Insiden bersenjata di tol Cikampek KM 50 bbrp hari lalu yg kemdian terbunuhnya 6 org disikapi scara beragam antara pro dan kontra oleh individu-individu dlm komunitas Syiah meski dgn slisih prosentase. Fakta ini terlihat jelas di medsos
Keragaman sikap ini patut diapresiasi karena mencerminkan kesadaran konstitusional setiap individu Syiah sebagai warga negara dalam menyikapi setiap fenomena sosial dan politik di Tanah Air dengan menanggung segala konsekuensinya secara moral dan konstitusional.
Karenanya, masyarakat umum dan Pemerintah serta pihak yang terlibat dalam peristiwa tersebut juga setiap individu Syiah mestinya memahami bahwa komunitas ini menjunjung tinggi kemandirian individual dalam menyikapi setiap fenomena sosial dan politik di Tanah Air.
Meski setiap individu di dalamnya menikmati hak konstitusionalnya dalam penyikapan, komunitas ini bersepakat mengimani Pancasila dan UUD sebagai asas negara dan mendukung legalitas pemerintah yang terpilih secara demokratis.
Tentu mendukung legalitas Pemerintah yang terplih tak berarti mendukung semua kebijakan dan keputusannya serta penanganannya terhadap aneka problema politik dan sosial.
Meski berbeda sikap terhadap insiden tersebut, setiap invidu patut mengecam setiap tindakan oleh siapapun yang bertentangan dengan hukum dan undang-undang terutama yang menimbulkan gangguan terhadap keamanan dan stabilitas.
Karena itu, tak seorang pun berhak mengatasnamakan komunitas ini dalam penyikapan berupa pemihakan tertentu terkait kasus ini dan lainnya. Karena itu pula, setiap individu tak punya hak memaksakan sikap dan pandangan politiknya.
Ahlulbait dan Itrah dengan kesucian dan hak kepatuhan yang telah ditetapkan oleh Nabi dalam banyak hadis jalur Ahlusunnah sebagai orang-orang suci yang wajib dihormati dan dipatuhi terduga direduksi dan dikaburkan oleh para kroni dinasti Abbasiyah.
Desakralisasi dan pengaburan tidak dilakukan dengan penafian posisi Ahlulbait (karena ayat-ayat al-Quran dan hadis-hadis Nabi tentang keutaman Ahlulbait terlalu banyak) namun dengan dialihkan ke dzuriyah keturunan Nabi SAW.
Tidak hanya itu, para penguasa dinasti Abbasiah berupaya memberikan gelar sayyid kepada seluruh Bani Hasyim sebagai justifikasi dan legitimasi teologis atas kekuasaannya.
Sebagian penganutnya menganggap Islam beradon dengan budaya lokal dan karakteristik Arab dan, karenanya beranggapan bahwa setiap Muslim harus mengarabkan diri dalam budaya dan perilaku.
Sebagian lain beranggapan bahwa Islam sebagai terpisah dari budaya yang merupakan produk kreasi manusia.
Mereka ini semua ulama Salafus Sholeh atau dikenali dgn nama ulama SALAF…Apa itu salaf?
Salaf ialah nama “zaman” yaitu merujuk kpd golongan ulama yg hidup antara kurun zaman kerosulan Nabi Muhammad hingga 300 HIJRAH.
Tiga kurun pertama itu bisa diartikan 3 Abad pertama (0-300 H)
1). Golongan generasi pertama dari 300 tahun hijrah tu disebut “Sahabat Nabi” karena mereka pernah bertemu Nabi SAW
Pernah masuk toilet umum dan menemukan jejak orang biadab sebelumnya? Karena tak ingin dituduh meninggalkan jejak oleh pengantri berikutnya terpaksa melenyapkannya?
Situasi sperti inilah yg dhadapi sebagian habib terkait ulah seorang habib yg membuat banyak org tak hanya tak menghormati dan tak memperlakuan habib sejajar dgn selain hahib namun menghujat semua habib. Saya lupa brp banyak artikel seputar habib yg tlah saya tulis dan sebarkan.
Efek Pilkada DKI
Kontroversi dan polarisasi politik di tengah masyarakat sejak pilkada DKI yang berlanjut ke pemilu atau pilpres antara kelompok pemuja seorang habib yang identik dengan pernyataan keras yang selalu mengatasnamakan umat Islam,
Tetaplah jadi orang Indonesia dengan adat budaya Nusantara yang kaya raya ini," (Bung Karno dikutip Megawati Soekarno Putri pada 10 Januari 2017 dalam perayaan ulang tahun PDI Perjuangan).
Saya tidak pernah mengagumi Megawati kecuali karena mengagumi dan merasa berhutang budi kepada ayahnya.
Kedudukan Pengikut Ahlulbait di Sisi Rasulullah
Post Views: 44
Andi Posted On 9 December, 2020
Syaikh Shaduq mengutip satu riwayat dalam kitabnya al-Majelis. Riwayat itu berasal dari Qaththan, dari Abdurrahman bin Muhammad Hasani, dari Ahmad bin Isa bin Abu Musa Ajali,...
... dari Muhammad bin Ahmad bin Abdullah bin Ziyad Ajami, dari Ali bin Minqari, dari Syarik, dari Salim Afthas, dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas.
Dalam riwayat itu, dikatakan bahwa Rasulullah saw telah berkata kepada Imam Ali as,
“Wahai Ali, para pengikutmu adalah orang-orang yang menang pada Hari Kiamat. Siapa yang menghina seorang dari mereka berarti telah menghina engkau, dan siapa yang menghina engkau berarti telah menghinaku, dan siapa yang menghinaku maka Allah memasukkannya ke dalam neraka Jahanam,