w a h . Profile picture
Nov 5, 2020 246 tweets >60 min read Read on X
"TEROR SANTET"

Kisah sebuah keluarga yang bergantian dihantui dengan datangnya santet.

⁃ A THREAD

@ceritaht @bacahorror @IDN_Horor
#bacahorror #ceritahorror #malamjumat Image
Malam ini saya akan kembali cerita tentang 'SANTET', ini adalah cerita kedua saya membahas tentang santet. Tentu tidak kalah serunya dengan cerita-cerita saya yg lainnya.
Seperti biasa silahkan like, RT atau komentar sebanyak-banyaknya. Tinggalkan semuanya yg bisa ditinggalkan, saya akan mulai cerita agak malaman nanti agar feel nya dapat hehe
Yuk kumpul dulu, dan tetap sabar menunggu ya :)
Disclaimer : Seluruh nama tokoh dan lokasi cerita saya samarkan, karena untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan terjadi. Apabila terjadi kesamaan nama tokoh atau tempat saya mohon maaf
Cerita ini merupakan sebuah kisah kelam yang terjadi pada suatu keluarga saat dihadapkan dengan sebuah bencana dan dihadapkan pada sebuah kematian.
Sebelum saya mulai cerita, tidak ada salahnya jika saya mengingatkan bahwa peristiwa semacam ini sudah banyak terjadi di sekeliling kita, hanya saja kita belum banyak menyadarinya. Apa yang saya tulis merupakan sebagian kecil dan salah satu diantara sekian banyak.
Semua peristiwa yang diluar nalar manusia alangkah lebih baiknya dijadikan sebuah pelajaran dan pengetahuan, agar peristiwa yang sama yang menimpa sebagian orang tidak terjadi kepada diri kita sendiri.
Kita ketahui bahwa tujuan utama penciptaan kita di dunia ini adalah untuk beribadah kepada Allah Ta’ala semata. Dan sangat penting untuk diketahui bahwa ibadah yang kita lakukan akan menjadi sia-sia apabila tercampur dengan kemusyrikan.
Apabila suatu ibadah bercampur dengan kemusyrikan, maka ibadah kita tidak akan diterima. Oleh karena itu, barangsiapa yang beribadah kepada selain Allah Ta’ala –di samping juga beribadah kepada Allah Ta’ala–, maka ibadahnya kepada Allah Ta’ala adalah ibadah yang batil.
Karena suatu ibadah tidaklah bermanfaat bagi pelakunya kecuali jika disertai dengan keikhlasan dan tauhid.
Baiklah, pelan-pelan saya mulai cerita. Jika mampu, akan langsung saya selesaikan malam ini. Jika tidak memungkinkan, saya minta kesabaran teman-teman semuanya :)
Suara klakson motor terdengar di depan rumah, Santi melangkahkan kaki ke depan rumah yang ternyata Purnomo suami nya baru saja pulang.
Purnomo lantas duduk di kursi depan rumahnya dan mengeluarkan sebatang rokok yang ia simpan di kantong celananya
“Subakti durung bali to buk? (Subakti belum pulang bu?)”

“Dereng pak, jarene ono tambahan pelajaran nang sekolahan (Belum pak, katanya ada tambahan pelajaran di sekolah)”
Santi yang baru saja keluar rumah, kembali ke belakang dan kembali menghampiri Purnomo dengan secangkir teh hangat di tangannya. Tak berapa lama subakti pulang

“Assalamualaikum pak…bu…” salam subakti
“pie sekolahe le? (gimana sekolahnya nak?)” tanya santi pada anaknya

“nggeh ngoten bu… lancar… (Ya begitu bu, lancar)” jawab subakti

“Yowes kono lek ndang salen terus maem sek le (Yaudah sana ganti baju lalu makan nak)” ucap Purnomo sambal menghisap rokok ditangannya.
“Pak… bapake mikir opo to kok koyone abot ngono (pak….bapak mikir apa kok sepertinya berat” tanya santi melihat wajah suaminya yang terlihat sedang berpikir dengan tatapan matanya yang tajam.
Disini, Purnomo mulai cerita dengan istrinya. Purnomo memiliki niat akan memulai usaha dengan Agus (saudaranya).

Purnomo dengan Agus berniat menjadi seorang tengkulak sayur di daerahnya, karena menurutnya di daerahnya kala itu belum ada yang berprofesi demikian.
Ohya, keluarga Purnomo tinggal di sebuah desa yang banyak dikenal karena letaknya berada di dataran tinggi di tanah Jawa. Selain itu, desa karang juga terkenal dengan hasil buminya yang melimpah,
sehingga tak khayal jika Purnomo dan Agus memiliki niat ingin menjadi tengkulak hasil bumi di daerahnya.

“Insha Allah ibu dukung, disiapke wae sing tenanan pak (Insha Allah ibu dukung, disiapkan saja pak)” ucap santi mendukung niat suaminya
“Allahu Akbar…..Allahu Akbar…..” tanpa terasa waktu sudah ashar. Seperti biasa purnomo mengajak santi dan subakti sholat Bersama dirumahnya.
Setelah semuanya siap, Purnomo dan Agus memulai usahanya.

“Tiiittttt……..” bunyi klakson mobil bak terbuka terdengar di depan rumah.
Agus datang menjemput Purnomo selepas subuh dengan mobil pick up milik mereka berdua yang sengaja mereka beli sebelumnya untuk usahanya kali ini.
“bu, bapak mangkat ya (bu, bapak berangkat ya)” purnomo panit dengan istrinya
Pagi kala itu, Purnomo dan Agus akan bertemu dengan pak cahyo petani di desa sebelah (sebut saja desa karang) yang memang hari ini jadwal panen disana.
Dengan membawa uang yang sebelumnya disiapkan, Purnomo dan Agus yakin jika usaha pertamanya ini akan berhasil.

Agus dengan yakin membawa mobil pick up yang ia bawa dengan cukup kencang, sembari menikmati sejuknya udara pagi dan memandangi bukit-bukit di kiri kanan jalan.
Sudah menjadi hal yang normal bagi warga desa memulai aktifitas selepas subuh, terlebih mereka yang bermata pencaharian sebagai petani.
“Kiro-kiro langkah pertamane awak dewe iki engko pie yo gus? (kira-kira langkah pertama kita nanti bagaimana ya gus?)” tanya Purnomo
“Tenang wae mas, bismillah lancar wong niate dewe yo usaha lan halal (tenang aja mas, bismillah lancar, kita niatnya kan usaha dan halal)” jawab agus
Tiba saatnya agus memberhentikan mobil ditepi salah satu ladang di desa karang, tampak Pak cahyo sedang panen sayuran miliknya dibantu beberapa warga disana. Sebelum turun, Agus membunyikan klakson sebagai tanda jika Purnomo dan Agus telah sampai.
“Hoee, pak agus pak pur wis tekan kene tah (hoee, pak agus pak pur sudah sampai sini tah)” seru pak cahyo dari arah ladang.
Singkat cerita, setelah negosiasi usaha pertama Purnomo dan Agus lancar, dari pertama penjualannya mereka sudah dapat untung berkali-kali lipat dari modal yang mereka gelontorkan di awal.
Hanya membutuhkan kurang dari 6 bulan usaha Purnomo dan Agus berkembang sangat pesat, armada transportasi mereka pun bertambah, yg awalnya hanya modal mobil pick up satu, sekarang sudah memiliki 6 truk tambahan,
belum lagi sekarang mereka sudah memiliki karyawan yang cukup banyak dan memiliki tempat pengolahannya sendiri di dekat rumah Purnomo. Berkat usahanya yang sukses, ekonomi keluarga Purnomo dan Agus naik drastis.
Mereka masing-masing juga sudah memiliki mobil pribadi berkat usahanya yang baru setengah tahun itu.
Tapi,walaupun sudah diatas angin ternyata tidak menggelapkan hati mereka berdua,keluarga Purnomo dan Agus kerap berbagi hartanya dengan anak yatim dan kalangan janda di daerahnya.
Tapi, tidak sedang di Indonesia apabila hidup kita tidak ada yang mencibir, walaupun kita sudah berbuat baik semaksimal mungkin.
Berkat kesuksesan usahanya yang tak memakan waktu lama, darisini mulai banyak tetangga dan orang-orang yang mempergunjing mereka berdua, terlebih warga dimana Purnomo tinggal. Ada yang menganggap jika Purnomo menggunakan pesugihan dibalik kesuksesannya.
Karena bagi sebagian orang, kesuksesan purnomo ini tidak wajar. Karena tak memakan waktu lama tapi sudah membuat Purnomo dan Agus hidup bergelimang harta
Hingga berbulan-bulan kemudian tiba saatnya Purnomo kembali lagi menyedekahkan hartanya ke anak yatim dan kalangan janda di sekitar rumahnya dibantu istri, anaknya dan karyawannya. Mereka keliling desa dengan membawa amplop dan sembako yang sebelumnya telah dikemasi terlebih dulu
Beberapa hari setelahnya, kabar yg tak mengenakkan kembali sampai di telinga Purnomo dan keluarganya, karena ada yang menganggap uang dan sembako yang dibagikan Purnomo sebagai media perantara pesugihan yang dituduhkan kepadanya.
Puncaknya, suatu sore ada seorang janda sakit datang ke rumahnya dengan membawa uang dan sembako yang sebelumnya ia terima.

