Ittiba' Profile picture
1 Jan, 50 tweets, 6 min read
Tanggalkan sikap ashabiyyah dan fanatik buta, kemudian tanyakan pada hatimu :

Adakah yg Melebihi Kekejaman Al Hajjaj Dalam Hal Kepemimpinan ?

Mari membaca !
Dalam Sunan At Tirmidzi disebutkan riwayat, Hisyam bin Hassan berkata:

“Mereka menghitung jumlah manusia yg dibunuh oleh Al Hajjaj secara zhalim, maka jumlahnya mencapai sebanyak 120.000 orang manusia.”

📚 Sunan At Tirmidzi, no. 2220

📚 Tahdzib At Tahdzib.
Al Ashma’i rahimahullah berkata:

“Di suatu pagi, Sulaiman bin ‘Abdul Malik membebaskan 81,000 orang tawanan, setelah kematiannya Al Hajjaj, penjara2 diperiksa lalu mereka dapati ada 33,000 orang yg belum dilaksanakan pemutusan hukum dan tidak juga penyaliban.”
📚 Ibnu Katsir, Al Bidayah wa An Nihayah, 9/156
Imam Adz Dzahabi telah menulis tentang kezhaliman Al Hajjaj bin Yusuf dalam kitabnya At Tarikh Al Kabir.

Dia seorang zhalim, bengis, naashibi (pembenci Ahlul Bait), keji, suka menumpahkan darah,
..memiliki keberanian, kelancangan, tipu daya, dan kelicikan, mengenai pengepungannya terhadap Ibnu Az Zubair dan Ka’bah, serta perbuatannya melempar Ka’bah dgn manjaniq, penghinaannya terhadap penduduk Al Haramain, penguasaannya terhadap ‘Iraq dan wilayah timur, selama 20 thn.
Juga peperangannya dengan Ibnul Asy’ats, sikapnya melambat-lambat (melalaikan) shalat ini juga tertulis dalam Siyar A’lam An Nubala’, 4: 343
Bahkan dengan kezhalimannya menuduh shahabat yg mulia Ibnu Mas'ud radhiallahu a'nhu sebagai munafiq :

“‘Abdullah bin Mas’ud adalah pemimpin golongan munafiq. Kalau aku menemuinya aku akan basahkan muka bumi dengan darahnya.”

📚 Al Bidayah wa An Nihayah, 9: 149
Al Qa’qa’ bin Ash Shalt berkata:

“Al Hajjaj pernah berkhuthbah lalu memfitnah Ibnu Zubair radhiallahu 'anhu dengan mengatakan dalam khuthbahnya :

“Sesungguhnya Ibnu Az Zubair mengubah Kitab Allah.”

📚 Al Bidayah wa An Nihayah, 9: 140
Bagaimanakah Sikap Sahabat Nabi Ketika Al Hajjaj Menjadi Pemimpin?

Apakah jika kita dapati pemimpin yang tidak kita senangi, yang tidak sesuai harapan kita, lantas kita berontak, baik dengan pedang maupun lisan (Demo) ? Ternyata tidak.
Jalan nubuwwah memerintahkan kita untuk tetap taat dan bersabar terhadapnya.

Perhatikan hadits berikut,

عَنِ الزُّبَيْرِ بْنِ عَدِىٍّ قَالَ أَتَيْنَا أَنَسَ بْنَ مَالِكٍ فَشَكَوْنَا إِلَيْهِ مَا نَلْقَى مِنَ الْحَجَّاجِ فَقَالَ « اصْبِرُوا ،
فَإِنَّهُ لاَ يَأْتِى عَلَيْكُمْ زَمَانٌ إِلاَّ الَّذِى بَعْدَهُ شَرٌّ مِنْهُ ، حَتَّى تَلْقَوْا رَبَّكُمْ » . سَمِعْتُهُ مِنْ نَبِيِّكُمْ – صلى الله عليه وسلم –
Dari Az Zubair bin ‘Adiy, ia berkata :

“Kami pernah mendatangi Anas bin Malik. Kami mengadukan tentang kekejaman Al Hajjaj pada beliau.

