kalong Profile picture
Jan 14, 2021 170 tweets 19 min read Read on X
A thread

"JULUNG KEMBANG"

#bacahorror #bacahoror #threadhorror Image
Halo.
Kali ini saya akan membagikan cerita dari salah satu narasumber, sebut saja Mayang. Dia di juluki sebagai julung kembang.
"Untuk menambah pengetahuan kita soal beberapa tradisi dan pengetahuan jawa kejawen, Tetap diambil positifnya dan sebijak mungkin memaknai arti julung kembang.
Julung kembang yaitu Anak lahir saat fajar.
Bagaimana ceritanya, mari kita simak sama sama.
Terlahir di sebuah desa di lereng gunung Slamet. Dia empat bersaudara, kedua kakaknya dan satu adik. Keluarga mereka termasuk keluarga yang dituakan silsilah pepunden desa. karena kakek buyut yang menjadi cikal bakal desa itu.
Tahun 1975, hari diusianya yang genap sebelas tahun, dia harus kehilangan seseorang yang mencintai tanpa syarat, orang yang membangun karakter dan menyembuhkan hati yang luka, orang yang membuat dan menjaga memori indah, orang yang dicintai dengan penuh kasih dan kekaguman.
Adik bungsunya yang masih berusia lima tahun harus kehilangan pelukan kasih sayang seorang ibu. Ayah yang terlebih dahulu berpulang kehadirat Tuhan yang maha Esa, membuat kedua kakaknya harus pergi ke kota untuk bekerja.
Mereka berdua harus tinggal di sebuah gubuk dengan kondisi yang dia juga belum berani untuk menghadapi dan menjalani kehidupan tanpa bimbingan kedua orangnya.
Setelah hari keempat puluh meninggal nya ibu. Malam itu yang harus nya ada pengajian, tapi karena kedua kakaknya belum pulang dari kota, acara yasinan dan tahlilan dilaksanakan di rumah Pamannya.
Setelah selesai acara itu, mereka berpamitan pulang. Sosok kakak yang sayang dengan adiknya, ia rela menggendong si bungsu karena terlelap tidur.

"Mbak ibu kapan pulang??" Tanya Sari yang tiba-tiba terbangun membuat tangisnya semakin mendalam.
"Besok pagi ibu pulang nduk", sembari membelai rambutnya, "sekarang Bobok lagi ya, besok kamu bangun ibu sudah datang bawakan jadah sama tempe bacem buat nduk" Pungkasnya tak kuasa membendung air mata itu saat harus membohongi Sari yang belum tau.
Dipeluknya erat adik kesayangan. Matanya tertuju pada cermin tua tempat dimana sosok ibu semasa hidup nya sering duduk disitu menyisir rambut nya dan melantunkan durma tembang kesunyian.
"Gusti engkang moho suci, paringi kekiatan anglampahi kagesangan, jembar aken manah kanti ikhlas, prawilah ingsun ingkang anggadahi rogo ringkih puniko"
(Tuhan yang maha suci, berikan hamba kekuatan untuk menjalani hidup, luaskan hati dengan keikhlasan, karena aku hanya manusia yang memiliki raga lemah ini)

Doa yang terucap saat menangisi si bungsu dimalam itu.
Hingga Mayang tersadar seperti mendengar geraman seekor kucing yang sangat besar berputar-putar di samping kamarnya. Seketika perasaan takut menyelimuti dirinya, namun rasa penasaran mengalahkan rasa itu. Batin terus mengajak untuk mencari asal suara itu.
Mayang memberanikan diri untuk sedikit mengintip dari balik tirai jendela kamar. Seekor harimau besar sedang bertengger diluar sana, mengeluarkan dengkuran yang membuatnya menggigil ketakutan. Mayang berlari masuk ke dalam selimut bersama Sari yang masih tertidur lelap.
Suara dengkuran itu menghilang dengan digantikan suara yang memanggil namanya. Suara yang tidak asing baginya.

"itu suara ibu" Gumam Mayang kemudian beranjak ke jendela.
Dilihatnya sosok wanita yang ternyata Ibu Mayang sudah berdiri dengan senyum yang menarik hati dan menimbulkan rasa gembira bagi yang melihatnya.

"MAYANG ANAK KU " Ucap sosok perempuan itu.

"Ibuuuuuu" Teriak Mayang tapi tak ada suara yang keluar dari mulutnya.
Mayang berlari menghampiri sosok itu dan dipandanginya dari atas hingga bawah. Setelahnya ia sudah didepan sosok yang menyerupai ibunya.

Ingin sekali Mayang di peluknya, di belai seperti dulu lagi.

"Mayang" Panggil ibunya dengan senyuman itu.
"Ibu, Mayang kangen bu, peluk mayang bu" Balasnya yang tak bisa menahan air mata.

