tapi aku membaca isyarat matanya lalu membalikan badan dan langsung terkejut.
Ternyata dari sela-sela jendela ada yang mengintip. Sepasang bola mata mengintip seperti tau yang kita bicarakan. Cukup lama ia memandang kami, lalu pergi bergitu saja. Aku mengambil gelas kopi dan langsung pergi ke dapur berpura-pura tak terjadi sesuatu.
Aku lihat si bungsu memandangiku kosong seperti memperhatikan gerak gerikku. Aku yang merasa canggung, berusaha menyapanya. Bukan candaan yang aku dapat seperti kemarin, tapi senyuman tipis dari sisi ujung kanan bibirnya. Aku langsung nyelonong menjauhinya.
Aku kembali ke kamar itu dan kita bersama-sama bertiga sampai larut malam. Kita bertukar kisah seperti seorang teman, bertukar masa lalu, bercanda. Akhirnya kita bertiga memutuskan untuk tidur di kamar Simon karena orang itu tak kunjung sembuh.
Pada malam harinya saat kita tertidur, tiba-tiba Rana membangunkanku.

“Diem! Coba denger apa ada diluar.”

Nyawaku yang berlum terkumpul dengan baik, berusaha menguping suara dari dalam kamar.

“Krincing…krincing…” Seperti suara lonceng.
Aku terbangun langsung sadar full. Padahal tadinya aku masih setengah mengantuk. Rana menyuruhku diam. Kita berdua berusaha medengar suara apa yang muncul lagi.

“dug…krincing…dug…krincing.” Seperti suara hentakan kaki yang melompat.

Rana langsung berbisik, “Gimana ini!”
Aku langsung mengambil posisi meditasi. Mulai mengatur nafas dan tak menunggu lama, suara itu menghilang.
“Kok kamu bisa?” Tanyanya padaku.

Aku membuka mata pelan-pelan sambil mengusap wajah, “ Ayahku tabib, biasa menangani hal ini.”
Ia mengangkat jempolnya seakan-akan memberiku penghargaan. Saat kita berdua selesai berbincang tipis, aku berbalik untuk melihat ke arah Simon. TERNYATA SIMON BANGUN DARI TIDURNYA. IA MASIH DI ATAS KASUR TAPI DALAM POSISI DUDUK DENGAN KAKI TERLENTANG KEDEPAN.
AKU MELIHAT WAJAHNYA SEPERTI TERKEJUT DENGAN NAFAS YANG PENDEK. AKU MEMBERI ISYARAT PADA RANA. RANA YANG MENOLEH PUN LANGSUNG BERTERIAK, SEAKAN-AKAN LUPA DENGAN APA YANG TERJADI BARUSAN. AKU LANGSUNG BANGUN DAN BERDIRI DI BELAKANG TUBUH SIMON. RANA MEMEGANGI KEDUA PUNDAKNYA.
AKU UCAPKAN BEBERAPA MANTRA DAN LANGSUNG MENTRANSFER ENERGI KE DALAM TUBUHNYA. SIMON BERTERIAK TAPI MULUTNYA LANGSUNG DITUTUP DENGAN TANGAN OLEH RANA. TAK LAMA SETELAH ITU IA MUNTAH-MUNTAH DAN LEMAS. TANGANKU SANGAT PANAS KARENA GESEKAN ENERGI DARI TUBUH SIMON DAN TUBUHKU.
Saat Rana mulai merebahkan tubuh Simon di kasur, aku melihat ke ventelasi angin. TERNYATA ADA SEPASANG MATA YANG MENGINTIP. AKU TAK TAU BAGAIMANA CARANYA IA MENGINTIP. APAKAH DENGAN TERBANG, MEMANJAT, BERGELANTUNGAN. INTINYA MATA ITU SANGAT JELAS. AKU TAK MEMBERI TAHU RANA.
Tapi tak lama mata itu menghilang begitu saja.Kami tak bisa tidur semenjak kejadian itu. Pagi harinya aku memutuskan pergi ke pasar untuk membeli makan dan ngopi. Aku tak berani masuk ke dapur mereka, takutnya mereka sadar bahwa akulah yang membantu Simon kemarin malam.
Di pasar terlihat ramai, orang-orang membeli berbagai macam sarana upacara. Aku pun mempunyai inisiatif bertanya pada pedagang kopi ini.

