Kekuatan Rasulullah saw tidak seperti manusia biasa.
Dahulu ada pegulat digdaya tak terkalahkan di Mekah namanya Rukanah. Org2 dari berbagai kabilah yg menantangnya semua kalah.
Suatu hari Nabi mengajaknya bertanding dgn syarat jika beliau menang,
Rukanah masuk Islam beriman kpd Allah swt.
Rukanah menjawab, "Iya saya akan beriman"
Rasulullah berkata, "Bersiaplah utk bergulat!"
"Aku telah siap", jawab Rukanah.
Nabi mendekatinya, memegang lalu membantingnya. Rukanah takjub sekali. Lalu mereka bergulat kembali
sampai 3x, Rukanah dibanting oleh Nabi.
Rukanah berdiri keheranan, "Sungguh keadaanmu ini benar2 menakjubkan".
Di kesempatan lain, ada orang kuat lainnya namanya Abul Aswad AlJumahi. Diantara kekuatannya dia pernah berdiri di atas kulit sapi, lalu menarik bagian2nya yg sepuluh
lalu mencabutnya dari bawah kedua kakinya, maka terbelah kulit itu sedang dia tdk bergeser dari tempatnya. Bisa dibayangkan kerasnya kulit sapi, bukan?
Dia menantang Rasulullah utk bergulat. Dia berkata, "Jika kau dpt mengalahkan aku niscaya aku beriman padamu".
Maka Nabi saw
menerima tantangannya dan berhasil mengalahkannya, namun sayang dia tetap tdk beriman.
KEBERANIAN Nabi tiada banding. Tidak ada manusia, raja, panglima, yg lebih gagah berani menghadapi musuh dibanding Rasulullah. Banyak riwayat sahih soal ini.
Saat perang Badar berkecamuk,
dan mencapai kondisi yang menyeramkan, nyali sahabat2 menciut karena batas kehidupan dan kematian begitu tipis sekali.
Para sahabat berlindung dibalik Nabi hadapi musuh terdepan, lalu mrk berkata usai perang bahwa seolah2 mrk dibalik benteng yg kokoh, hingga mrk merasa tenang.
Saat dipanahi dan gemuruh pedang,
Beliau meneriakkan,
“Aku seorang nabi tidak dusta. Aku putra Abdul Muththalib” (HR. al-Bukhari 2709 dan Muslim 1776).
Sehingga moral sahabat naik semua. Sungguh dahsyat Rasulullah!
Ibnu Katsir ra mengatakan, “Ini adalah puncak keberanian yg sempurna. Dlm keadaan perang sengit, pasukan tengah terpukul mundur, dan hanya dgn menunggangi keledai, hewan yg tdk bisa berlari kencang, tdk mampu dipakai bergerak maju mundur untuk menyerang atau melarikan diri,
Nabi saw menerobos musuh sambil meneriakkan nama beliau. Agar orang mengenal beliau sebagai Nabi hingga hari Kiamat…” (Tafsir Ibnu Katsir, 2/357)
Begitulah Rasulullah Nabi kita: pemaaf, lembut penuh kasih, tapi jg kokoh, gagah berani, tdk pengecut di saat2 yg dibutuhkan.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Sufyan bin 'Uyainah bercerita: "Khalifah Hisyam bin Abdul Malik pernah masuk ke dlm Ka'bah. Di dalamnya, beliau bertemu Salim bin Abdullah bin Umar (cucu Sayyidina Umar bin Khattab ra) - seorg yg alim"
Khalifah berkata,
يا سالم، سلني حاجة
'Wahai Salim, mintalah sesuatu kepadaku'
Salim menjawab,
إني لأستحيي من الله أن أسأل في بيت الله غير الله
'Aku malu kepada Allah jika aku meminta kepada selain-Nya, padahal aku sedang berada di rumah-Nya'
Ketika Salim keluar, sang khalifah mengikutinya, kemudian berkata:
ألآن قد خرجت فسلني حاجة
'Sekarang engkau telah keluar, maka mintalah sesuatu kepadaku!'
Salim menjawab:
حوائج الدنيا أم من حوائج الآخرة؟
'Kebutuhan dunia atau kebutuhan akhirat?'