"Sini anak ku, peluklah ibu mu nak" Ucapnya dengan nada sayu membuat hatinya semakin yakin jika dia adalah ibunya.
"Ayo masuk nak, ibu juga kangen dengan Sari, adikmu" Ucapnya sembari menggandeng Mayang kemudian melangkah masuk.
Suara "kriiieeekkk" saat pintu di buka membuat suasana malam itu sedikit berbeda. Rumah jaman dulu yang masih memiliki model aksen Jawa menambah kengerian saat malam hari.
Kamar Mayang dan Sari hanya mempunyai satu dipan untuk mereka, terletak di bagian tengah tepatnya disebelah barat dari ruang tengah, mempunyai karakter ruangan gelap dan membuat orang yang ada di dalamnya merasa nyaman.
Pada dasarnya ruangan yang tidak terlalu besar yaitu berukuran sekitar sepertiga lapangan bola voli ini hanya memiliki satu bagian jendela. Pada bagian langit-langit pun masih terlihat blandar kayu jati yang masih kokoh untuk menopang beban genteng dari tanah liat itu.
Lampu teplok satu-satunya sumber cahaya.

Perempuan paru baya itu duduk di samping Sari yang masih tertidur lelap. Air mata sucinya keluar dari sudut matanya, kemudian mencium lembut kening Sari.
"Mayang, sayangi adikmu seperti ibu menyanyangi kalian, jaga dia baik-baik ya nduk" Pesan perempuan itu yang masih membelai lembut rambut adiknya.

"Mayang tidak sanggup tanpa ibu" Jawab Mayang masih menangis tersedu-sedu.
"Dimana pun dan sampai kapan pun ibu ada buat Mayang dan juga Sari. jangan merasa sendirian nduk ibu selalu Ada" Mencoba menenangkan Mayang.

"Bu, apa mayang sanggup??" Tanya Mayang.

"Kamu bisa nduk, sini tidur di samping ibu" Tegasnya.
Dengan lembut dia membelai rambut Mayang hingga ia tertidur malam itu. Di dalam mimpinya ia melihat perempuan itu berjalan pergi menembus kabut, lalu dari balik kabut perempuan itu berubah menjadi seekor harimau loreng.
Kita yang tergaris memiliki seribu keberuntungan dan berjuta kenikmatan. Terkadang lupa untuk mensyukurinya. Haruskah menunggu buruknya takdir baru kita menginggat adanyaTuhan??
Kita lanjut besok.
Mayang terbangun setelah mendengar suara adzan subuh berkumandang. Ia duduk sekejap untuk mengumpulkan energi dan bergegas untuk sholat. Setelahnya, dia beranjak menuju teras rumah dan melihat warga yang mulai beraktivitas dengan kesibukan mereka.
"Mbak! Mbak Mayang" teriak Sari memanggil dari dalam kamar.

" Ya Nduk..Sudah bangun? " Balasnya.

Terlihat Sari sedang memakan sesuatu, ditangannya sedang memegang sebuah wadah berisi jadah juga tempe bacem.
"Kenapa ada jadah sama tempe bacem kesukaan Sari? Siapa yang ngasih? " ucap Mayang dalam hati.

" Nduk, dari mana kamu dapetin makanan itu? "
Sari tak mengindahkan pertanyaan itu. Sekali lagi Mayang bertanya.
" Nduk, dapet makanannya dari mana?" Ucap mayang, namun Sari tetap tak bergeming.

Sari masih sibuk dengan makanannya dan menunjuk ke arah meja rias. Terlihat di atas meja ada dua buah piring berisi jadah dan tempe bacem.
(Jika ada yang belum tau jadah itu apa. Jadah itu sejenis makanan yang terbuat dari beras ketan dan diberi santan kelapa saat memasak nya. Kalau tempe bacem sudah pasti pada tau kan ya )
Setelah Sari selesai makan, Mayang mengajaknya untuk mandi. Tak lama setelahnya, terdengar suara pintu diketuk dari luar. Kedatangan tamu tersebut berniat untuk mengajak mereka pindah tinggal di rumahnya. Karena merasa iba yang melihat mereka tinggal hanya berdua.
" Nak Mayang sama Dek Sari ikut saya ke rumah ya. Tinggal di sana saja biar ada temannya. Sambil nunggu kakak kalian pulang" Ajak laki-laki tua plontos tersebut.

" Iya Nduk, sambil bantu-bantu juga di rumah" Imbuh seorang wanita di sebelahnya.
Mayang mengangguk, menyetujui ajakannya.

" Ya sudah, cepat kemasi pakaian kalian. Kita pulang ke rumah ya! " Pungkas lelaki itu.
Dengan berat hati, mereka meninggalkan rumah yang dulu dipenuhi cinta kasih Ibu. Namun, untuk tetap tinggal pun tak mungkin. Karena mereka masih sangat kecil untuk tinggal berdua menjalani kehidupan yang berat itu.
Lelaki tua itu Pamannya, ia terbilang orang terpandang dan di hormati di desa nya. Beliau adalah juragan pembeli hasil bumi dan orang yang di tua kan di sana. Perekonomiannya segala tercukupi.
Namun, berbeda dengan pandangan terhadap istrinya.
Beliau di nilai sebagai orang yang sombong, suka memandang rendah kepada yang lain. Wanita itu juga menganggap derajat dirinya lebih tinggi dari yang lain.
Setelah kepindahannya, mereka baik-baik saja. Namun, pada suatu hari, ketika Pamannya sedang tidak di rumah karena harus menjual hasil bumi, perlakuan istrinya tiba-tiba berubah drastis. Beliau memperlakukan Mayang layaknya seorang pembantu.
Semua pekerjaan rumah di kerjakan sendiri. Menyapu, memasak, mencuci piring, termasuk mencuci pakaiannya.
Malam itu Mayang hanya bisa menangis disudut ruangan di atas dipan.