Anas pun mengatakan :

“Sabarlah, karena tidaklah datang suatu zaman melainkan keadaan setelahnya lebih jelek dari sebelumnya sampai kalian
bertemu dengan Rabb kalian. Aku mendengar wasiat ini dari Nabi kalian shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

📚 HR. Bukhari no. 7068.
Barangkali akan ada yang mengatakan, “Penguasa sekarang lain dengan penguasa dahulu baik hukum dan sistemnya !”

Untuk menjawab pernyataan itu, seorang ulama bernama Abul Walid ath-Thartusi rahimahullah berkata :

“Jika kamu berkata bahwa raja-raja penguasa di masa ini tidak
seperti raja-raja di masa lalu, maka (dijawab) bahwa rakyat sekarang pun tidak seperti rakyat di masa lalu. Kamu tidak lebih berhak mencela penguasamu ketika kamu menengok (membandingkan dengan) penguasa dahulu daripada..
..penguasamu mencela kamu ketika dia menengok rakyat yang hidup di masa lalu. Maka jika penguasamu berbuat zalim terhadap kamu, hendaknya kamu bersabar dan dosanya ditanggung (penguasa itu).
Sejauh ini saya masih mendengar ucapan orang, ‘Amal-amal kalian adalah para penguasa kalian,’ ‘Sebagaimana kalian, maka seperti itulah penguasa kalian,’ sampai pada akhirnya saya mendapatkan makna semacam itu dalam Al-Qur’an (ketika) Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Dan demikianlah Kami jadikan sebagian orang-orang yang zalim itu menguasai sebagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan.” 

📖 al-An’am: 129
Dahulu juga dikatakan ;

‘Apa yang kamu ingkari pada masamu adalah karena dirusak oleh amalmu’.”

Abdul Malik bin Marwan juga mengatakan ;

“Berbuat adillah kalian, wahai rakyat! Kalian menginginkan kami untuk berjalan dengan perihidup Abu Bakr dan ‘Umar,
padahal kalian tidak berbuat demikian terhadap kami dan pada diri kalian.”

📚 Sirajul Muluk, hlm. 100—101, dinukil dari Fiqih Siyasah Syar’iyyah, hlm. 165—166.

Inilah hakikat yang perlu diketahui dan selalu diingat, bahwa munculnya penguasa jahat adalah karena amal kita
yang jahat juga, seperti perbuatan maksiat, bid’ah, khurafat, dan perbuatan syirik kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Camkan ini wahai para tokoh pergerakan!

Sikap kalian dengan memberontak, mencaci-maki, merendahkan, atau bahkan mengafirkan
para penguasa justru membuat penguasa semakin bengis. Bukan hanya kepada kalian, namun juga kepada orang-orang yang tidak berdosa. Inilah akibat dari amalan bid’ah yang bertentangan dengan prinsip Ahlus Sunnah.
Jangan kalian sangka bahwa dengan perbuatan itu kalian sedang berjihad dan menegakkan Islam. Namun sebaliknya, kalian sungguh sedang menggerogoti Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk meruntuhkan salah satu penyangga ajaran Islam.
Sikap yang benar untuk menyudahi kezaliman penguasa adalah dengan memperbaiki amal kita baik dari sisi akidah, metode dakwah, ibadah, maupun akhlak serta mengikuti ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam menghadapi penguasa.
Al Hasan al Bashri rahimahullah mengatakan ;

“Ketahuilah semoga Allah subhanahu wa ta’ala memberimu ‘afiyah bahwa kezaliman para raja merupakan azab dari Allah subhanahu wa ta’ala. Dan azab Allahsubhanahu wa ta’ala itu tidak dihadapi dengan pedang,
akan tetapi dihindari dengan doa, taubat, kembali kepada Allah subhanahu wa ta’ala, serta mencabut segala dosa.
Sungguh azab Allah subhanahu wa ta’ala jika dihadapi dengan pedang maka ia lebih bisa memotong.”