“Ada hari apa ya sekarang?”

Dagang kopi itu menjawab, “Sekarang Kajeng Kliwon.”

Aku langsung terkejut. Pantas saja kemarin heboh.
Jadi untuk orang yang berilmu, biasanya akan mengambil tumbal saat Mapagin Kajeng Kliwon atau Malam Kliwon, seperti malam minggu, malam kliwon adalah malam sehari sebelum hari kliwon. Malam itu tak disarankan bagai siapapun untuk keluar jika tak begitu penting.
Hari semakin siang, aku berjalan keliling desa. Ku tak ingin cepat sampai di kost, begitu meyeramkan menurutku, apalagi hari ini kajeng kliwon. Di perjalanan, aku melihat sebuah rumah besar. Aku memandangi rumah itu sambil berfikir kapan aku memilikinya.
Tiba-tiba ada seseorang yang keluar, ternyata seorang lelaki yang lebih tua 3 atau 4 tahun dariku. Aku menghampirinya dan bertanya.

“Apakah disini membutuhkan pembantu?”

Lelaki itu tersenyum dan menjawab, “Kebetulan kami butuh tukang cuci dan bersih-bersih.”
Aku merasa mendapatkan harapan, “Izinkan saya melakukannya pak, tapi saya butuh tempat tinggal. Saya orang Bali dari timur.”

Lelaki itu menjawab, “Oh bisa, ada kamar di dalam. Kok bisa ya, tadi saya baru rencana mau nambah orang, yeh sekarang langsung dapet.”
Dalam hatiku, “Semesta berpihak kepada saya dan anda.”

Lelaki ini melanjutkan omongannya, “Tapi kerjanya mulai besok ya, jangan sekarang. Saya Orang tua saya sudah pergi tadi.”

Aku pun mengangguk dan setuju berapapun bayarannya. Asalkan jauh dari kost itu.
Sejenak aku lega, seperti semua berjalan baik-baik saja. Tapi aku kembali teringat, bahwa hari ini adalah kajeng kliwon dan aku menginap dikost itu untuk sehari lagi. Aku cepat-cepat menuju ke kost, sampai disana ternyata keadaan sedang sepi.
Tak mungkin dua mahasiswa ini kuliah, tadi pagi saja yang satu masih terbaring lemas dan satunya sedang berantakan karena tak bisa tidur.

Sebuah suara mengejutkanku dari belakang, “Simon dibawa ke rumah sakit tadi.”

Aku terkejut dan langsung berbalik.
Ternyata bapak pemilik kost ini sedang berdiri di belakangku.
“Lalu Rana?” Tanyaku.

“Ia mengantar Simon, katanya langsung menginap di kost temannya.”

Pikiranku langsung buyar, kenapa? Karena malam ini adalah Kliwon dan hanya aku yang tersisa disini.
Tanpa permisi, aku langsung masuk kamar dan menguncinya. Aku ingat sekali di kamar hanya ada sebungkus rokok, dupa, teko berisi air dan jajanan pasar. Aku mengunci kamar untuk kelangsungan hidupku nanti. Dan benar saja, siang berganti malam dan aku tetap berada di kamar.
Aku mencuci mulut dan wajahku dengan air di teko. Jajanan pasar aku gunakan untuk mengganjal perut dan rokok agar tetap terjaga, dupa? Lihat saja nanti. Oh bukan nanti, tapi sekarang.

“Krincing…”
Suara khas lonceng di kaki orang yang ngeleak terdengar. Tapi kali ini berbeda.

“krincing…krincing…krincing…krincing.”