Sang khalifah menjawab:
بل من حوائج الدنيا
'Kebutuhan dunia'
Salim menimpali:
ما سألت من يملكها، فكيف أسأل من لا يملكها
Ishaq bin Abbad suatu ketika tidur dan bermimpi, seseorang berkata kpdnya: "Tolonglah orang yg sdg berduka itu!". Beliau bangun lalu bertanya ke orang2 sekitar, "Adakah tetangga kita yg butuh bantuan?"
Mrk bilang, "Kami tdk tahu"
Beliau kembali tidur lalu bermimpi bertemu orang yang sama utk kedua dan ketiga kalinya, orang tsb berkata,
"Apakah kamu masih tidur sedangkan kamu belum menolong orang yang berduka itu?".
Beliau bangun dan membawa uang 300 dirham kemudian mengendarai bighalnya menuju masjid.
Ketika beliau sampai, beliau melihat di mesjid hy ada seorg laki-laki yang sdg shalat. Ketika laki2 itu merasa ada orang yg melihatnya, dia pergi lalu Ishaq pun mendekatinya, lalu berkata:
"Wahai hamba Allah, di waktu & tempat seperti ini? Apa yg membuatmu keluar dari rumahmu?"
Seorang bapak usia 55 tahunan duduk sendiri di sebuah lounge menunggu pesawat yang akan menerbangkannya ke Jogja. Kami bersebelahan hanya berjarak satu kursi kosong. Sekian menit kemudian, ia menyapa saya.
“Mas, hendak ke Jogja juga?”
“Iya, Pak. Bapak juga?”
“Iya.”
“Bapak sendiri?”
“Iya.” Senyumnya memasam. Menghela napas panjang. “Mas, kerja apa?”
“Saya serabutan, Pak,” sahut saya sekenanya.
“Serabutan tapi mapan, ya?” Ia tersenyum. “Kalau saya mapan tapi jiwanya serabutan.”
Saya tertegun. “Kok begitu, Pak?”
Ia pun mengisahkan, istrinya telah meninggal setahun lalu. Dia memiliki dua orang anak yang sudah besar-besar. Yang sulung sudah mapan bekerja di Amsterdam. Di sebuah perusahaan farmasi terkemuka dunia. Salah satu manajer. Yang bungsu, masih kuliah di Singapura.
Diriwayatkan di dalam Shirah ibn Hisyam, Rasululullah saw hendak berkurban, dan beliau saat itu memilih unta sbg hewan kurban.
Sebagaimana kebiasaan, hewan kalau mau disembelih pasti akan mengamuk jika melihat darah atau melihat temannya di sembelih,
mesti ditutup matanya agar tidak melihat.
Maka Rasululullah berkata: “Buka, biarkan mereka melihat”
“Wahai Rasul mereka kalau melihat darah mengamuk”
”Biarkan mereka melihat”, Nabi mengulangi.
Maka para unta pun itu melihat. Ketika Nabi sudah mengeluarkan pisaunya,
dan menajamkannya. Apa yang diperbuat oleh unta-unta itu..?
Mereka berdesakan untuk lebih dahulu disembelih oleh tangan mulia Sayyidina Muhammad saw. Roboh satu unta, yang lain menjulurkan kepalanya, satu- satu berdesakan ingin didahului disembelih oleh Nabi saw.
Nabi Muhammad jika menangis tidak pernah meraung. Sedikit cucuran airmata dan gemuruh di dada.
Dari Abdullah bin Mas'ud ra, "Nabi berkata kepadaku: 'bacalah Quran untukku!' Aku berkata, 'wahai Rasulullah, apakah aku akan membaca Quran untukmu,
padahal Quran itu diturunkan kepadamu?' Beliau bersabda, 'Aku ingin mendengarnya dari selainku'. Aku pun membaca An-Nisa sampai pada Waji'na bika 'ala ha-u-lai syahida (dan Kami mendatangkan kamu [Muhammad] sbg saksi atas mereka itu [umatmu]. Aku melihat kedua mata Rasulullah
bercucuran airmata".
Beliau banyak menangis memikirkan umatnya, sbg rahmat dan belas kasih ke umatnya.
Pernah saat gerhana Matahari, Nabi berdoa sambil menangis "Wahai Tuhanku, bukankah Engkau telah menjanjikan kepadaku bhwa Engkau tak akan menyiksa mereka, sdg aku berada