"Bu, andai Ibu masih ada. Mayang tidak akan sesakit ini Bu" keluh Mayang sembari merasakan sakitnya seluruh badan, buah dari semua pekerjaan rumah yang bibi bebankan padanya.
Tiba-tiba terdengar suara Ibu.
" Sholat Mayang anakku, berdoa sama Tuhan "

" Bu. . Ibu dimana? "Tanya Mayang sembari kebingungan menyisiri di setiap sudut.
Dilihatnya sekeliling kamar, mencari asal suara tanpa wujud itu dengan meneteskan air mata yang terus berderai. Sungguh Mayang sangat merindukan suara itu. Suara lembut Ibunya.

Ia segera bergegas melaksanakan sholat dan berdoa.
" Gusti Pangeran engkang anggadahi kawelasan, paringi kekiatan dumateng ingsun mugi kiat ngelampahi gesang puniko Gusti. Jembaraken sesarean Ibu kulo, paringi padang wonten sak lebet ipun liang lahat. Tinampi ingsun nglampahi kagesangan kanti ikhlas. Aamiin "
(Tuhanku yang memiliki rasa iba. berikan kekuatan kepada ku, semoga kuat menjalani kehidupan ini Tuhan. Luaskan tempat tidur Ibuku, beri penerangan didalam kubur nya. Saya akan menerima perjalanan hidup dengan ikhlas. Aamiin )

**
Perdalam keikhlasan hati, maka akan terdapat jalan kebenaran yang diraih di akhir dunia kelak.
Tinggal di rumah Pamannya yang kaya itu bukannya mendapatkan kelayakan, malah sebaliknya. Setiap hari Mayang disuruh mengerjakan pekerjaan rumah oleh istrinya. Ketika Pamannya sedang berada dirumah, sikapnya akan sangat baik sekali pada Mayang.
Namun ketika tidak di rumah, sikapnya berubah drastis menjadi sangat kejam.

Malam itu Mayang hanya bisa menangis dan menjalankan perintah Ibunya melalui suara ghaib, untuk melaksanakan sholat dan berkeluh kesah hanya kepada Tuhan.
Seusai sholat, terlihat tubuh kecil Sari yang tengah tertidur itu, semakin terasa sangat perih hati Mayang. Muncul rasa tidak tega melihat nya. Dengan nasib yang sama, Sari terlalu kecil untuk merasakan dan menjalani berat nya kehidupan.
" Tuhan, berikan Sari kesehatan dan kebahagiaan, limpahkan lah rasa sedih, sepi, sakit dan berat nya beban hidup adikku pada ku saja "

Di kecup kening Sari dengan sangat dalam untuk menggantikan kecupan Ibunya yang sudah tidak dapat mereka rasakan lagi.
" Mbak, Mbak Mayang? " Sari terbangun.

"Iya Nduk? Mbak disini" Balasannya.

"Mbak, Sari laper" Ungkap Sari menahan perutnya.
Mayang bingung harus bagaimana. Jika mengambil makanan, pasti akan terkena omelan nya. Namun, tidak tega juga melihat Sari terus merengek kelaparan.

" Tunggu sebentar ya Nduk, Mbak ambilin makanan dulu " ujar Mayang menenangkan Sari yang merengek kelaparan.
Mayang melangkah keluar kamar, pelan pelan ia menapakkan kakinya di ubin, berjinjit agar tidak ketahuan. Ia harus melewati ruangan tengah yang kini ada wanita setengah baya sedang merebahkan tubuhnya di kursi panjang sedang menonton televisi.
Mayang terus melangkah hingga kini ia sudah berada di depan meja makan yang terbuat dari kayu jati dengan ukiran mewah. Terdapat beberapa makanan melimpah ruah, tapi Mayang tidak mengambil makanan mahal itu.
Ia memilih mengambil bungkusan daun pisang yang dalamnya berisi cenil dengan taburan parutan kelapa. Di ambilnya satu bungkus untuk Sari.
Mayang sengaja pintu kamarnya tidak di tutup karena akan menimbulkan suara krieeek yang membuat wanita itu pasti terbangun.

" Ini Nduk makan, habis itu tidur lagi ya!" Kata Mayang pelan.
Iya Mbak " jawab Sari yang langsung mengambil dan memakan isi bungkusan itu.

