Pasukan jin dan malaikat didatangkan untuk mengamankan rapat akbar NU di senayan 1992
Pasukan yang siap didatangkan oleh beberapa paranormal yang berpromosi mampu mengamankan acara Rapat Akbar NU kepada Ketua Panitia almarhum Abu Hasan.
Tawaran itu mendorong Abu Hasan untuk menanyakan kepada Wakil Sekjen PBNU H. Ahmad Bagdja. Namun, Ahmad Bagdja tidak menolak ide tersebut, walaupun ia menyanggupi untuk mencari jalan yang lebih bagus.
Para Kiai konon memiliki santri yang terdiri dari para jin, bahkan di antaranya menjadi khadam (pelayan) kiai. Banyak kiai yang tidak mau berurusan dengan jin. Namun demikian, mereka mengenalnya dengan baik walau mereka belum pernah menyaksikannya.
Urusan pasukan jin yang ditawarkan oleh paranormal kemudian diserahkan kepada Ahmad Bagdja. Isu itu juga ramai diberitakan media massa. Pemerintah dan masyarakat terkejut mendengarnya. Baru pada saat itulah wacana tentang jin muncul dalam perbincangan politik di tengah publik.
Rapat Akbar rencananya bakal menghadirkan satu juta warga NU. Masyarakat terkejut mendengar rencana ini. Begitu juga aparat keamanan dan Menteri Dalam Negeri.
Polisi mengaku akan kesulitan mengamankan massa yang jumlahnya sangat besar.
Sedangkan Menteri Dalam Negeri mengatakan bahwa secara teknis sulit mengatur, memberikan konsumsi, dan menyediakan toilet untuk peserta acara.
Pemerintah kemudian membujuk NU agar mengurungkan niatnya.
Pemerintah tidak berani melarang secara tegas karena tujuan Rapat Akbar itu adalah doa bersama dan apel kesetiaan pada Pancasila. Dengan acara ini, NU sendiri tidak bisa lagi dituduh tidak setia atau anti-Pancasila .
Abu Hasan menyatakan bahwa Banser NU harus berkoordinasi dengan “pasukan besar” yang dipimpin Ahmad Bagdja. Di tengah rasa penasaran mengenai “pasukan besar” itu, Ahmad Bagdja hanya tersenyum.
Namun, ia setidaknya mampu meyakinkan bahwa dengan adanya pasukan jin maka NU siap menghadapi tekanan pemerintah. Pasukan jin itu bisa menguatkan niat NU dan membuat grogi aparat yang akan mengganggu acara.
Seperti halnya Ahmad Bagjda, KHAbdurrahman Wahid hanya tersenyum ketika ditanya mengenai adanya pasukan jin tersebut.
Turunnya dana pengamanan untuk pembiayaan pasukan jin justru membuat Ahmad Bagdja geli. Ia sama sekali tidak mengenal paranormal, apalagi jin.
Maka, setelah dibicarakan dengan beberapa tokoh NU, dana itu digunakan untuk melakukan doa di berbagai masjid dan surau di Jakarta. Tujuannya memohon keselamatan kepada Allah Swt.
Dengan doa itu para pengurus NU yakin bahwa Allah akan menurunkan pasukan malaikat untuk melindungi mereka.
Panitia Rapat Akbar kemudian membeli ribuan tasbih dan mencetak ribuan eksemplar buku Surat Yasin dengan logo PBNU.
Selama dua minggu, orang-orang di berbagai masjid dan surau melakukan doa bersama untuk kesuksesan dan keselamatan Rapat Akbar NU.
Sejak Revolusi 1966, belum ada model mobilisasi massa yang berskala besar di Indonesia.
Oleh karena itu, pemerintah dan aparat keamanan merasa kerepotan dengan pelaksanaan Rapat Akbar NU.
Namun, doa bersama yang diinisiasi oleh panitia telah membuat NU semakin percaya diri. Gus Dur sendiri tidak mau mundur dari rencana tersebut.
Padahal, pemerintah terus memberi tekanan untuk membatalkan acara. Para pengamat politik pun meremehkan acara tersebut dan menganggapnya sebagai show of force yang tak berarti.
Ketika Rapat Akbar NU akhirnya berlangsung di Lapangan Timur Senayan, Jakarta, pada 1 Maret 1992, banyak orang mengira acara itu dijaga pasukan jin. Sedangkan kalangan NU merasa berada di bawah lindungan Allah karena mereka selalu memanjatkan doa di sepanjang acara berlangsung.