“Purnomo….. Iki duet karo pawehanmu tak balekno, kabeh sing mbok kei iki ora luweh mung caramu karo cara pesugihanmu. Aku ra sudi nerimo iki"
(Purnomo….Ini uang dan semua pemberianmu saya kembalikan, semua yang kamu beri ini tidak lebih hanya caramu dan media pesugihanmu semata)” teriak seorang janda setengah tua dari pekarangan rumahnya.
Purnomo dan Santi berusaha menjelaskan dan membantah tuduhan yang tidak berdasar itu. Tapi, belum sampai mereka menjelaskan janda ini kembali lagi meluapkan emosinya kepada Purnomo dan keluarganya dengan memaki-makinya dan mengucapkan semua tuduhan yang telah ia yakini itu.
“Buk….aku ora pesugihan, aku nang kene usaha ora nganggo pesugihan. Aku lan keluargaku ngerti bab opo sing oleh dilakoni karo sing ora oleh dilakoni seko agomo. Ibu e nduwe buktine mboten nek aku pesugihan? Ojo asal nuduh"
(buk…saya tidak pesugihan, saya disini usaha tidak menggunakan pesugihan. Saya dan keluargaku paham tentang apa saja yang diperbolehkan dan tidak diperbolehkan di agama. Ibu punya bukti tidak kalua saya pesugihan? Jangan asal tuduh)”
seru Purnomo dengan nada sedikit meninggi karena tersulut emosinya

Tampak Santi istrinya menenangkan Purnomo di sampingnya, sementara subakti hanya diam berdiri di belakangnya memperhatikan kejadian apa yang ada di depannya
Purnomo yg kala itu tidak mau memperpanjang masalah akhirnya hanya menerima uang dan sembako yg sebelumnya ia berikan dari tangan janda setengah tua itu.
Tak sadar,suasana depan rumah purnomo sudah ramai banyak tetangganya berkumpul karena ucapan janda tsb yg sangat keras dan memanggil perhatian orang-orang di sekitarnya.Tapi,tak seorang pun menengahi purnomo dan janda setengah tua itu.Hingga akhirnya janda setengah tua itu pulang
Beberapa hari kemudian ternyata cibiran orang-orang di sekitar purnomo semakin menjadi-jadi, hingga purnomo dan santi mengetahui jika yg menyebarkan fitnah tsb adalah janda setengah tua yg datang ke rumah beberapa hari yg lalu
Purnomo yg sudah sangat kesal karena nama baiknya dilunturkan, Purnomo sampai membawa aparat kenalannya untuk mendatangi janda tsb dengan maksud meminta klarifikasinya kenapa ia sampai menyebarkan fitnah yg tak berdasar itu
Tapi disitu, janda tsb tak bisa menjelaskan secara jelas darimana alasannya menganggap purnomo menggunakan pesugihan di usahanya, sampai akhirnya janda tsb meminta maaf kepada Purnomo dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya lagi
Dengan meminta maafnya janda ini, tidak kemudian masalah purnomo selesai. Dampak-dampak sosial masih terus dirasakannya, hingga subakti anaknya dijauhi teman-temannya karena mereka takut jika bermain dengan subakti akan dijadikan tumbal pesugihan oleh purnomo
Lambat laun hari berganti, kehidupan purnomo dan agus berjalan seperti biasanya, walaupun cibiran orang-orang masih sering sampai di telinga mereka
2 bulan kemudian ada salah seorang warga dari luar desa yg menyadari keuntungan yg didapatkan menjadi seorang tengkulak hasil bumi di daerah sini. Walaupun baru, ia datang dengan armada dan pasukan yg lebih banyak dari purnomo dan Agus.
Tak berapa lama ternyata juga ada yg membuat usaha sama dengan purnomo dan Agus. Tapi, meski demikian mayoritas petani disana masih mempercayakan hasil buminya kepada Purnomo dan Agus
Rehat dulu ya 🙏🏻
Habis sholat maghrib perlahan saya lanjutkan ya, karena dinamika cerita masih cukup panjang...
Aku berlindung kepada Rabb Yang Menguasai subuh,dari kejahatan makhluk-Nya,dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus ke buhul-buhul,dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki” [al-Falaq/113: 1-5]
Bismillahirrahmanirrahim.... Saya lanjut lagi...
Setelahnya, semua berjalan normal tanpa ada kejanggalan apapun, meski dihidunya kini Purnomo dan Agus banyak sekali cibiran dari orang-orang disekitarnya yang iri terhadap pencapaian mereka berdua.
Sampai pada suatu malam,Santi masih terjaga di ruang tamu menunggu Purnomo pulang,ia menyimpan perasaan ganjal malam itu terhadap suaminya,ditambah malam itu hujan turun snagat derasnya

“Assalamualaikum” terdengar salam Purnomo diantara suara hujan sambil mengetuk pintu rumahnya
Santi yang sudah khawatir menunggu langsung membuka pintu rumahnya

“Kok tekan yahmene to pak? (Kok sampai jam segini to pak?)” tanya Santi karena tak biasanya mengetahui Purnomo pulang hingga jam 23.00 malam
“Mau kendaraane bapak mogok nang ndalan, dadi leren mbenerke sik bu (tadi kendaraannya mogok di jalan, jadi berhenti benerin dulu dijalan bu)” jawab Purnomo dengan nada yang tampak lelah malam itu
Malam itu Purnomo langsung istirahat dengan istrinya, suasana rumah yg biasanya dingin, seketika berubah panas hingga membuat Purnomo yang baru saja tidur kembali bangun.Santi yg merasakan hal yg sama ditambah mendengar suara Purnomo bangun, membuatnya bangun juga dari tidurnya.
Malam kala itu memang tak seperti biasanya, malam yang biasanya diselimuti dingin khas dataran tinggi, tiba-tiba panas entah apa sebabnya
“Panas nemen sih pak, hawane kok maleh dadi sumuk ngene wong you dan barang (Panas banget sih pak, hawanya  kok berubah jadi gerah seperti ini padahal masih hujan juga)” gerutu Santi pada suaminya

Tak berselang lama, Purnomo mendengar ada suara langkah kaki dari atap rumahnya
Purnomo dan Santi saling tatap seakan bingung dengan suara apa atau ada siapa malam-malam lewat atap rumahnya.