📚 asy-Syari’ah karya al-Imam al-Ajurri rahimahullah, hlm. 38, dinukil dari Fiqih Siyasah Syar’iyyah, hlm. 166—167.
Perlu pula diketahui bahwa munculnya penguasa-penguasa yang jahat bukan satu hal yang baru. Dalam sejarah Islam tercatat sejak masa para sahabat masih hidup telah muncul seorang pemimpin yang luar biasa bengisnya melebihi para penguasa di masa ini.
Bahkan penguasa itu sampai mendapat julukan resmi dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamsebagai al-Mubir (pembinasa). Penguasa tersebut adalah al-Hajjaj bin Yusuf ats-Tsaqafi
Bukan hanya ulama yang ia bunuh, bahkan sebagian sahabat pun ia bunuh. Jumlahnya pun bukan sekadar ratusan, namun mencapai ribuan.
Ibnu Hajar menukilkan riwayat dari Hisyam bin Hassan bahwa ia mengatakan ;

“Kami menghitung orang yang dibunuh Hajjaj dengan cara shabran (dibunuh dengan cara tidak diberi makan dan minum) mencapai 120.000 jiwa.”

📚 Tahdzibut Tahdzib, 2/211
Salamah bin Yazid al-Ju’fi radhiallahu ‘anhu berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam :

يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَرَأَيْتَ إِنْ قَامَتْ عَلَيْنَا أُمَرَاءُ يَسْأَلُوْنَا حَقَّهُمْ وَيَمْنَعُوْنَ حَقَّنَا فَمَا تَأْمُرُنَا؟ … قَالَ:
اسْمَعُوْا وَأَطِيْعُوا فَإِنَّمَا عَلَيْهِمْ مَا حُمِّلُوْا وَعَلَيْكُمْ مَا حُمِّلْتُمْ

“Wahai Rasulullah, apa pendapatmu jika pemimpin kami adalah pemimpin yang meminta kepada kami hak mereka dan tidak memberikan kepada kami hak kami?”…
Beliau menjawab ;

“Dengar dan taati, sesungguhnya kewajiban mereka apa yang dibebankan kepada mereka dan kewajiban kalian apa yang dibebankan kepada kalian.” 

📚 Shahih, HR. Muslim
Dalam hadits lain :
شِرَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِيْنَ تُبْغِضُوْنَهُمْ وَيُبْغِضُوْنَكُمْ وَتَلْعَنُوْنَهُمْ وَيَلْعَنُوْنَكُمْ. قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَفَلاَ نُنَابِذُهُمْ بِالسَّيْفِ؟
فَقَالَ: لاَ، مَا أَقَامُوْا فِيْكُمُ الصَّلاَةَ، وَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْ وُلاَتِكُمْ شَيْئًا تَكْرَهُوْنَهُ فَاكْرَهُوْا عَمَلَهُ وَلاَ تَنْزِعُوْا يَدًا مِنْ طَاعَةٍ
“Sejelek-jelek pemimpin kalian adalah yang kalian membencinya dan membenci kalian, yang kalian melaknatinya dan melaknati kalian.”

Dikatakan kepada beliau, “Wahai Rasulullah, tidakkah kita melawannya dengan pedang?”
Beliau mengatakan, “Jangan, selama ia mendirikan shalat (di antara) kalian dan jika kalian melihat pada pemimpin kalian sesuatu yang kalian benci maka bencilah amalnya dan jangan kalian cabut tangan kalian dari ketaatan.” (Sahih, HR. Muslim)
Beliau ditanya tentang para penguasa oleh ‘Adi bin Hatim radhiallahu ‘anhu:

قُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، لاَ نَسْأَلُكَ عَنْ طَاعَةِ مَنِ اتَّقَى وَلَكِنْ مَنْ فَعَلَ وَفَعَلَ –فَذَكَرَ الشَّرَّ- فَقَالَ: اتَّقُوا اللهَ وَاسْمَعُوْا وَأَطِيْعُوْا
Kami katakan, “Wahai Rasulullah, kami tidak bertanya kepadamu tentang taat kepada orang yang bertakwa, akan tetapi tentang orang yang melakukan demikian dan demikian”—ia menyebutkan kejelekan-kejelekan.
Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallammenjawab, “Bertakwalah kepada Allah, dengarkan dan taati (penguasa itu).” 

