Kyai NU itu sukanya diskusi menguliti kitab. Yg di kota banyak yg sibuk, banyak yg suka beragama paket hemat, "5 Langkah Menuju Surga" atau "Kiat2 Sukses Berjalan di Atas Jembatan Shiratal Mustaqim Kurang dari 5 Menit"
Kyai2 NU di desa itu bukan cuma berperan sbg ulama tapi SERINGKALI adalah BUDAYAWAN di desanya. Ngobrol dgn mereka itu spt layaknya dialog kebudayaan dgn perspektif Islam. Persis kaya' kerjaan Wali Songo dulu...
Sementara penceramah2 agama yg dikonsumsi orang2 sibuk di kota lebih spt tukang sulap. Dgn spirit & teknik menyelendupkan merpati putih di topinya, dia bermaksud menyelundupkanmu ke surga lewat jalur cepat dgn kiat & kutukannya
Knp orang2 sibuk di kota mau cepat2 dpt kepastian surga? Krn mereka merasa yakin perbuatannya selama ini mendekatkan mereka ke neraka. Jd mereka hrs cepet2 ke surga. Mirip pelari marathon yg saat nyampe finish langsung minum 2 botol air es!
Dahaga & ceroboh!
Ulama2 Muhammadiyah (yg banyak di kota) dgn pendekatan pedagogis modern pun dianggap terlalu rumit di mata pemburu2 akhirat paket hemat
Orang2 itu lupa bahwa agama tak bisa didekati dgn pendekatan pragmatis, apalagi oportunis. Orientasi proses diabaikan & digantikan oleh orientasi hasil.
Mau cepat2 pula!
Saya pernah dialog dgn kyai di Trenggalek. Kesimpulannya: orang yg berjalan lambat & muter2 mencari surga, saat dia terjatuh & tak bisa lanjutkan perjalanan, akan tetap diridloi Allah. Tapi...
Orang yg buru2 ke surga tp di jalan dia nginjak jangkrik, tanaman, njatuhin orang di depannya (krn buru2 mau sampai), saat di dpn pintu surga, cara berjalannya dievaluasi keras karena sdh merusak. Krn jalannya rusak, orang2 lain jd malas menempuh jalan itu
Apa saya cuma berceloteh tanpa bukti? Ini buktinya. Apa bedanya ini dgn buku "Kiat Belajar 9 Jam Tembus Kampus2 Ivy League & Oxbridge"?
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Kebebasan warga adalah kebebasan tiap orang menyusun prioritas masalah SOSIALnya sendiri2.
Kecerdasan pribadi itu diukur o/ kemampuan kita membuat ranking prioritas masalah sosial yg kompleks.
Kecerdasan sosial adalah kemampuan mencari titik temu semuanya
Dalam masyarakat yg kian kompleks & serba cepat, kecerdasan sosial kita lama2 akan tergopoh2 mengikuti segalanya.Tak heran manusia sekarang berlomba2 menciptakan #KecerdasanBuatan utk membantu kecerdasan sosial manusia
Di mata manusia, 1 hal dianggap masalah jika dia dapat informasi ttg itu. Jika tak ada informasinya tak dianggap masalah. Masalahnya adalah (🙂) kini zaman informasi. Data (sbg basis informasi) muncul di mana2 dgn kecepatan tinggi.
Otakmu sanggup, #Sapiens?
Baru saja mengirimkan slide presentasiku, "Berfilsafat di Abad Digital" ke panitya #PhilofestID2020 (philofest.id) untuk kusampaikan jam 16.30 WIB Senin sore ini. Jika senggang, tuips bisa ikut webinarnya atau tonton di Youtube Ch. Philofest ID ya
Acara tsb bagian dr festival filsafat #PhilofestID2020, "Dunia setelah Pandemi: FILSAFAT DARI MASA DEPAN", (7-13 Desember 2020) yg diadakan o/ philofest.id.
Saat zaman sdg jungkir balik maka filsafat jd kebutuhan praktis & praktisi butuh filsafat
Halaman muka slide presentasi saya jam 16.30 WIB ini di #PhilofestID2020...
Sudah saya twitkan kemarin lusa:
Jadi bodoh itu cara utk bisa diangkat jadi pemimpin oposisi di periode ini.
Bodohmu nanggung, ya gak bisa manggung... news.detik.com/berita/d-52000…
Orang2 ini spt susah sekali mikir panjang ya? Bahkan utk sekedar jadi oposisi yg cerdas.
Dikejar umur?
Padahal ada alternatif lain utk jadi pemimpin oposisi (tanpa harus jadi tampak bodoh secara kebangetan). Tapi kalian sudah berhenti membaca dan berpikir serius sih..ya gak bakalan ketemu
Turing berulang tahun. Pertanyaan "Can Machines Think?" di papernya ini cuma bisa disandingkan dgn "Kenali Dirimu!" di Kuil Parthenon Yunani yg menandai bangkitnya filsafat 2500 thn lalu & "Workers of All Countries, Unite!" yg menandai bangkitnya klas buruh
Ketiga kalimat td seruan & pertanyaan ttg pembebasan..Yg di Kuil Parthennon u/ menyerukan manusia bijak (Homo #Sapiens) mengenali diri sendiri shg bisa membebaskan diri dr Dewa2, yg ke 2 meminta manusia pekerja (#HomoFaber) bebas dr sistem eksploitatif..
...dan pertanyaan Turing tadi menghasratkan manusia bisa bermain2 lepas dgn imajinasinya sbg #HomoLudens, krn itu biar saja mesin2 yg berpikir (karena pikiran manusia tokh suka keliru & mengakibatkan pemborosan serta kekerasan)
Pak @jokowi yg "cuma" S1 tp bisa memaksa 1 profesor & 1 jendral berlomba2 u/ jd lebih bodoh 1 sama lain. Karena siapa yg paling tampak bodoh, dia akan dianggap paling berbeda & layak jd jagoan melawan pak Jokowi.
Ini blm pernah kejadian dlm sejarah republik!
Waktu aktivis2 senior & junior melawan Soeharto, mereka berlomba2 utk jd (tampak) pinter dgn cara berlomba menulis paling rajin, pidato paling inspiratif, diskusi & debat paling tajam serta analitis...
Dulu spiritnya: demokratiskan Indonesia, cerdaskan kehidupan bangsa. Yg sekarang: asal bukan @jokowi & ngawur adalah kuncinya! Bukan berarti gak ada oposan pak @jokowi yg cerdas ya. Lumayan ada. Tp saat mereka gak ngawur, gagal jd jagoan anti @jokowi nomor 1!