Namun demikian, Gus Dur masih kurang puas karena merasa beberapa peserta dari luar kota dihadang oleh aparat keamanan sehingga mereka tidak bisa menghadiri acara besar tersebut.
Saat tahun 1988 negaranya bertempur dengan pasukan Soviet, orang tua si kecil Mariam (4 tahun) memutuskan meninggalkan Kabul, Afghanistan. Tapi kemana? Mereka bergabung dengan para pengungsi lainnya bergerak menuju India.
Setelah beberapa saat mereka kemudian pergi mencari suaka di Cekoslovakia. Tapi negeri ini juga tengah bergejolak dan kita tahu belakangan terpecah dua menjadi Republik Ceko dan Slowakia. Mariam kecil beralih ke Jerman.
Akhirnya kabar baik itu datang juga. Orang tuanya berhasil mendapat status refugee oleh Australia di tahun 1991. Setelah luntang lantung selama 3 tahun di sejumlah negara dengan status yang tidak jelas, mereka akhirnya mendarat di Australia. Australia menjadi rumah mereka.
Di lingkungan Pesantren NU, terdapat banyak aliran silat; baik aliran silat yang ada di Jawa Timur, Jawa barat, Jawa tengah, Banten, Silat Betawi, Silat Minang, Silat Mandar, Silat Mataram, dan lain lain.
Karena beragamnya aliran silat tersebut maka dibentuklah Pagar Nusa sebagai wadah perkumpulan perguruan pencak silat dibawah naungan Nahdlatul Ulama.
Wadah ini tetap membuka keragaman dan memberi keluasaan pada tiap-tiap perguruan untuk mengembangkan diri dan mempertahankan ciri khasnya masing-masing. Artinya, walaupun ada perbedaan namun tetap satu saudara. Maka tak heran jika sekarang ini kita mengenal ada: Pagar Nusa Gasmi,
DR. AS'AD ALI
Ada dua kelompok berbahaya di indonesia yang harus dihadang dan dihadapi yaitu : 1) Kelompok neo liberal, dan 2) kelompok radikal
keduanya sangat berbahaya bagi bangsa dan negara Indonesia.
Neo leberal adalah kelompok yang mengedepankan mempraktekkan sistim politik barat, politik untuk kekuasaan. Kelompok radikal adalah sekumpulan orang yang dengan pikiran dan tindakannya akan merubah pancasila sebagai dasar negara, dan merubah bentuk NKRI yang sudah final.
Kehadiran saudara kader di petanahan ini tidak lain untuk menjadikan satu langkah dan gerak kader nahdlatul ulama menghadapi dua kelompok tadi, siaaap ...? siaaaap... jawab ribuan kader Nahdlatul Ulama.
"kehadiran kader disini sudah.banyak, tapi saya ingin seratus kali ini"
Waktu itu, menjelang akhir tahun 2000, saya masih mondok di Ponorogo. Salah satu bacaan saya Majalah Sabili. Tahu sendiri kan, majalah ini menduduki urutan puncak majalah "Islami" paling populer di zaman itu.
Saya biasanya baca majalah ini di kios buku kondang di Ponorogo, juga dipinjami salah satu guru saya.
Ketika bapak saya berkunjung pada suatu waktu, beliau tanya, darimana tumpukan majalah Sabili. Saya jawab, dipinjami salah satu ustadz. Beliau hanya diam.
Jarak dua bulan, bapak saya datang lagi dari Jember. Naik bis sebagaimana kesukaaannya. Kali ini membawa tumpukan Majalah AULA, yang dikelola PWNU Jawa Timur. Kebetulan sejak tahun 1980-an, bapak saya langganan majalah ini, selain TEMPO.
MENGAPA GUS DUR TIDAK MEMBERANTAS MEREKA?
GUS DUR: YANG MEMBERANTAS KURAWA ADALAH PANDAWA
Oleh: Shuniyya Ruhama
Murid Mbah Wali Gus Dur
Ketika tindakan intoleran semakin merajalela dan seakan negara bungkam, ada sebuah misteri yang mengusik hati.
Bukankah mereka ini mulai eksis pasca reformasi dan Mbah Wali Gus Dur pernah menjadi Presiden di masa itu?
Bahkan setelah tidak menjadi Presiden sekalipun, jika beliau berkenan, maka bukan sebuah perkara sulit untuk memberantas kelompok ini.
Pada sebuah kesempatan, penulis menanyakan hal ini kepada beliau. Jawaban beliau tidak dalam narasi simpel seperti biasanya, namun dalam cerita wayang.