SUARANYA BEGITU RAMAI DAN TERASA SEPERTI MENGELILINGI RUMAH KAMARKU.
AKU BERUSAHA MENGHIDUPKAN DUPA NAMUN KOREK BATANG INI TAK MAU MENYALA. AKU BERUSAHA MENUTUPINYA DENGAN TANGANKU DAN KEMBALI MENYALAKANNYA. API KECIL DARI KOREK BERHASIL MENGHIDUPKAN DUPA. AKU TUSUKAN DUPA INI DIATAS JAJANAN PASAR YANG MASIH TERSISA. LALU AKU AMBIL POSISI BERSILA.
“OM AWIGNAMASTU NAMA SIDDHAM.”

MANTRA DEMI MANTRA AKU UCAPKAN. MULAI MANTRA PEMANGGIL SENJATA, PENGUAT DIRI SAMPAI MANTRA UNTUK MELAWAN MEREKA. TAK SAMPAI 15 MENIT, DUPA DI DEPANKU SUDAH TERSISA SEDIKIT.
BIASANYA DUPA AKAN HABIS SELAMA PALING CEPAT SATU JAM, TAPI INI BEGITU CEPAT. AKU KEMBALI MENGHIDUPKAN DUPA DENGAN SABAR, TAPI TIBA2,

“HREHH HREHH.” SUARA BERAT DARI LUAR.

“BADAH MULAI JANI NAH NGEREH!” TERIAKKU KE ARAH PINTU.

TERIAKANKU DIBALAS DENGAN PUKULAN KE ARAH PINTU.
PINTU ITU DIPUKUL DENGAN SANGAT KERAS SEAKAN ADA YANG INGIN MENDOBRAKNYA. DUPA ITU AKU LEMPARKAN KE SAMPING DAN KU DORONG DIPAN KAYU KE ARAH PINTU AGAR BISA MENAHAN TENDANGAN MEREKA. AKU TAKUT PINTU ITU TERBUKA SAJA.
DUPA KU AMBIL LAGI, AKU HIDUPKAN DAN BERHASIL. DI TANGANKU ADA TIGA BUAH DUPA DAN AKU ANGKAT TINGGI-TINGGI.

“SAYA TAK BERSALAH DAN JUJUR!” TERIAKKU KE ARAH PINTU.

SUARA LANGKAH KAKI TERDENGAR DARI ATAS GENTENG DAN HALAMAN RUMAH.
Selama tengah malam, aku terus menghidupkan dupa dan bermeditasi. suara krincing, ngereh dan langkah itu terus terdengar. bahkan kilatan cahaya berkali-kali terlihat. di tengah malam, rasa penasaranku muncul. aku berniat melihat keluar.
Aku berpijak diatas lemari kecil dan mengintip dari lubang ventelasi ke arah luar.

BENAR SAJA AKU MELIHAT ADA YANG MENARI DI HALAMAN RUMAH, BERAMBUT PANJANG ACAK-ACAKAN DENGAN GERAKAN YANG MELOMPAT-LOMPAT DIIRI SUARA-SUARA TADI.
DAN SERAMNYA, BUKAN HANYA SATU… TAPI ENAM ORANG, BENAR SEKALI BAHKAN ADA YANG BENTUKNYA CEBOL, MENARI SAMBIL MENGGELENG-GELENGKAN KEPALANYA. SUDAH BISA DIPASTIKAN BAHWA SATU KELUARGA INI SEDANG MELAKUKAN RITUAL ILMU HITAM.