Tak berhenti disitu, suara dentuman keras tiba-tiba juga terdengar dari atap rumah, seperti ada yg sengaja melempar rumah mereka
“Opo iku bu?!! Aku tak metu sopo ngerti ono maling sing meh nyolong nang omahe dewe (Apa itu bu?!! Aku mau keluar cek keluar rumah, takutnya ada maling yang hendak mencuri di rumah kita)” ucap Purnomo kepada istrinya dengan muka tegang
Perlahan tapi pasti, Purnomo melangkahkan kaki keluar rumah. Ia keluar dengan membawa parang dan senter di tangannya. Dengan hati-hati Purnomo berjalan mengelilingi rumahnya sambil melihat atap rumahnya.
Purnomo tidak menemukan apa-apa di atap rumahnya selain rintikan hujan yang masih tersisa malam itu
Baru saja melangkahkan kaki saat hendak masuk ke dalam rumah, Purnomo dikagetkan dengan kilatan cahaya datang melewati atas rumahnya. Dengan perasaan takut Purnomo lari dan masuk ke dalam rumah.
Purnomo tidak menceritakan pada Santi apa yg dilihatnya diluar rumah tadi. Purnomo dan Santi kembali melanjutkan tidurnya malam itu. Mereka tidak menyadari jika kejadian malam itu adalah awal dari petaka yang akan mendatangi keluarganya.
Apalagi malam itu juga bertepatan dengan malam yang disebut sebagai 'Malam Anggoro Kasih' Image
Malam Anggoro Kasih atau malam selasa kliwon, malam yang juga disebut sebagai 'Malam Anggoro Kasih' dianggap kramat dan di percaya dapat menghadirkan para lelembut dengan cepat, selain itu juga malam anggoro kasih dipercaya akan membuat urusan guna-guna menjadi lebih ampuh lagi.
kebanyakan orang mengunakan malam ini sebagai titik ritual untuk mentirakati sebuah amalan-amalan akan pengasihan, pelet dan jalur Guna-guna. yang banyak diyakini sebagian orang sebagai malam mujarab untuk mengirimkan santet kepada seseorang.
Pagi harinya Purnomo pergi bersama Agus ke ladang tetangganya yang hari ini panen. Sepulangnya darisana, Purnomo mengeluh kesakitan di seluruh tubuhnya dan badannya demam tinggi. Purnomo dirawat Santi di rumah, semua pekerjaannya di handel Agus dan karyawannya yang lain.
Tiga hari di rawat, Purnomo tidak menunjukan tanda-tanda akan membaik, panas nya semakin tinggi, di hari ketiga ini Santi dibuat bingung sekaligus terkejut dengan keadaan perut suaminya yang mengeras dan ada benjolan di permukaannya.
“Subakti….Subakti…..” teriak Santi memanggil anaknya

“Ndang njaluk tulong wong nang ngarep, kanggo ngeterke bapak berobat (Buruan minta tolong orang di depan, untuk mengantar bapak berobat” seru Santi pada anaknya dengan wajah khawatir karena melihat kondisi Purnomo
Purnomo yang saat itu sadar hanya diam melihat istri dan karyawannya mengangkatnya ke dalam mobil untuk dibawa berobat sore hari itu.
Joko (karyawannya yang mengantar Purnomo dan Santi) membawa kemudi mobil dengan kencang menembus kabut pedesaan yang turun sore hari itu, sesekali ia membunyikan klakson agar mobil yang ia bawa bisa melaju dengan kencang menuju klinik yang agak jauh dari rumahnya.
Sesampainya di klinik, Purnomo hanya di diagnosa sakit demam biasa dan tidak ada penyakit yang lainnya. Santi menggeleng-gelengkan kepala seperti belum puas dengan hasil pemeriksaan ini.
Sore itu mereka pulang ke rumah dengan membawa obat dari dokter, Santi berencana jika tidak ada perubahan dalam dua hari ia akan membawa suaminya ke rumah sakit di kota.
Benar saja, setelah dua hari Purnomo tak juga membaik. Santi ditemani Subakti dan diantar Joko membawa Purnomo ke rumah sakit kota. Memakan waktu satu j jam sebelum akhirnya mereka tiba di rumah sakit.
Disana Purnomo di diagnosa pembengkakan kelenjar getah bening di perutnya dan harus lekas di operasi.

Kurang lebih 2 jam menunggu dengan penuh harap, dokter yang menangani Purnomo datang dengan membawa kabar jika saat di operasi tadi tidak ditemukan apa-apa di perut Purnomo,
benjolan kelenjar getah bening yang dimaksud sebelumnya juga tidak ditemukan.

Santi menangis mendengar kondisi suaminya
Rehat sebentar, sudah adzan isya sekalian makan malam 🙏🏻
Lanjut.....

Santi mencoba bertanya sekali lagi dengan dokter tsb, barangkali ada kesalahan pemeriksaan atau yg lain. Dokter tsb kembali menjelaskan sama dengan penjelasannya awal tadi.
Setelahnya purnomo dirawat disana hingga 3 hari lamanya, perubahan yg terlihat hanyalah demam purnomo yg sudah mulai menurun, tapi perut purnomo masih belum menunjukan adanya perubahan.

Berita tentang purnomo akhirnya menyebar diantara keluarga besar Purnomo dan Santi.
Sampai disuatu hari, Mbah Manik (orang tua Purnomo) datang menjenguk kondisi anaknya. Mbah manik dalam kehidupannya ini masih memegang erat budaya kejawen, tapi anaknya (Purnomo) lebih memilih hidup normal seperti orang-orang pada umumnya.
Di rumah Purnomo, di samping tubuh Purnomo yg terbujur lemah mbah Manik bertanya pada Purnomo tentang apa saja yg terjadi sebelum dirinya jatuh sakit seperti ini.
Disini Purnomo dibantu Santi menjelaskan semuanya, disini juga Purnomo baru membuka pembicaraan soal kilatan cahaya yg ditemuinya diluar rumah tempo lalu.
"Jupukke banyu putih (ambilkan air putih)" pinta mbah menik

Mbah menik meletakkan segelas air putih pemberian Santi di depannya, kemudian mbah menik merapalkan doa entah mantra yg disematkan melalui air putih itu.
"Ombenen pur (Minumlah pur)" suruh mbah manuk pada purnomo

"Penyakitmu iki, iku kirimane wong sing rak seneng kowe sukses pur, deweke iri karo kowe (Penyakitmu ini, itu kiriman dari orang yg tidak terima melihatmu sukses pur, dia iri denganmu)" ujar mbah manik
"Sinten sing tego kanthi gawe mas Pur mekaten niki pak? (siapa yg tega membuat mas pur sampai seperti ini pak?)" tanya Santi

"Saiki, ojo mikir iku sek. Sing penting kewarasane Putnomo. (Sekarang, jangan berpikir itu dulu. Yg penting kesehatan Purnomo" jawab mbah manik
"Pur, Sakbare iki kowe ojo turu nang dipan iki, turuo nang juben. Gaweo panggonan kanggo turu nang juben gowo alas karpet/ tikar, lan tiap dinone ngombeno banyu kelopo ijo. Lakoni iku kanthi 40 dino, ojo sekali-kali luput"
(Pur, setelah ini kamu jangan tidur di ranjang ini, tidurlah dilantai. Buatlah tempat tidurmu di lantai menggunakan karpet/ tikar, dan tiap hari minum air kelapa hijau.
Lakukan ini semua hingga 40 hari lamanya, jangan sekali-kali lupa atau melanggar)" tambah mbah manik pada Purnomo dan Santi
Purnomo dan Santi mengangguk mendengar nasehat mbah manik

Sejauh ini, banyak masyarakat yg masih meyakini kepercayaan ini. Kepercayaan tentang penangkal/ penyembuh santet dengan cara tidur di tanah/lantai dan minum air kelapa hijau
Setelah kedatangan mbah manik Purnomo dan Santi rutin melakukan petuahnya. Santi pun menyuruh Subakti untuk ikut melakukan petuahnya, karena ia takut jika santet ini akan menyebar ke anggota keluarga yg lainnya di rumah ini
Setelah melakukan petuah dari mbah manik keadaan Purnomo perlahan pulih, perut nya yg awalnya keras dan ada benjolan di permukaannya sekarang sudah kembali ke sedia kala.
Oh ya, selama Purnomo sakit dan dalam masa pemulihan semua pekerjaan di handel oleh Agus. Dan Purnomo meminta untuk Agus dan semua karyawannya tidak menyebarluaskan kabar tentang jatuh sakitnya Purnomo
Berhari-hari setelah purnomo sehat, ia kembali beraktifitas seperti biasanya.