Dengan lahap nya Sari memakan cenil itu. Mayang berharap jajanan pasar itu dapat mengenyangkan perut nya. Setelah selesai makan, Mayang menceritakan sebuah dongeng hingga ia kembali terlelap tidur.
Tak mau ketahuan, Mayang hendak membuang bungkusan jajanan itu keluar rumah. Ia harus kembali melewati ruang tengah dan keluar lewat pintu belakang. Di belakang rumah, ada pekarangan juga kamar mandi yang terpisah.
Tiba-tiba angin bertiup. Seketika sekeliling menjadi gelap memutih tertutup kabut yang cukup tebal.

Mayang melihat ada bayangan berbentuk harimau tengah mendekat ke arahnya dengan sorotan mata yang menyala. Semakin dekat bayangan itu,
semakin jelas pula terlihat seekor harimau yang sangat besar.
" Ngapain kamu disini?" suara Paman mengejutkannya.

" Ehh, nggak paman, Mayang mau pipis " jawab Mayang berbohong.

" Ooh, ya sudah sana pipis. Paman juga mau pipis " Katanya.
Mayang mengangguk kemudian bergegas masuk ke dalam kamar mandi dengan masih menggenggam bungkusan daun pisang itu.

Setelahnya sebelum memasuki rumah, Mayang mencoba menoleh ke arah sosok harimau tadi berada. Namun sudah tak terlihat lagi.
" Selamat malam Ibu " ucapnya sambil meninggalkan pekarangan dan masuk kembali ke kamar.

***
Sepahit apa pun takdir kehidupan, lalui lah dengan kesabaran dan keikhlasan. Maka Tuhan akan kembali menuntun mu kedalam takdir yang lebih baik lagi.
Jangan memilih jalan yang kelam untuk memudahkan melepas diri dari pahit nya kehidupan.
Justru itu akan semakin menjerumuskan mu jauh kedalam kedukaan abadi.
Dera air mata kesedihan menetes seakan menjadi butiran-butiran kesucian. Hanya simpuh dalam doa yang menguatkan diri untuk menyemai bilur yang mendera dalam hidup menjadi lukisan kenangan sebuah nafas diakhir senja.

***
Wanita setengah baya itu berjalan sedikit cepat sebelum masuk kamar, dia menggedor pintu "Keluar kalian dari kamar" Katanya dengan muka merah padam tersulut amarah. Mayang yang baru membereskan kamarnya seketika tubuhnya berjenggit setelah mendengarnya.
"Iya bi, ada apa?" Tanya Mayang ketakutan sembari memainkan jarinya dari belakang tubuh kecil itu.

"Dasar anak ga tau diri, kamu ambil makanan di meja kan ! itu makanan bukan buat kalian!" Bentaknya penuh amarah.
"Maaf bi, adik saya lapar" jelas Mayang yang merasa takut.

Sari yang masih berbaring di atas dipan mencoba mengintip dari sela selimut, ia gemetar ketakutan seperti halnya kakaknya.
"Sekarang kamu cuci semua baju kotor itu, ajak juga adik mu itu kesungai buat mandi, jangan pernah sekali-kali kamu berani mencuri lagi ya dirumah ini!!" Pungkas wanita itu kemudian meninggalkan mereka dalam ketakutan.
"Iya bi, maafkan Mayang" Ucap Mayang sembari menundukkan kepalanya menahan tangis. Kemudian membangunkan Sari untuk mengajaknya mandi dan mencuci baju.
Setelahnya hari sudah siang, terik matahari begitu menyilaukan membuat kulit mereka sedikit terbakar. Waktu perjalanan pulang, mereka harus melewati jalan tanah yang menanjak. Saat berjalan pulang itu, Mayang melihat Sari seperti kelelahan.
"Mbak Mayang, capek mbak" Ucap Sari sambil memegang kedua lututnya.

Sementara Mayang, membawa bakul anyaman bambu dengan isi penuh cucian itu juga merasakan sangat berat, tidak akan bisa jika membawa nya sambil menggendong Sari.
"Nduk tunggu sebentar disini ya, mbak taruh cucian diatas terus jemput nduk" Ucap Mayang.

"Takut mbak" Sahut Sari yang tak mau ditinggal sendirian.

"Ga papa, sebentar saja, jangan kemana-mana duduk disini tunggu mbak ya" Ujar Mayang menenangkan Sari.
Dia bergegas naik, tak menghiraukan bebatuan yang tak tersusun rapi di tanah pijakannya itu. Setelah meletakan bakul cucian itu, Mayang lalu kembali menuruni jalanan yang tak bersahabat itu untuk menjemput Sari.
Namun sesampainya di tempat Sari menunggu, adiknya sudah tak ada ditempat. Mayang kebingungan, mencoba mencari di balik semak ataupun pohon besar di sekitar.

"Sari...Sari...nduk dimana?" Teriak Mayang sembari membiak semak di sampingnya.
Penuh rasa panik dan khawatir, Mayang menyusuri ke bawah arah sungai tempat ia mencuci. Di panggilannya Sari satu kali, dua kali hingga yang terakhir, namun tak ada sahutan dari adiknya. kembali lagi Mayang berjalan naik, bahkan sampai beberapa kali naik turun sungai.
Mayang merasa lelah setelah kesana-kemari mencarinya. Namun nihil.