📚 HR. Ibnu Abu ‘Ashim, asy-Syaikh al-Albanirahimahullah mengatakan, “Hadits yang sahih”, dinukil dari Mu’amalatul Hukkam, hlm. 124)
Itulah penjelasan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang terbukti kebenarannya. Dengan ilmu yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam miliki itu, beliau tetap memerintahkan untuk sabar, taat, menunaikan hak, dan sebagainya, sebagaimana disebutkan pada hadits2 di atas.
Itulah jalan terbaik dan tidak ada yang lebih baik selain itu.

Menyikapi penguasa yang zalim jangan hanya didasari oleh emosi atau alasan ghirah (kecemburuan) keagamaan tanpa mengikuti ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Karena bagaimanapun, kita tidak lebih cemburu dan tidak lebih panas ketika melihat maksiat dibanding Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,“Apakah kalian heran dari cemburunya Sa’d?
Sungguh aku lebih cemburu darinya dan Allah lebih cemburu dariku. Oleh karena itu, Allah haramkan hal-hal yang keji, baik yang tampak maupun yang tidak.” 

📚 Muttafaqun ‘alaihi, dari sahabat Sa’d bin ‘Ubadah radhiallahu ‘anhu.
Ketika Abu Dzar radhiallahu ‘anhu keluar ke daerah Rabadzah karena menuruti perintah Khalifah ‘Utsman radhiallahu ‘anhu disebabkan ia memiliki sebuah permasalahan dengan seseorang, ia berjumpa dengan serombongan orang Iraq yang mengatakan,
“Wahai Abu Dzar, sungguh telah sampai kepada kami perlakuan yang menimpamu. Maka tegakkanlah bendera (maksudnya ajakan untuk memberontak), niscaya akan datang kepadamu orang-orang dari mana saja kamu mau.”
Maka beliau menjawab, “Pelan-pelan wahai kaum muslimin. Sungguh saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, ‘Akan datang setelahku para penguasa maka muliakanlah dia.
Barang siapa yang menghinakannya berarti ia telah membuat satu lubang dalam Islam dan tidak akan diterima taubat darinya sampai ia mengembalikannya seperti sebelumnya."

📚 As-Sunnah

~Wallahu a'lam bishshawab~

Diringkas dari tulisan Ust Qomar Suaidi, Lc

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Ittiba'

Ittiba' Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @_Ittiba

1 Jan
Ketika Nusron Wahid berkata :

"Ayat konstitusi di atas ayat Al-Qur'an."

Semua kita marah, sebab kita meyakini bahwa, tidak ada ayat dan aturan yg lebih mulai selain kemuliaan dan aturan Al-Qur'an serta as Sunnah.
Tetapi ketika kami mengingatkan bahwa :

"As-Sunnah dan Ijma pun melarang kita untuk mencela dan mengkritik Umara secara terbuka, menyampaikan keburukan2nya di atas mimbar, sekalipun dia zhalim, sebagaimana banyak ayat dan hadits menjelaskannya."
Mereka menjawabnya dgn syubhat :

"Ini negara demokrasi, akh. Yg dipake ayat2 konstitusi, dan ayat2 konstitusi membolehkannya sebab kita bukan negara syari'at yg memakai pendalilan ayat2 Al-Qur'an serta hadits Nabi."
Read 4 tweets
31 Dec 20
Mungkin ini yg menjadi sisi pendalilannya :

“Sesungguhnya Ruqyah, Tamimah dan Tiwalah adalah  syirik.”