“Kenapa cuma 6?” tanyaku dalam hati, "harusnya 7 kan?"
BELUM SELESAI AKU BERTANYA, TIBA-TIBA ADA SOSOK API BERTERBANGAN DIATAS RUMAH. SETIAP MELEWATI ATAP, AKAN MENIMBULKAN KILATAN CAHAYA DAN SUARA DENTUMAN KAKI. PASTI INI YANG LAGI SATU. IA SUDAH BERUBAH MENJADI API. AKU KEMBALI DUDUK DAN MULAI BERMEDITASI.
SEMUA MANTRA AKU LAFALKAN TANPA PUTUS. SEMAKIN SUBUH, SUARA MEREKA SEMAKIN KERAS, SAAT AKU MEMBUKA MATA. TIBA-TIBA AKU MELIHAT BEGITU BANYAK PASANG MATA SEDANG MEMANDANGKU DARI VENTELASI. BENAR. MEREKA MENGINTIPKU. AKU TEGUHKAN DIRIKU SAMBIL TETAP DALAM POSISI DUDUK SEMPURNA.
Subuh mulai berganti pagi, aku rasa keadaan sudah kembali normal. Aku coba melihat ke arah ventelasi, tapi nihil. Aku naik dan mengintip keluar, hanya sepi kulihat, dan di langit sudah mulai berwarna merah. Menandakan matahari akan muncul sebentar lagi.
Aku turun dan langsung mengemas barang-barangku. Semua aku masukan ke dalam kresek dengan sembarangan. Setelah itu aku rapikan dipan dan lemari kecil ini, aku bersihkan kamar dan sisa dupa agar terlihat biasa saja. Setelah cahaya matahari terlihat jelas, aku memutuskan keluar.
TERNYATA MEREKA SEKELUARGA SEDANG BERDIRI DARI DEPAN RUMAHNYA MENGHADAP KE KAMARKU DEMNGAN TATAPAN KOSONG. AKU YANG TERKEJUT BERUSAHA TENANG.

Aku sudah menang, mereka tak berhasil membunuhku tadi malam.
Aku berjalan mendekat dan langsung berkata pada mereka semua.

“Aku adalah anak seorang tabib dari Karangasem, jiwaku tulus dan jujur. Sedikitpun tak ingin menghancurkan kalian.” Mereka masih terdiam memandangku.
“Aku tau apa yang kalian lakukan, jadi aku memutuskan untuk pergi. Aku tak akan membicarakan ini dimanapun, tapi jika kalian menggangguku lagi, satu persatu akan aku haturkan kepada Sang Hyang Batari Durga.” Ancamku kepada mereka.
Aku berbalik dan langsung berjalan menjauh. Mereka tak menjawab atau berkata apa lagi. Dengan perasaan sedikit takut, aku mengambil sepeda dan pergi menuju pasar. Setelah itu aku tak pernah tau kabar mereka, Simon dan Rana.
Beberapa tahun kemudian aku bertemu dengan pemilik kost itu. Ia sedang duduk di depan rumahnya. Aku menghampiri tubuh tua itu, sudah 20 tahun berjalan semenjak kejadian itu. Awalnya ia telah melupakanku tapi saat aku berdiri di depannya, ia mengingatnya dan tersenyum.
Dengan wajah berbinar dirinnya menanyai kabarku, aku pun melakukan hal yang sama. Lalu arah pandangannya tertuju pada anak kecil yang berada disebelahku. Ia bertanya berapa umur anak ini, aku jawab saja masih 5 tahun. Senyumnya begitu lebar dengan gigi yang sudah ompong.
Benar sekali. 19 tahun kemudian, anak umur 5 tahun itulah yang menulis cerita ini untuk kalian. Anak itu adalah aku. Dan lelaki yang berjuang di malam hari itu adalah Bapakku.
Jadi bagaimana? Tertarik kost di tempat itu, aku dengar-dengar sampai saat ini tempat itu berfungsi sebagai rumah kost. Atau bisa saja kost kalian sudah berisi pengelaris.
Jangan lupa follow akun ini karena ada banyak cerita horror yang akan datang. Dan Novelku akan rilis akhir tahun.
Jika ketinggalan, silahkan cek di pinned;

Dan jangan lupa subscribe ya, karena sebentar lagi aku bakal aktif di Youtube juga.

youtube.com/sunyialoka
Suksma...