Tak terasa Mayang meneteskan air mata, berharap menemukan adiknya kembali.
"Nduk dimana" Tangis Mayang semakin terisik.

Memasrahkan diri dengan rasa sangat merasa bersalah meninggalkan adik nya sendirian.

****
Hingga menjelang sore datang seorang wanita tua yang mengantarkan Sari pada Mayang. Ia masih terduduk sembari menangis.

"Ini adik mu, tadi cuma bermain di sana" Kata wanita itu sembari menggandengnya.
"Nduk, kenapa ga tunggu mbak sih" Sahut Mayang langsung memeluk Sari yang sedang berdiri.

Mayang berdiri mengusap air matanya, hendak berterima kasih kepada wanita tua itu, "Terimakasih bu...", namun wanita itu sudah tak ada di tempatnya.
Mayang bingung saat matanya mencoba menyisiri hutan itu, " Kemana ibu tadi perginya" Batinnya.
Setiba di rumah, bukannya disambut gembira oleh Bibi, mereka kembali mendapatkan makian. Tiada hari tanpa ocehan sang bibi yang arogan itu. Ia kembali menyuruh Mayang pergi ke sawah untuk mengambil kayu bakar di sana.
Sementara letak sawah itu diseberang sungai, jika datang banjir bandang yang mengalir bukan hanya air bah, namun bebatuan yang seukuran kerbau pun ikut ber gelindingan. Belum lagi hutan tepian sawah yang menambah wingit. Hari sudah menunjukkan gelap akan tiba.
Dengan seribu keterpaksaan, Mayang langkahkan kaki kecilnya seorang diri, hanya menahan sedih juga rasa takut yang tak boleh terlihat oleh mata dunia.

Sejauh mata memandang hanya ada hamparan sungai di depannya. Tak ada jembatan, titian dari bambu pun sama.
Hanya hamparan bebatuan raksasa juga kerikil.
Kini Mayang sudah di seberang sungai dengan di sambut senja mulai menyembunyikan pesonanya.Serangga malam berteriak disisi hutan yang gelap menyeramkan itu. Setiba di pematang sawah, ia segera mengambil kayu bakar yang kemudian ia gendong.
Takut. Rasa itu tak terucap lagi. Hanya doa dan tangis yang menjadi dorongan kekuatan untuk meraba bumi nan gelap ini. Terdengar dentuman hantaman bebatuan yang menggulung bersama datang nya banjir bandang. Di saksikan kengerian itu dengan remang Purnama.
Hanya bingung dan isak nya semakin menjadi. Dari arah belakang terdengar auman harimau yang sangat keras.
"Gusti tinampi Mayang kanti welas asih"
(Tuhan terima Mayang dengan kasih sayang) Kalimat pasrah akan menghadapi kemelut kematian.
Mata ketegaran akan nanar menyaksikan maut, entah kapan sayap kematian menjemput. Persiapkan semua itu karena pasti akan hadir untuk kita semua yang bernyawa. Perbanyak bekal untuk menuju kehidupan yang sesungguh nya.
Berpasrah dengan keadaan itu tidak lah baik, namun hanya itu yang bisa dilakukan Mayang karena takut menyaksikan kengerian yang seakan maut mengelilingi.

***
Auman harimau terdengar keras dibelakangnya. Tubuh yang lemas tak berdaya tak sanggup lagi untuk menopang beban tubuhnya yang gemetar hebat. Meratap dalam tangis, membayangkan wajah ibunya adalah cara Mayang menutup luka hati.
"Berdiri nak, ikut kakek" Suara orang tua dengan caping di kepala itu berdiri dihadapannya. Ia menyambut uluran tangan kecil yang gemetaran. Kakek itu menyuruh Mayang untuk memejamkan mata, sembari memapah jalan.

"Buka mata mu nak" Suruh kakek itu.
Saat membuka matanya, ia sudah diseberang sungai dengan tidak menyaksikan apa yang sudah dilewati. Hanya serasa seperti jalan biasa dengan mata terpejam dengan beliau yang memapahnya.

"Kakek siapa, terimakasih sudah tolongin Mayang" Ucap Mayang.
"Sudah kamu pulang ya nak, jangan menoleh kebelakang" Kata kakek itu tanpa memberi tau siapa dirinya.
Masih tergambar jelas oleh Mayang. kakek bercaping itu memiliki wajah yang seakan mirip harimau dengan sumbing dibibir dan juga kumis seperti kucing. Matanya menyala warna kuning.
Apa kah dia harimau itu??
Langkah kecilnya yang terus berjalan menggendong kayu bakar menuju rumah, penuh dengan tanya siapa sejatinya yang menolongnya itu. Ingin melihat kebelakang untuk mengucapkan terimakasih namun teringat ucapannya jika tidak diijinkan menoleh kebelakang.