Tapi, ada yg aneh bagi Purnomo. Belakangan, Agus tidak seperti biasanya. Dia lebih sering pulang cepat dan lebih murung dari biasanya
Hingga suatu malam saat Purnomo tengah makan malam dengan keluarganya, ia mendapat kabar dari pesan singkat di HP nya jika Agus jatuh sakit. Dan menurut kabar yg diterimanya, sakit yg menimpa Agus ini aneh dan tiba-tiba
Besoknya Purnomo ke rumah Agus, ia terkejut melihat kondisi Agus yg lemah dengan wajah yg pucat.

Anehnya, perut dari Agus juga keras dan membesar bahkan lebih parah dari Purnomo kemarin.
Purnomo yg sudah curiga kalau ini ada kaitannya dengan santet yg dikirimkan padanya tempo lalu, ia kemudian berusaha menyampaikannya pada istrinya.
Namun, Titin (istri agus) sama sekali tidak percaya dengan apa yg dikatakan Purnomo. Terlebih memang sebelumnya ia dan Agus hanya mengetahui jika sakitnya Purnomo tempo lalu hanya sakit biasa tidak ada kaitannya dengan santet
Titin dibantu saudaranya tetap berupaya melalui tenaga medis untuk menyembuhkan suaminya. Tapi, tak seorang pun dari dokter yg didatanginya menemukan penyakit yg diderita suaminya itu.
Hingga 3-5 kali nya Titin berganti dokter dan rumah sakit tapi masih saja tidak ditemukan apa penyakit yg diderita Agus.
Hingga suatu hari Titin berinisiatif mengadakan pengajian di rumahnya, selain berharap kesembuhan untuk suaminya. Ini juga dalam rangka menolak bala yg datang pada keluarganya
Usaha Titin disini berhasil, Agus sembuh. Tapi kesembuhannya tak bertahan lama.

Agus kembali jatuh sakit dan lebih parah dari sebelumnya, bahkan seluruh badannya sangat susah digerakkan.

Titin mulai kehabisan akal bagaimana lagi caranya menyembuhkan suami kesayangannya ini
Titin kembali membawa suaminya ke rumah sakit yg lain, tapi usahanya tetap saja nihil. Tidak ditemukan penyakit apapun di tubuh suaminya
Terhitung sudah hampir 2 bulan lamanya Agus belum juga sembuh.

Titin sudah hampir kehabisan akal untuk menyembuhkan suaminya, ia ingin meminta pertolongan warga di sekitarnya tetapi ia tak ingin penyakit suaminya ini diketahui banyak orang.
Hampir sama dengan Purnomo, Ibu dari Agus ini juga memiliki kepercayaan kejawen dalam hidupnya.
Sebagai informasi ; banyak masyarakat di daerah sana yg masih memegang erat budaya kejawen bahkan hingga sekarang. Terlebih orang-orang tuanya (orang terdahulu). Sehingga banyak diantara mereka memiliki ilmu spiritual yg tinggi
Mbah Latmi, sapaan akrabnya, sengaja di undang oleh Titin untuk membantu menyembuhkan suaminya yg sekaligus anaknya itu. Walaupun sebenarnya Titin masih belum mempercayai hal-hal yg berbau magis tetapi dia tidak tau lagi dengan cara apa untuk menyembuhkan suaminya.
Di awal kedatangan mbah latmi ia menyarankan hal sama dengan apa yg disarankan mbah manik kepada Purnomo.

Tetapi, semua itu tidak memberikan dampak sama sekali. Agus masih terbujur lemah tak berdaya.
Di pertemuan berikutnya, mbah latmi meminta Tutik membawa Agus ke rumahnya yg hanya selisih beberapa desa dari kediamannya.

Narasumber lupa persis hari apa, yg pasti kala itu adalah malam kliwon
Disitu Tutik dan Agus diminta langsung ke halaman belakang rumah. Jadi di belakang rumah mbah latmi ini ada lahan yg kosong yg cukup luas. Disitu sudah ada tungku dengan arang yg terbakar di dalamnya dan ada satu orang yg sepertinya adalah orang kepercayaan dari mbah latmi
Setibanya disana Titin diminta mendudukan Agus dengan bantuannya.

Tampak mbah latmi berkomunikasi dengan orang kepercayaannya itu, sebut saja namanya Karman.
Tak lama karman masuk ke dalam rumah mbah latmi dan keluar lagi dengan membawa kuda mainan yg terbuat dari anyaman bambu, atau orang-orang mengenalnya dengan sebutan 'Kuda Lumping' atau 'Jathilan'
Yap benar, ajian 'Kuda Lumping'. Mbah latmi akan menggunakan Kuda Lumping untuk menangani Agus Image
Mbah latmi menggunakan Karman sebagai medianya/ penari kuda lumpingnya.
"Opo wae sing kelakon engko, kowe anteng wae. Tutik, kowe rodo ngaleh sik seko Agus. Gus, kowe tahan lungguh anteng sek (apa aha yg terjadi nanti, kamu diam aja. Tutik, kamu menjauh sedikiy dari Agus. Gus, kamu tahan duduk diam dulu sementara)" ucap mbah latmi
Tutik dan Agus hanya mengangguk dan melaksanakan apa yg dikatakan mbah latmi
Diantar gelapnya malam Mbah latmi memulai ritualnya, ia terlihat komat-kamit merapalkan mantranya. Agus dan Titin mulai ketakutan melihat mbah latmi walaupun ia adalah orang tuanya, tapi tidak biasanya ia melihatnya dalam kondisi seperti ini.
Tak lama, Karman yg ada di dekatnya mulai kerasukan. Karman mulai memainkan kuda lumping yg tadi diambilnya. Ia menari-nari ke kanan kiri sesukanya, entah apa yg merasuki tubuh karman.
Mbah latmi terlihat mendekati Karman dan kembali merapalkan mantra nya lagi. Darisini, Karman mulai mendekati Agus.
Tampak sekali wajah Agus yg ketakutan, Tutik ingin sekali menemani suaminya, tapi keadaan memaksnya untuk tetap diam disana dan berjarak dari suaminya
Dengan menari-nari Karman perlahan mendekati Agus. Dengan tangannya, karman menyentuh seluruh badan Agus, tak satu pun badannya luput dari sentuhan karman. Tubug Agus mulai bereaksi, ia bergetar hebat saat tubuhnya di sentuh karman
Mbah latmi yg melihat nya tetap diam dan membiarkan karman dan agus, setelah agak lama tangan karman berhenti di kedua telinga Agus, hidung dan mulut secara bergantian.
Seketika Agus batuk hebat, mbah latmi terlihat memegang leher Karman dan kembali merapalkan mantra. Ternyata mbah latmi menyadarkan karman.

Setelah karman sudah normal, mbah latmi mendatangi Agus dan Titin juga ikut menghampirinya.
Disitu mbah latmi dan titin menemukan paku tiga buah dan gumpalan rambut dari bekas batuknya Agus, ditambah mbah latmi membawa jarum 4 buah yg didapatnya dari karman.
"Iki sing gawe Agus koyo ngene, tapi iki durung akhire. Buhul-buhule durung ditemuke, wengi iki kowe nginep nang kene wae. Ngesok wengi gantian goleki buhul sing ono nang omahmu"
"(ini yg membuat agus seperti ini, tapi ini belum berakhir. Buhul-buhul nya belum ditemukan, malam ini kalian tidur disini. Besok malam gantian kita cari buhul yg ada di rumahmu)" ucap mbah Latmi kepada Agus dan Titin
"Ya Allah mas, akhire sampean mari (Ya Allah mas, akhirnya kamu sembuh)" ucap Titin sambil memeluk suaminya

Setelah semuanya beres, Agus, Titin, Mbah Latmi dan Karman istirahat di rumah Mbah Latmi
Pagi harinya, mbah Latmi memanggil Agus dan Titin. Mbah latmi baru menjelaskan kalau sakit yg diderita agus adl kiriman atau santet yg sengaja dikirimkan orang lain,dan jg ia sudah tau siapa yg mengirimkan santet ini,orangnya sama dengan orang yg mengirimkan santet kepada Purnomo
Tapi, mbah latmi enggan untuk memberitahukannya, karena menurutnya ilmu dari yg mengirimkan santet ini lebih sakti daripada ilmu mbah latmi.
Jadi, mbah latmi hanya bisa fokus membantu mencari dimana letak buhul-buhulnya ditanam dan itupun tidak maksimal karena saking kalah saktinya dengan orang yg mengirimkan santet ini
Malamnya sekitar jam 20.00 Agus dan Titin kembali ke rumahnya bersama mbah Latmi dan Karman.

