Ini pertanyaan bagus. Begini. Kalau olahraganya ringan, seperti jalan cepat, pakai masker bedah atau surgical mask itu masih aman. Namun, kalau olahraga berat, seperti pesepak bola dalam gambar, ya harus pakai masker khusus olahraga yang didesain bagus untuk aliran udaranya.
Sekarang ini cukup banyak masker khusus olahraga. Bahannya itu dirancang agar sirkulasi udara nyaman bagi pemakainya. Bahkan, klaimnya, virus pun tidak tembus. Biasanya masker ini menempel agak ketat di wajah dan bibir, tapi tetap dapat bernapas dengan baik. Silakan cek.
Jadi, apakah aman pesepak bola memakai masker? Boleh-boleh saja. Malah seharusnya pakai masker agar tidak saling menularkan. Dengan catatan, mereka harus pakai masker khusus olahraga.
Kenapa di liga-liga Eropa, seperti Inggris dan Spanyol pemainnya tidak pakai masker? Ya mungkin karena mereka dengan ketat menerapkan tes Covid-19 sebelum tanding. Kan para pemain yang positif harus jalani isolasi hingga dinyatakan negatif--baru boleh main.
Ada juga pertanyaan lain mengenai masker. Seperti, apakah memakai masker saat olahraga bisa menyebabkan gangguan jantung atau paru? Itu tidak benar. Salah kaprah.
Apakah cukup menjawab @kopitabib? Sudah kan? Tolong kirim kopinya ke RS Kramat ya. Semoga rasanya enak seperti Ayam Merak kesukaan saya. Ha-ha. *Humor 😷🤠
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Sudah pasti sekolah tatap muka akan dimulai per Januari 2021. Ini beberapa catatan saya untuk mencegah penularan virus korona, penyebab penyakit Covid-19, di sekolah:
Siswa, guru dan staf selalu memakai masker. Kecuali untuk anak di bawah dua tahun, karena bisa membuat mereka sulit napas dan meningkatkan risiko tersedak. Pihak CDC Amerika juga menyatakan anak di bawah usia dua tahun tidak boleh memakai masker kain.
Jaga jarak 1,5 meter. Penelitian menunjukkan bahwa dengan jaga jarak 1 meter, risiko penularan virus turun hingga 82 persen. Dan, tiap meter yang ditambahkan, membuat perlindungan diri dari virus menjadi berlipat ganda.
Tadi saya salah menyebut hari. Koreksi. Jadi, pada Sabtu pagi yang cerah ini saya ingin bahas odapus (orang dengan lupus) yang banyak tanya soal vaksin Covid-19 karena khawatir penyakitnya memburuk. Di bawah ini pendapat saya:
Pertanyaan yang banyak diajukan odapus adalah, apakah obat-obat lupus bisa memengaruhi cara kerja vaksin Covid-19? Ya, pada umumnya obat lupus tidak akan berpengaruh terhadap vaksin.
Tapi, dalam kasus-kasus tertentu, ketika odapus sedang minum obat imunosupresan yang kuat, misalnya Mtx atau Cyclophosphamide, sebaiknya konsultasi dulu ke dokter. Nanti dilihat apakah vaksin Covid-19 itu akan bermanfaat buat odapus atau tidak.
Ini pertanyaan bagus lagi. Dan saya akan dengan senang hati menjawab, karena lebih berguna untuk publik. Ayo jadikan Twitter wadah diskursus yang baik, ketimbang misuh-misuh cari perhatian. Berikut jawaban saya:
Bicara persentase vaksinasi Covid-19 ya. Yang saya dapat itu persentasenya antara 4-8 jam pada dua kasus dan sehari setelah vaksinasi pada satu kasus. Jadi, bisa disimpulkan bahwa anafilaksis setelah vaksinasi adalah kejadian yang jarang pada semua kelompok umur.
Walaupun amat jarang, namun anafilaksis ini potensial menyebabkan kondisi darurat pada seseorang dan membahayakan jiwanya. Oleh karena itu, yang nantinya melakukan vaksinasi, perlu melakukan persiapan mengobati kondisi tersebut. Untuk jaga-jaga.