Om Santhi Santhi Santhi Om
Yang nyampe sini likes dong, pengen tau berapa orang yang gak keputus ceritanya

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Bli Jaya Sastra

Bli Jaya Sastra Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @iamjayasastra

Jan 21, 2021
[Konten malam jumat]

"Sosok di Kegelapan Hujan"

Menurutku, cerita ini agak bikin ngosngosan dikit. Jadi bacanya malam ya.

300RT gas nanti !!

#ceritahorror #bacahorror #ceritahorrortwitter
@IDN_Horor

@bacahorror

@ceritaht Image
Om Swastiastu, Om Awignamastu Namo Siddham 🙏🙏

Sebelumnya terima kasih kepada beberapa kontributor yang sudah mendukung saya melalui saweria.com 🙏 ImageImageImage
Jika temen² ingin menjadi bagian dari kontributor dan membantu saya lebih semangat lagi dalam hal menulis, caranya dengan ikut berpartisi dalam saweria.

Dengan minimal nominal 10rb kalian bisa membantu aku lebih banyak berkarya lagi untuk kedepannya.

saweria.co/jayasastra
Read 56 tweets
Jan 13, 2021
[Konten malam jumat]

"Loh kok dia makin sukses ya? Yaudah deh aku bikin mampus aja."

Cerita tentang pengusaha yang hampir meninggal oleh lawan bisnisnya.

300RT gas nanti malam😌

#ceritahorror #bacahorror #ceritahorrortwitter
@IDN_Horor @bacahorror @ceritaht
Mau tau biar RTnya cepet? QRT aja;)
Sebelumnya aku mau minta maaf, kemarin aku lupa kalau hari ini ada job dokumentasi event pernikahan dan bener-bener kelabakan karena satu temenku gak bisa berangkat jadi harus dibackup oleh aku sendiri :(
Read 62 tweets
Dec 17, 2020
[Konten malam jumat]

"Awalnya sih pulang malem, lama kelamaan gak pulang-pulang."

Seri kedua pelet. Tentang lelaki yang berselingkuh karena dipelet oleh seorang pelakor.

300RT gas nanti malam😌

#ceritahorror #bacahorror #ceritahorrortwitter
@IDN_Horor @bacahorror @ceritaht Image
Om Awignamastu namo siddham
Namaku Luh De, sudah pasti ini nama samaran karena gila saja aku mengatakan yang sejujurnya di platform ini. Aku seorang perawat di rumah sakit swasta yang terkenal di Bali. Ah bukan terkenal di Bali, mungkin di wilayah Denpasar dan sekitarnya saja.
Read 74 tweets
Dec 10, 2020
[Konten malam jumat]

"Semua berubah saat dia mulai merantau."

Kisah wanita yang kena pelet sampai lupa keluarga.

300RT gass nanti malam😌

#ceritahorror #bacahorror #ceritahorrortwitter
@IDN_Horor @bacahorror @ceritaht Image
Om Swastiastu
Seorang gadis muda yang baru saja lulus SMA akhirnya mendapatkan pengumuman bahwa dirinya lulus seleksi penerimaan pada salah satu kampus di Malang. Oh ya, kejadian ini terjadi pada tahun 2000, dimana belum ada aplikasi sosial media kecuali wartel dan telfon umum.
Read 54 tweets
Nov 22, 2020
YANG BINGUNG TENTANG SATRIA DAN NINDY, INI DIA ORANGNYA ASTAGAA TERNYATA.
Yang cowo namanya satria, dan ini Clara, katanya dia pernah selingkuh sm ini

Read 12 tweets
Nov 12, 2020
[Konten malam jumat]

Saat aku pulang, mereka mengikutiku, dan dunia terasa berputar.

300RT gass nanti malam😌

#ceritahorror #bacahorror #ceritahorrortwitter
@IDN_Horor @bacahorror @ceritaht Image
Masih ngetik, jugaan belum sampe 300 Image
Om Awignamastu Nama Sidhham.
Om Swastiastu
Read 63 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(