Disana mbah latmi kembali melakukan ritual kuda lumpingnya, bedanya disini mbah latmi melakukannya di dalam rumah. Karena diluar rumah masih turun hujan.
Dengan peralatan yg sebelumnya disiapkan mbah latmi memulai ritualnya, dengan cara yg sama ia menggunakan karman sebagai media nya.

Malam ini mbah latmi fokus mencari buhul yg ditanam di rumah Agus.
Tak memakan waktu lama, Karman mulai kerasukan. Mbah latmi terus komat-kamit entah apa yg dibacanya.

Karman yg awalnya hanya menari-nari dengan kuda lumpingnya akhirnya memberikan petunjuk dengan tangan dan ucapannya
"Nang kono..... nang kono...... (disana.....disana......)" ucap karman dengan nada bicaranya yg serak dan berat sambil menunjuk ke arah samping rumah Agus.

"Nang ndi....? (dimana....?)" tanya mbah latmi
"Nang kono.... nang ngisore wit gedang (disana...dibawah pohon pisang)"

Setelah cukup informasi mbah latmi mengembalikan karman ke sedia kala. Setelahnya mbah latmi, diikuti Agus dan Tutik keluar rumah mencari buhul dengan membawa petunjuk dari karman tadi.
Dibantu cahaya senter Mbah latmi, Agus dan Tutik ke luar rumah yg masih gerimis kala itu. Dengan hati-hati mereka melangkahkan kaki menuju pohon pisang disamping rumah Agus. Setelah ketemu, Agus menaruh curiga dengan gundukan tanah di dekatnya. Dengan cepat ia menggali tanahnya,
Dan benar saja,

Setelah cukup dalam menggali Agus menemukan sebilah keris yg tertanam disana, dan ada bungkusan kain yg berisi tanah, paku dan silet di dalamnya.

"Ayo ndang mlebu ngomah meneh (ayo buruan masuk rumah lagi)" ajak mbah latmi
Saat masuk ke dalam rumah, hujan turun tambah deras. Diantara berisiknya air hujan, Mbah latmi, agus, titin dan karman dikagetkan dengan suara benturan keras di atap rumah
"Deweke gawe serangan balek, kabeh sing nang kene raoleh metu kabeh seko omah sakdurunge padang ngesok (Mereka buat serangan balik, semuanya dilarang keluar rumah sebelum terang besok)" seru mbah latmi
"Iki wong ora sepele, ilmune sakti mandroguno. Aku ora ono apa-apane, tapi asal awake dewe meneng wae nang kene ora bakal ono opo-opo"
"(orang ini tidak sembarangan, ilmunya sakti mandraguna. Aku tidak ada apa-apanya, tapi asal kita diam disini tidak akan terjadi apa-apa)" tambah mbah latmi
"Santet iki durung ono ujunge, buhul sing awake dewe temuke mau ora sing utamane, iseh ono siji sing utamane dan aku ora iso goleki nang ndi buhul kui dipendem mergo wong sing ngirim mageri buhule ben ora iso tak goleki keberadaane. Ilmu ku ora cukup tekan semono"
"(santet ini belum berakhir, buhul yg semalam kita temukan bukan yg utama, masih ada satu yg utama dan aku tidak bisa mencarinya. Karena orang yg mengirim santet ini memagari buhul yg utwma agar tidak bisa terdeteksi keberadaannya. Ilmuku tak cukup sampai disitu)" ujar mbah latmi
Malam itu semua istirahat, kecuali mbah latmi. Ia terjaga semalaman untuk berjaga-jaga.

Paginya, mbah latmi dan karman pamit pulang. Mbah latmi berpesan pada Agus dan Titin agar menjaga diri, dan ia meminta maaf kalau hanya mampu membantu sebatas ini
Rehat sebentar ya, menulis ginian juga memakan energi yg lumayan. Dan saya cukup takut juga menulis ini, karena hingga sekarang keluarga narasumber masih sering diganggu hal-hal gaib karena dampak santetnya
Sepertinya rehat dulu untuk malam ini ya... Sampai jumpa di malam minggu 👋🏻
Sebentar lagi saya mulai, saya hendak makan dulu sebelum mulai cerita.

Mari kita kumpul dulu....
"Dan (ingatlah) hari di waktu Allah menghimpunkan mereka semuanya (manusia dan jin), (dan Allah berfirman) : “Hai golongan jin (setan), sesungguhnya kamu telah banyak (menyesatkan) manusia,” lalu berkatalah kawan-kawan mereka dari golongan manusia :
Ya Rabb kami, sesungguhnya sebagian dari kami (manusia) telah mendapat kesenangan dari sebagian yang lain (jin) dan kami telah sampai kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami”. Allah berfirman :
Neraka itulah tempat tinggal kamu semua, sedang kamu semua kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain)” (QS. Shad: 55).
Bismillahirrahmanirrahim... Saya lanjut lagi
Saya luruskan dulu.

Yg saya maksud disini 'Titin' ya, mungkin ini akibat kelelahan semalam mau menulis 'Titin' malah jadi 'Tutik'
Sejak kedatangan mbah latmi, kondisi Agus mulai membaik. Walaupun begitu Agus masih menghabiskan waktunya di rumah dengan istirahat, usahanya dengan Purnomo sementara di handel oleh Purnomo sendiri.
Setelah berhari-hari lamanya, Agus kembali beraktifitas.

"Gus.... Pie kabarmu? wes sehat? (gus... gimana kabarmu? sudah sehat?)" tanya Purnomo di pertemuan pertama mereka setelah Agus membaik

"Alhamdulilah mas" jawab Agus
Semua kembali normal, Agus dan Purnomo kembali aktifitas bersama. Bisnisnya terus jalan ditengah persaingan yg semakin kesini semakin banyak.

Hingga di suatu hari di malam jum'at, Agus dan Titin sedang makan malam ditemani hujan lebat disertai angin kencang diluar rumah.
"Tokk....tokk....tok...." suara ketukan pintu yg memecah suasana mereka berdua

"Sopo sing mertamu udan-udan ngene (Siapa yg bertamu hujan begini)" gerutu Agus sambil berdiri dan berjalan ke pintu depan. Tidak ada rasa curiga di benak mereka berdua.
Baru saja mengayun daun pintu dan menariknya, tiba-tiba tubuh Agus terpental jatuh tersungkur ke belakang

"Bukkkkk....."

Titin yg masih makan kaget dan buru-buru menghampiri suaminya.
"Astagfirulah mas....." teriak Titin setelah melihat suaminya pingsan tepat di dekat pintu rumah yg masih dalam keadaan terbuka

"Mas...mas...." titin mencoba menyadarkan agus dengan cara menampar pipinya berkali-kali
Berkali-kali ia mencoba sampai akhirnya Agus sadar dengan mata yg terbelalak seakan-akan dia mengisyaratkan kaget dan ketakutan.