****
Setiba di rumah malam itu, ia meletakan kayu bakar di samping rumah dengan tumpukan kayu bakar lain nya. Membasuh tubuh kotor yang penuh keringat dengan sebuah rasa kesedihan yang kini muncul kembali.
"Kenapa bibi tega sama Mayang ya Allah, apa tidak layak kah Mayang mendapatkan sedikit bahagia" Dengan tangisnya sembari mengguyurkan air dingin itu untuk meredakan luka hati, juga mengusir lelah.

"Assalamuallaikum" Kata Mayang melewati pintu belakang.
"Sudah pulang kamu" Sahut wanita penunggu rumah itu dengan mulut yang penuh nasi.

Ia sedang makan malam dengan kedua anak nya, namun ada yang ganjil, Mayang tak dapati Sari adiknya ikut makan diantara mereka.
"Iya bi, Sari mana ya bi?" tanya Mayang.

Matanya melotot, mulut mengunyah lauk "Lihat di kamar nya sana" Bentak wanita itu sembari menunjuk ke arah kamar.
Mayang berjalan memasuki ruangan yang sekarang di depannya ada keluarga yang sedang menikmati makan malam dengan lauk yang melimpah ruah kecuali suami wanita itu. Mayang melirik dari sudut matanya melihat beberapa lauk itu, namun ia urungkan.
Dengan pelan Mayang membuka pintu kamar agar tidak menimbulkan suara. Di lihatnya Sari yang kini sudah terlelap tidur. Ia mendekati Sari memeluknya dari belakang, membelai rambutnya. Karena hanya itu yang bisa Mayang lakukan untuk memberi kasih sayang terhadap adiknya.
"Selamat tidur nduk, mbak juga lelah ingin segera istirahat" Ucapnya lirih.

Dalam tidurnya, dia dibangunkan oleh Sari yang terbangun karena lapar.

"Mbak...mbak Mayang... Sari laper" Ucap Sari dengan sedikit menggoyang tubuh Mayang.
Mayang dengan cepat membuka mata, melihat Sari sudah duduk di sampingnya, "Iya nduk, sama mbak juga lapar seharian tidak ada makan" Keluhnya.

"Makan mbak" Rengek Sari yang kini mulai menangis.
"Ga ada makanan nduk, mbak takut dimarahin bibi lagi kalau mencuri makanan. Sari bobo saja ya besok pagi baru makan" Ucap Mayang dengan berat karena meminta Sari untuk menahan laparnya.
Tapi melihat Sari yang menangis pun tidak tega. Dengan terpaksa Mayang mengambilkan sejumput nasi dengan tempe goreng juga air putih untuk mengganjal perutnya.
"Ya Allah, kalau Bibi marah karena Mayang mengambil makan ini, tolong jangan memarahi adik ku yang belum bisa menahan lapar nya" Doanya yang terselip memohon.
Melihat Sari yang selesai makan, membuat hatinya tenang. Namun Mayang yang menahan lapar kini hanya bisa memungut butiran nasi yang tercecer di antara piring dan di atas dipan.
Setelah terkumpul hanya sebesar kelingkingnya, ia makan untuk mengganjal perutnya yang lapar. Walaupun kurang namun Mayang tetap bersyukur.
"Gusti ingkang anggadahi piwelas, bilih gesang puniko pitedah ingkang dipun pangestoni, kanti lilah Lahir dumugi batin anglampahi kanti ikhlas"
(Tuhan yang maha penyayang, jika hidup ini merupakan garis yang Engkau restui, dengan lilah Lahir batin menjalani dengan ikhlas. )
Insan yang dengan sabar meniti jembatan ujian kehidupan, ia adalah insan yang terpilih menjadi penghuni surga Nya.
***

Sebuah Desa di kaki gunung Slamet pagi ini udara terasa sejuk, kabut tebal menghampar luas menutupi puncaknya. Bias surya masih belum hadir untuk menghangatkan tubuhnya yang harus terbangun karena demam yang dirasakan.
Samar Samar terdengar suara adzan berkumandang. Masih dengan kantuk yang memberatkan, Mayang perlahan meninggalkan Sari. Bersuci untuk menunaikan sholat subuh yang dulu selalu berdua dengan almarhumah ibu, kini Mayang seorang diri.
"Mayang... Mayang.." Teriakan seorang wanita terdengar.

Dia tertidur setelah beribadah, dengan cepat Mayang berlari menghampiri arah suara itu.
"Pemalas!! Paman siang ini pulang !! kamu sapu halaman!! sebelum paman tiba di rumah semua sudah bersih" Perintah Bibinya membentak.

Mayang mengangguk tanda setuju.
"Heh Mayang !! lepas dulu mukena mu itu..mau nyapu apa sholat!! Sudah siang pakai mukena!!" Bentaknya lagi.

"Iya bi..Mayang lupa" Sahut Mayang gemetar.

"Buruan!!" Teriaknya memekik membuat Mayang menciut.
Menyapu halaman dengan demam membuatnya tidak nyaman. Beberapa tetangga menyapa sembari berlalu pergi menuju kesibukan mereka masing-masing. Kicau burung dan kokokan ayam jantan meneriakkan pagi itu.
Ia buang jauh jauh rasa sakit yang ia derita, berharap akan membuatnya tenang untuk melakukan aktivitas paginya. Namun tiba tiba tangan Mayang memegangi kepalanya, badannya sempoyongan tapi ia masih bisa menahan untuk tidak terjatuh.
Pandangan mulai berkunang-kunang, setelahnya semua menjadi gelap.