📚HR. Ahmad dan Abu Dawud
Ruqyah dibolehkan asal penggunaannya bersih dari hal2 syirik, karena Rasulullah telah memberikan keringanan dalam hal ruqyah ini utk mengobati ‘ain atau sengatan kalajengking.
Sebagaimana dinukil dari Fathul Majid, Imam As Suyuthi berkata ;

“Ruqyah itu dibolehkan jika memenuhi tiga syarat:

1. Bacaan ruqyah dengan menggunakan ayat Al Qur’an atau nama dan sifat Allah.

2. Menggunakan bahasa Arab atau kalimat yang mempunyai makna.
Read 8 tweets
31 Dec 20
Thread :

Apakah Diperbolehkan Mengambil Gaji Dari Mengajar Ilmu Agama?
Jawaban :

Alhamdulillah.

Pertama:

Asal dalam ibadah, seorang muslim tidak boleh mengambil gaji sebagai pengganti apa yang dia lakukan. Siapa yang berkeinginan ketaatannya untuk (mendapatkan) dunia. Maka dia tidak mendapatkan pahala di sisi Allah sebagaimana Firman Ta’ala:
( مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لا يُبْخَسُونَ أُوْلَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الآخِرَةِ إِلا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ ) هود/ 15 ، 16
Read 74 tweets
31 Dec 20
Ketika Nusron Wahid berkata :

"Ayat konstitusi di atas ayat Al-Qur'an."

Semua kita marah, sebab kita meyakini bahwa, tidak ada ayat dan aturan yg lebih mulai selain kemuliaan dan aturan Al-Qur'an serta as Sunnah.
Tetapi ketika kami mengingatkan bahwa :

"As-Sunnah dan Ijma pun melarang kita untuk mencela dan mengkritik Umara secara terbuka, menyampaikan keburukan2nya di atas mimbar, sekalipun dia zhalim, sebagaimana banyak ayat dan hadits menjelaskannya."
Jawaban syubhat :

"Ini negara demokrasi, akh. Yg dipake ayat2 konstitusi, dan ayat2 konstitusi membolehkannya sebab kita bukan negara syari'at yg memakai pendalilan ayat2 Al-Qur'an serta hadits Nabi."
Read 4 tweets
31 Dec 20
Hadits ini dishahihkan oleh Imam Al-Albani dan Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani, Imam Ibnu Hajar Al-Haitami menyatakan : Hadits ini diriwayatkan oleh Ath-Thabarani di dalam Al-Austah dan rijalnya Tsiqat (Majma’uz Zawa’id : 10/230-231).
Namun ada baiknya juga disertakan penjelasannya :

1. Jika yang dimaksud dengan berkawan adalah dengan mendukung kezhaliman penguasa muslim, maka itu adalah hal yang diharamkan dengan kesepakatan kita semua.
2. Namun jika yang dimaksud dengan berkawan adalah menyampaikan nasehat kepada mereka secara sembunyi tanpa terang-terangan dan mengumbar aib, dan tidak mendukung kezaliman mereka.
Maka itulah yang diperintahkan oleh Nabi kita Muhammad shallallāhu ‘alahi wa sallam
Read 9 tweets
30 Dec 20
Berbagi Faidah :

Mengenali Hadits Palsu

"Barangsiapa yg tidak mengatakan bahwa Ali adalah sebaik-baik manusia, maka sesungguhnya dia telah kafir."

Derajat : Hadits Palsu
Penjelasan :

✔ Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Kathib dari Ali, kemudian beliau mengatakan hadits ini ; Maudhu', karena dalam sanadnya ada rawi yg bernama : Muhammad bin Katsir Al Kuffiy. Dia adalah seorang perawi yg tertuduh memalsukan hadits ini.
✔ Diriwayat lain yg diriwayatkan oleh Al Hakim dari Ibnu Mas'ud dari Nabi dari Jibril, sesungguhnya dia berkata : "Wahai Muhammad, Ali adalah sebaik-baik manusia. Barangsiapa yg enggan mengatakan demikian, maka sesungguhnya dia telah kafir.
Read 4 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!