"Dek... tutupen lawange...tutupen lawange!!! (dek... tutup pintunya....tutup pintunya....!!!)" teriak Agus
Dengan rasa bingung sebenarnya apa yg terjadi dengan suaminya, Titin dengan cepat menutup pintu rumahnya.
Angin malam dan gemercik suara hujan menyertai mereka pada malam itu. Cepat-cepat Titin membawa tubuh Agus yg masih lemah ke dalam kamar.
Disitu Agus menceritakan jika setelah membuka pintu ada sosok hitam seperti lutung masuk dan mendorong badannya hingga jatuh tersungkur kemudian ia pingsan
Sejak kejadian itu Agus kembali jatuh sakit, badannya demam tinggi, badannya kaku sulit digerakkan dan perutnya mengeras sangat keras seperti ada balok kayu di dalam perutnya.
Berkali-kali Titin mencoba membawanya ke dokter tapi jawabannya sama seperti khasus sebelumnya, tidak ada penyakit yg terdeteksi di badannya.
Akhirnya Titin kembali lagi ke mertuanya mbah latmi, dia menceritakan kejadian malam jumat saat pertama kali Agus kembali jatuh sakit seperti sekarang ini.
"Aku ora iso janji, tapi tak usahake kanggo anakku. Kowe muliho dijogo bojomu (Aku tidak bisa janji, tapi aku usahakan buat anakku. Kamu pulang saja menjaga suamimu)" suruh mbah latmi kepada titin
Kala itu hari minggu malam senin, 2 hari setelah kejadian Agus jatuh tersungkur. Dengan seluruh tenaga dan ilmu yg dipunya mbah latmi berusaha menyelamatkan putra laki-laki nya dari serangan santet. Namun apa daya, upaya mbah latmi dengan mudah dipatahkan oleh pengirim santet tsb
Tiga hari setelah itu, Agus menghembuskan nafas terakhirnya secara mengenaskan, ia meninggal diatas tempat tidurnya dengan mata terbelalak, mulut menganga dan perut yg masih mengeras. Titin histeris melihat kondisi suaminya yg meninggal dengan kondisi demikian
Akhirnya santet ini memakan korban. Agus, sudah tewas karenanya.

Satu desa ramai karena kabar kematian Agus yg sudah banyak diketahui karena serangan santet. Purnomo yg mendengar kabar kematian Agus lekas mendatangi rumahnya.
"Ngopo kowe rene? kowe sing nyebabke bojoku mati! lungo kowe! (Mau apa kamu kesini? kamu yg membuat suamiku mati! pergi kamu!)" teriak Titin saat Purnomo baru menginjakkan kaki di rumahnya
Suasana yg awalnya haru seketika berubah tegang karena kedatangan Purnomo. Akibat kemarahan Titin, banyak orang disana yg menyimpulkan jika kematian Agus ada hubungannya dengan rekan usaha yg sekaligus saudaranya, Purnomo.
Semenjak kejadian itu, ada kesenjangan antara keluarga Titin dengan Purnomo. Titin memilih menjauh sejauh-jauhnya dari keluarga Purnomo agar tidak bernasib sama seperti Agus.
Sejak kematian Agus, hidup Purnomo menjadi banyak sekali cobaan, mulai dari cibiran orang-orang yg belum hilang, ditambah berita santet yg menimpa dirinya dan Agus sehingga membuat dirinya banyak dijauhi tetangga dan rekan bisnisnya.
Masih ingat perkataan mbah latmi?

Ada dua hal utama yg dikatakan mbah latmi. Pertama,yg mengirim santet pada Agus orangnya sama dengan orang yg mengirim santet kepada Purnomo,artinya sudah pasti orang yg mengirimkan ini memiliki kecemburuan/ iri terhadap pencapaian mereka berdua
Kedua, buhul yg ditemukan mbah latmi di rumah Agus itu bukan merupakan yg utama. Masih ada buhul yg utama yg tidak bisa dicarinya.

Sementara kita tau, bahwa jika ingin menghilangkan santet maka kita harus mencari dan menghilangkan semua buhul-buhul yg ada.
Sejak banyak berita-berita miring menyerang Purnomo, perlahan bisnis Purnomo menurun. Banyak petani-petani yg lebih memilih menjual hasil buminya kepada tengkulak yg lain, karena mereka lebih memilih 'cari aman', daripada mereka ikut menjadi korban seperti Agus.
Purnomo masih belum meyadari jika santet ini belum berakhir, mbah latmi atau Titin tidak sama sekali memberi tau kalau masih ada buhul yg utama yg entah ditanam dimana.
Kurang lebih satu bulan,sama sekali tak ada gangguan menyerang kehidupan Purnomo

Tapi sampai pada suatu hari, sesuatu terjadi pada mbah menik

Mbah menik,yg rumahnya tak jauh dari Purnomo mulai mendapat gangguan. Entah apa penyebabnya sampai mbah menik yg gantian menjadi incaran
Mbah menik ini tinggal dengan istrinya (mbah marsih)ditemani dua anaknya Amin dan Rohmat (adik Purnomo) yg masih tinggal disana. Mereka tinggal di dalam rumah kayu yg memiliki nuansa jawa kuno, dengan bentuk joglo dan pernak-pernik antiknya.
Mbah menik ini sehari-harinya menggarap ladang di ladang milik pribadinya.

Suatu hari mbah marsih dan mbah menik sedang duduk dalam rumahnya sambil menikmati sejuknya suasana pegunungan yg bisa dirasakan hingga dalam rumah.
Mereka duduk sambil menyeruput teh hangat di kursi kayu panjang, orang disana menyebutnya kursi jongko.

Entah saat sudah berapa lama tiba-tiba saat mbah marsih melihat ke arah mbah menik, disampingnya ada makhluk terbungkus kain putih dengan kuncup di kepalanya. Image
Sontak mbah marsih yg melihat memalingkan wajah dan berlari keluar rumah sambil berteriak.

"Pocong.....Pocong........"

Mbah menik yg bingung mengikutinya di belakang.
Diluar, mbah marsih bercerita kalau ia melihat pocong sedang duduk di kursi panjang di sebelah mbah menik.

Mbah menik sama sekali tidak mau masuk rumah sebelum Amin dan Rohmat pulang ke rumah.
Walaupun suaminya (mbah menik) memiliki kepercayaan kejawen, tidak berarti dia dan suaminya kebal dan selalu biasa saja ketika mengetahui hal-hal gaib.

Mbah menik dan mbah marsih menunggu mereka di luar rumah hingga hari temaram.
"Lho, pak bu kok nang njobo? (lho, pak bu kok diluar?)" tanya Amin yg pulang lebih dulu dari Rohmat

"Gakpopo min, pengen golek angin wae nang njobo (gakpapa min, ingin cari angin aja di depan)" jawab mbah marsih yg enggan menceritakan dari apa yg dilihatnya tadi
Saat baru saja masuk rumah, Rohmat pulang. Mbah marsih menjadi tenang dengan kepulangan mereka berdua

Seperti Purnomo dan Agus sebelumnya, santet akan datang ketika ada kejanggalan-kejanggalan yg mengawalinya sebagai tanda
Walaupun sempat teringat dengan masalah Putnomo, tapi disini mbah menik menyangkal pikirannya itu. Menurutnya tidak mungkin santet itu sampai kepadanya,
karena dia merasa tak punya masalah apapun dengan orang-orang diluar sana, apalagi hingga menyakiti orang lain yg dapat memicu santet seperti yg dialami Purnomo
Semua tetap berjalan normal sejak kejadian itu. Bedanya, setelah kejadian itu mbah menik tidak memiliki nafsu makan sama sekali. Berhari-hari ia sama sekali tidak memasukan makanan ke dalam perutnya kecuali air putih, mbah marsih dan dua anaknya sampai bingung dengan mbah menik
Berkali-kali ia memaksa mbah menik untuk makan, tapi usahanya gagal. Sempat pernah berhasil sekali, tapi kemudian makanan itu dimuntahkan.
Heran, bingung, dua hal yg dirasakan mbah marsih, Amin dan Rohmat. Mereka bingung sebenarnya apa yg terjadi dengan mbah menik. Di keseharian ia tampak biasa saja, tapi perlahan badannya menjadi kurus kerontang karena hanya kemasukan air putih
Perlahan kondisi mbah menik semakin memburuk, ia jatuh sakit dengan kondisi badan yg sangat kurus. Sudah hampir 2 minggu mbah menik berada dalam situasi ini, di kondisinya sekarang, mbah menik masih menolak jika diberi makan.
Jika dipaksa makan, pasti akan dimuntahkan lagi. Semuanya akan dikeluarkan lagi kecuali air putih.