Terdengar suara berisik seseorang laki-laki. Siang itu Mayang tersadar dari pingsan.
Ia mencoba berdiri dari tidurnya, yang kini mengendap-endap sembari membuka pintu kamarnya, seberkas cahaya sedikit menyilaukan mata Mayang. Dilihatnya Paman sedang memarahi istrinya.
"Mau bagaimana pun, mereka itu anak almarhumah dari kakakku, tidak selayaknya sampai pak mantri bilang dia kelaparan, kurang apa aku kerja untuk semua kecukupan mu!! sampai memberi makan keponakan ku saja kamu tidak mau!!" Bentak Paman kepada istrinya.
"Maaf mas, Mayang saja yang ga mau makan masakan ku" Sahut istrinya membela diri.

"Halah omong kosong !! anak seusia dia nasi pakai sayur juga bakal dimakan tidak kayak kamu, makan ga enak ga bisa makan!!'' bentaknya lagi membuat istrinya tak bergeming.
Mayang mendengar Pamannya yang murka kepada istrinya membuat merasa bersalah. Walau ia setega itu tetap bagaimana pun mayang harus berterimakasih sudah meberi tempat untuk Sari.

****
Sudah hampir tiga bulan kedua kakaknya belum juga pulang dari Kota. Sementara keadaan masih tetap sama. Hari ini Sari sakit demam badannya panas dan menggigil. Dua hari dengan kondisi yang semakin parah, Mayang hanya bisa berdoa, memohon kesembuhannya.
Malam itu Mayang membawa Sari pulang ke rumah sebelumnya. Menunggu Bibinya tertidur, setelahnya mereka pergi. Di baringkan Sari di dipan kamar ibunya.
Sari mengigau menyebut kakaknya, "Mbak Mayang.. mbak...", "Nduk... mbak disini... Sari cepet sembuh ya" Bisik Mayang ditelinga dingin Sari.
Melihat Sari yang semakin menggigil, Mayang kemudian mengambil selimut untuk menghangatkan Sari, namun selimut itu begitu tipis, Mayang merebahkan badannya memeluk dari belakang. Tak beberapa lama tubuh Sari mulai terhangat kan.
Mata terpejam dengan muka memucat membuat hati terasa sakit.
Dengan tergopoh-gopoh wanita itu berjalan sedikit lebih cepat, sebelum memaki ia mengetuk pintu. "Dok..dok..dokk", "Mayang !! kenapa kamu ini !! malah pergi dari rumah!!"
Mayang membalas dari dalam kamar ia merebahkan diri "Sari sakit, apa bibi peduli?? adik ku merintih apa bibi melihat nya??" Jelas Mayang yang kemudian membuka pintu dan melihat bibinya melotot" Kamu ini!!" seakan kaget mendengar ucapan Mayang yang berani menjawab seperti itu.
"Mayang kenapa bi, mayang hanya mau merawat Sari, bibi pulang saja" Pungkas Mayang kemudian, " BRAAAKK" pintu ditutup dengan sekuat tenaga.

Bibinya seketika berjenggit setelah suara pintu ditutup kemudian pergi.
"Tap..tap..tap" Mayang berlari menangis merangsek memeluk adiknya.

***
Pagi itu terlihat seseorang hendak menjenguk Sari, di tangannya seperti membawa nampan seukuran telapak tangannya. Ia sedang membawa bubur untuk Sari. Mbok Tinah menyuapi Sari dengan tangan keriputnya, berharap Sari lekas membaik.
"Oalah nduk, kok begini nasib mu, kalau jenat ibu mu masih ada kalian pasti terurus" Ucap Mbok Tinah meneteskan air matanya.

"Mbok, bisa minta tolong jagain adik saya sampai saya pulang nanti" Mayang meminta tolong kepada Mbok Tinah.
"Kamu mau kemana??" Sahutnya.

"Nyusul mas ke kota mbok, biar nduk Sari bisa dibawa berobat" Ucapnya.

"Oh yo nduk, simbok tungguin adik mu, hati-hati kamu ke Kota ya" Pungkasnya.
Mayang mengangguk, kemudian bersiap.

Percakapan dengan mengutarakan ke simbok yang hampir mulai pikun itu, sementara jarak ke kota pun Mayang tidak pernah tau seberapa jauh nya.
Demi menemukan kedua kakaknya untuk membawa mereka pulang. Sementara di kota mereka bekerja pun tidak tau. Hanya mencari harapan untuk kesembuhan Sari.
Di sepertiga malam Mayang memulai beranjak dari rumah, hanya berbekal obor bambu untuk penerangan jalan, ia memulai menuruni kaki gunung Slamet. Menembus dingin yang berkabut, perasaan takut sudah di pendam bersama tekad untuk menemukan saudaranya.
Lebatnya hutan menjadi saksi perjalanan, menyusuri keangkeran tanpa menoleh kemana pun hanya tertuju pada jalan didepan. Suara setan yang mengganggu menjadi tepukan semangat untuk terus melangkah.
Dengkuran babi hutan terdengar dibalik belukar, tangan-tangan jin yang seakan meraihnya terus bermunculan. Hingga telinga kecilnya mendengar geraman harimau dari belakang.
Terselip doa dalam benaknya "Ya Allah gusti, paringi keselametan"

Doa lah yang terus terucap sampai ia berhenti melangkah. Tepat didepannya seekor harimau loreng menghadang.