Mbah marsih dan keluarganya yg lain mencoba memberinya vitamin untuk memberi asupan pada tubuh mbah menik.
Karena sudah sangat memprihatinkan, mbah menik dibawa ke dokter terdekat di rumahnya. Sama dengan Purnomo dan Agus, dokter tsb tidak menemukan penyakit apa-apa, dibawa ke klinik dan rumah sakit yg lain pun juga sama.
Disini mbah menik baru menyadari, kalau sakit yg di deritanya ini bukan penyakit yg biasa. Dalam hati mbah menik ingin bertindak, tapi badannya tidak memiliki daya. Sementara mbah marsih dan keluarga yg lain sama sekali tidak menuruni kepercayaannya, hanya dia yg memahaminya.
Di titik ini mbah marsih dan anak-anaknua tidak putus asa, mereka membawa mbah menik ke paranormal-paranorma yg diketahuinya, hingga di ruqyah di salah satu rumah kyai di daerahnya.
Sampai-sampai disuatu hari mbah marsih mengadakan pengajian di rumahnya dengan tujuan menyembuhkan mbah menik.
Diantara pengajian tsb, siti (sanak saudara dari mbah menik) kerasukan dan mengatakan "sing eling lan sing ngati-ati nang griyo iki (ingat dan hati-hati di rumah ini)"
Siti berontak saat beberapa orang mencoba menyadarkannya. Tapi disini ada yg unik, siti ini sedari kecil sudah sering kerasukan. Dan siti bisa disadarkan jika tubuhnya dikalungi selendang hitam yg dipakai penari kuda lumping.
Keluarga yg sudah memahami tanpa berpikir langsung mengeluarkan selendang hitam dan mengalungkannya di leher siti, seketika ia pingsan dan sadar.
Tidak lama dari situ, tiba-tiba timbul reaksi dari tubuh mbah menik.
"Ora bakal ono sing iso ngalangi kekarepanku, termasuk kowe-kowe kabeh. Lungo kowe! Lungo! (Tidak akan ada yg bisa menghalangi tujuanku, termasuk kalian semua. Pergi kalian! Pergi!)" ucap mbah menik dengan suara berat dan menyeramkan
Semua orang disini sudah mengetahui, jika itu bukan mbah menik.

Melihat itu, anak-anak mbah menik menahan tubuh mbah menik yg mencoba berontak. Jika dalam kondisi normal, jangankan berontak, ingin duduk sendiri saja mbah menik tak punya daya.
Tapi, kali ini mbah menik sangat kuat. Walaupun bisa tertahan, tapi terlihat wajah dari anak-anaknya yg kewalahan menahannya
Beberapa hari setelah pengajian, mbah menik belum memperlihatkan adanya perubahan, nampaknya upaya mbah marsih dengan keluarganya belum membuahkan hasil, mbah menik tetap terbujur kaku dan lemah dengan badan yg tambah kurus memprihatinkan.
Di hari itu, siang hari mbah marsih dan seluruh anak, mantu dan cucunya berkumpul. Mereka mencari jalan keluar dari permasalahan ini.
Belum sampai mereka mendapat akal, mereka kaget melihat mbah menik keluar dari kamarnya dan berjalan dengan gagahnya keluar rumah dengan pisang di tangannya menuju depan rumah. Disana mbah menik mengambil batu di pelataran rumahnya dan melemparkannya ke atap rumah
Sontak Mbah marsih dan anak-anaknya menghampiri mbah menik dan menahannya.
"pak? bapak kok kuat mlampah?! bapak mbalangi opo? (pak? bapak kok kuat jalan?! bapak melempari apa?)" tanya salah seorang anaknya
"Kae, akeh kethek nang nduwur kono (itu, banyak monyet di atas sana)" jawab mbah menik

Dari nada dan tutur kata nya bisa dikenali kalau ini bukan mbah menik, lagipula mana kuat mbah menik berdiri dari tempat tidurnya dan jalan ke depan rumah.
Tak lama, mbah menik pingsan dan diangkat anak-anaknya ke dalam kamar.

Disitu semua keluarganya hampir putus asa, mereka sudah ikhlas kalau ini sudah waktunya mbah menik tapi mereka memohon untuk tidak dibuat seperti ini.
Di siang itu mbah marsih dan anaknya menemukan satu cara dan mungkin ini menjadi upaya terakhir mereka.
Mereka berencana akan mengadakan pengajian kembali di malam jum'at, mereka akan mengundang kyai-kyai di beberapa desa di sekitar daerahnya untuk membantu menyembuhkan mbah menik. Setelah dikumpulkan, ada 21 kyai yg akan diundang oleh mereka.
Singkat cerita, tibalah sampai malam jum'at yg ditentukan. Pengajian dimulai tepat pukul 22.00 malam di rumah mbah menik.

Malam hari kala itu benar-benar memiliki suasana yg berbeda, dinginnya malam disertai angin kencang tapi tidak menunjukkan akan turun hujan.
Salah seorang kyai yg bernama kyai Sigit membawa tempat air seperti jerigen yg setengahnya berisi air.

Pengajian dimulai di dalam kamar mbah menik, 21 kyai tsb duduk mengelilingi mbah menik dan ada 2 kyai (Kyai sigit dan kyai Rahman) yg duduk tepat disamping mbah menik
"Nak, pegang dan tahan tubuh bapak jika berekasi" ucap kyai rahman

Jerigen di letakkan di dekat kyai sigit

Bismillahirrahmanirrahim...

Pengajian dimulai.
Baru saja dimulai, lampu kamar mbah menik dan ruang tengah tiba-tiba mati.

Rumah jawa kuno ditambah nuansa gelap benar-benar membuat bulu kuduk merinding malam itu. Keluarga yg ikut menunggu disana hanya mampu diam dan menangis melihat kondisi ini.
Semakin lama lantunan ayat Al-Qur'an semakin keras mengisi setiap sudut kamar mbah menik. Terlihat kyai sigit bergantian memegang seluruh sudut tubuh mbah menik sambil menariknya dan menaruhnya ke dalam jerigen yg berisi air,
kemudian jerigen tsb ditutup lagi

kyai sigit seperti mengambil sesuatu dari tubuh mbah menik tapi tak terlihat.

Di setiap tarikannya, keluar teriakan dari mulut mbah menik. Mbah marsih yg berada didekatnya hanya menangis melihat suaminya kesakitan di depan matanya
"Tutup semua pintu dan jendela rumah" pinta kyai sigit

Amin bergegas menutup semua pintu dan jendela rumahnya

Tak lama darisitu mbah menik berontak sangat hebat dan ditahan anak-anaknya yg mencengkeram tangan mbah menik.
Suara pengajian terus menggema,di kamar mbah menik yg gelap. Tiba-tiba dari luar rumah terdengar suara benturan-benturan keras seperti ada sesuatu yg mencoba masuk ke dalam rumah mbah menik,rumah kayu yg awalnya diam dan kokoh tiba-tiba bergetar akibat benturan-benturan dari luar
Malam kalai itu benar-benar menjadi malam pertempuran antara para kyai dengan orang yg mengirimkan santet pada keluarga Purnomo.

Tegang dan menakutkan. Hanya itu yg bisa dirasakan sekarang
"Astagfirullahh..." teriak keluarga mbah menik yg menyaksikan kejadian ini

"Ahhhhh....panas......ahhhh....." teriak mbah menik sambil berontak

"Lailahaillallah... Lailahaillallah...." suara para kyai semakin menggema
Kyai sigit masih terus melakukan aktifitasnya, jerigen di samping kyai sigit mulai bergerak-gerak seakan-akan isi didalamnya mencoba untuk keluar.
Cukup lama para kyai bertahan di posisi ini sampai akhirnya semua selesai. Suara benturan dan getaran didalam rumah semuanya menghilang seiring dengan pengajian yg telah selesai. Mbah menik juga terlihat tidur diatas tempat tidurnya
"Yg di dalam sini adalah yg membuat mbah menik seperti ini, tolong jerigen ini dibuang di air yg mengalir dan jangan sekali-kali dibuka" ujar kyai sigit sambil memegang jerigennya
Jam sudah menunjukkan pukul 1 malam, 3 orang anaknya termasuk Purnomo membawa jerigen ke sungai yg agak jauh dari rumahnya untuk membuangnya
Beberapa hari setelahnya keadaan mbah menik perlahan membaik, tubuhnya sudah menerima jika diberi makanan. Tapi, seringkali mbah menik ketakutan sambil menunjuk atap rumahnya
"Kethek e akeh (monyetnya banyak)" ucap mbah menik sambil menunjuk antap rumahnya dengan wajah yg takut
Mbah marsih dan anak-anaknya tak berpikir lama, mereka kembali mengadakan pengajian untuk menghilangkan monyet-monyet yg dimaksud mbah menik. Kali ini tidak membutuhkan waktu yg lama dan tidak semenegangkan sebelumnya
Semua gangguan itu perlahan hilang dan beberapa hari setelahnya mbah menik meninggal karena keadaannya yg sudah sangat memprihatinkan.

Sudah pasti suasana haru mengiringi kepulangan mbah menik, orang tua yg mereka cintai telah pergi selama-lamanya.
Tapi, semua ini masih juga belum berakhir.

Di suatu malam Santi (istri purnomo) bermimpi dalam tidurnya. Santi mimpi didatangi makhluk berjubah hitam dan memberikan tanda jika santet ini belum berakhir dan menyuruh agar buhul yg utama cepat dilenyapkan
Santi yg bingung bercerita pada Purnomo, mereka berdua bingung teror santet ini belum juga ada ujungnya.

Hingga pada suatu hari entah karena apa, Purnomo memiliki keinginan membangun garasi mobil di depan rumahnya.
Singkat cerita Purnomo memulai pekerjaannya, dengan memanggil tukang, Purnomo menggali pekarangan rumahnya. Sampailah saat Purnomo menebang dan menggali pohon jeruk di depan rumahnya
Saat kurang lebih satu meter menggali, cangkulnya membentur benda yg asing dilihatnya disana. Digalilah semakin dalam sampai akhirnya Purnomo menemukan bambu kuning berukuran 30cm,
setelah diteliti lagi ternyata di dalam bambunya, Purnomo menemukan paku yg sudah karatan, jarum l, silet dan tanah merah dengan jumlah yg banyak dibungkus dengan kain kafan.
"Pak Purnomo sampun aman, sampun ketemu (Pak Purnomo, sudah aman, sudah ketemu)" ucap salah seorang tukang disana
Disitu barulah Purnomo mengetahui jika ini merupakan akar(buhul) dari seluruh bencana yg menyerang keluarganya. Disitu Purnomo langsung membakar bambu dan semua isinya hingga tak tersisa.
Beberapa hari setelahnya, Purnomo sempat mencari tau siapa pengirim dari semua ini dan akhirnya menemukan. Dia adalah orang yg dikenalnya dan memiliki profesi sama dengannya.
Tapi, Purnomo lebih memilih menyimpan rapat ini semua, ia tak ingin memperpanjang masalah semuanya. Sudah cukup Agus dan Bapaknya menjadi korban.
Setelah semua kejadian ini keluarga Purnomo kembali tenang dengan semua aktifitasnya.
Tapi, sampai sekarang entah ini merupakan dampak dari santet ini atau yg lain. Keluarga Purnomo menjadi lebih peka dan masih kerap di ganggu hal-hal gaib dalam kehidupannya

--TAMAT--
Mohon maaf jika tulisan saya masih amburadul atau susah dimengerti ya 🙏🏻

Bagaimana tanggapan teman-teman pembaca tentang kisah ini? atau sempat ada yg mengalami hal yg sama?

Silahkan komentar dibawah dengan rapi ya, kita sharing sama-sama
yg belum mampir, boleh next ke cerita saya yg lainnya 👇🏻

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with w a h .

w a h . Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @wahyuariyantn_

Nov 9, 2023
"RUMAH PENGANTAR KEMATIAN"

Part 3 - Kematian Pertama

Dia terduduk ketakutan sambil menangis di depan kamarnya, ia mencoba menutupi wajahnya dengan lutut dan kedua tangannya. Dalam takutnya, ia terus berkata "Aku tidak mau Mati"

@bacahorror @IDN_Horor @ceritaht Image
Selamat malam! Setelah 3 minggu, akhirnya saya bisa kembali menulis lagi 😁 Mohon maaf ya
Untuk part-part sebelumnya bisa lebih dulu dibaca di sini.

Part 1
Read 97 tweets
Oct 19, 2023
"RUMAH PENGANTAR KEMATIAN"

Part 2 - Bayangan Di Dalam Kegelapan

Sesuatu bersembunyi diantara gelap malam itu. Meski samar, semakin lama bayangan sosok itu semakin tinggi dengan buntalan ikatan di ujung kepalanya

@bacahorror @IDN_Horor @ceritaht Image
Update pelan-pelan, karena sedang dalam perjalanan. Jika yg ingin langsung baca tanpa jeda, part 2 dan 3 sudah tersedia di platform sebelah ya

Part 2 : karyakarsa.com/wahyuariyantn/…
Part 3 - Kematian Pertama : karyakarsa.com/wahyuariyantn/…
Read 83 tweets
Oct 12, 2023
"RUMAH PENGANTAR KEMATIAN"

Diantara gelap, dia mencari mangsa, menghabisi satu-persatu penghuni di sana, seolah kematian sudah melekat kepada siapa saja yang memilih tinggal.

- a thread

@bacahorror @IDN_Horor @ceritaht @P_C_HORROR #bacahorror Image
“Hallo, Mas Wahyu! Aku ada cerita, yang mungkin bisa untuk diceritakan. Cerita kelam, yang mungkin akan terus teringat entah sampai kapan, karena saat itu aku hampir mati” Ucap seseorang pria yang aku kenal melalui seorang kawan.
Saya menyebut pria ini dengan nama “Santo” . Usianya sekarang baru menginjak kepala tiga, dan saat kejadian kelam ini terjadi, Santo masih berusia 21 tahun dan sedang menjalani semester akhirnya sebagai seorang mahasiswa.
Read 61 tweets
Sep 2, 2023
"NANDUR NYAWA"

Part 2 - Mulai Terlihat

Sosok dibalik tanah ini mulai memperlihatkan eksistensinya. Tubuhnya setinggi langit-langit rumah, wajahnya mengerikan dengan empat taring yang tumbuh di dua rahang mulutnya.

@bacahorror @IDN_Horor @P_C_HORROR @Penikmathorror Image
Ini merupakan lanjutan dari cerita Nandur Nyawa di part pertama
Untuk part pertama, silakan bisa dibaca disini ya
Read 14 tweets
Aug 26, 2023
"NANDUR NYAWA"

Apa jadinya jika tanah subur yang kamu ketahui selama ini ternyata rahasianya adalah nyawa manusia yang ditanam di dalam tanahnya?

@bacahorror @IDN_Horor @P_C_HORROR @Penikmathorror #threadhorror #ceritahorror Image
“Akhirnya sampai juga.” ucap pama Sanjaya.

“Paman Sapto, Na. Panggil saja pamanku dengan itu.”

“Di mana tempat tinggal, Paman? Kami sudah kedinginan.” Tanya Sanjaya.
“Di sana, tapi, rumah yang akan kalian tempati nanti tidak di rumah paman. Tempat untuk kalian sudah disediakan oleh juragan.” Tutur paman Sapto sebelum menuntun sepeda untanya mengarahkan Sanjaya dan Kelana.
Read 9 tweets
Jun 15, 2023
"BELENGGU SUKMA"

Mereka ada dimana-mana, mengintai hampir setiap malam. Pengabdian KKN yg diperkirakan lancar, ternyata malah akan merenggut nyawa mereka satu-persatu setelah kutukan desa tempatnya KKN kembali muncul setelah puluhan tahun menghilang

@bacahorror @IDN_Horor Image
Detik demi detik berputar, tanpa terasa satu persatu dari mereka datang lalu memperkenalkan dirinya masing-masing. Pertemuan itu, akan mereka gunakan untuk membahas susunan tugas serta program bersama yang akan mereka bawa saat terjun di desa.
Namun, sudah tiga puluh menit berlalu sejak orang terakhir datang, ada satu orang yang belum juga terlihat wujudnya. Dia adalah Maya. Bahkan, sejak komunikasi melalui grup whatsapp, Maya pun belum sama sekali merespon.
Read 99 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(