***
Selalu terbesit sebuah kesedihan dalam hati ketika menyaksikan sebuah ketidak adilan yang dibuat oleh kehidupan, iba adalah salah satu dorongan setitik iman yang dimiliki manusia. Miliki rasa kepedulian dengan sesama maka akan menuai ujung keberkahan.
Malam gelap ini meniti kesunyian diperjalanan yang menakutkan, gangguan misteri kaki gunung Slamet yang sangat angker tetap ditempuh demi tujuan. Mencari harap.

***
Dengan pelan Mayang melangkahkan mundur agar tidak terlihat oleh hewan buas itu. Setelah menemukan jalur lain kini Mayang berlari menuruni dengan ketakutan.

Setiba disebuah persawahan warga, Mayang mengistirahatkan badannya untuk mengatur nafas, meredam lelah.
Kembali geraman harimau terdengar, sampai hewan loreng itu melintas di sisiran sungai dan semakin mendekat.

"Ya Allah gusti" Teriak batinnya ketakutan.
Mayang berlari sekencang kencangnya mengikuti pematangan sawah, setelahnya kini di hadapannya hamparan sungai dengan arus deras. Sangat mustahil jika harus terjun ke sana. Tetap harus melangkah atau mati dimakan hewan buas itu.
Mayang berlari lagi mendekati jembatan yang ia temukan, dengan obor yang kini sudah hilang jatuh entah dimana. Hanya mengandalkan tekad, kakinya terus berlari, terjatuh dan terbangun lagi mencari keselamatan.
Agak serasa lega dari kejauhan jembatan gantung bambu itu sudah terlihat. Tiba-tiba ia mendengar teriakan yang memekik telinga.

"Aaaaaaaaaaaaaa" Seperti teriakan seorang bocah membuat malam semakin menakutkan.
Segerombolan orang sekitar lima orang ada di atas jembatan itu. Mayang mengendap-endap bersembunyi di balik semak, terlihat dengan jelas mereka sedang menyembelih seorang bocah, kepala nya dibungkus dengan daun talas lalu dimasukan di sebuah karung.
Sementara tubuh nya dibuang ke sungai.

Mayang yang melihat itu tak kuasa menahan rasa takutnya, dengan nafas yang sangat sesak, tidak mampu menahan tiba-tiba ia berteriak.
"Tolong.... tolong"

Dua dari lima orang itu berlari mengejar Mayang yang masih ketakutan. Sesampainya, bibir tersungging mengerikan.
"Pucuk dicinta ulampun tiba..hahaha" Kata orang itu.

"Tidak perlu susah-susah culik bocah, dia datang sendiri.. hahaha" Imbuh laki-laki satu nya

"Betul makin sukses kita menumbalkan banyak bocah kang" Katanya.
"Seret anak ini !! sembelih" Pungkasnya.
Mayang tertunduk memejamkan matanya tak berani melihat, tiba-tiba terdengar lagi geraman harimau dari belakang. Saat setelah mereka melangkahkan kakinya ke depan, harimau itu mengaum dengan ganasnya. Membuat orang-orang itu berlari terbirit-birit berteriak ketakutan.

****
Keesokan hari nya Mayang ditemukan salah seorang warga dan kemudian di bawa. Setelahnya Mayang terbangun sudah berada di rumah warga desa seberang sungai, terbangun di atas dipan dengan di penuhi warga yang penasaran.
"Saya dimana??" Ucap Mayang.

"Dirumah bapak nduk, bapak jumpai kamu pingsan didekat jembatan pagi tadi" Jelas Pak Tohari salah satu warga yang menemukan Mayang.
Singkat cerita
Kabar ditemukan nya Mayang oleh warga sampai ke telinga keluarga Pamannya. Yang akhir nya mereka mendatangi dan menjemput untuk dibawa pulang. Semenjak kejadian itu kedua kakaknya memilih tinggal di rumah dan bekerja dengan paman untuk menjaga mereka berdua.
Mayang yang terlahir di kala fajar menyingsing. Dengan keistimewaan penjagaan ghaib dari leluhur yang menjelma sebagai harimau loreng disebut Julung Kembang.
Tuhan memberi jalan terjal menanjak penuh liku hanya untuk menguji kemampuan manusia untuk menapaki nya, demi menggapai puncak ujian yang berujung keberhasilan kehidupan.

***
Diujung kisah sedih nya, Mayang dan Sari akhirnya tinggal dengan nenek saat kakak-kakak nya sibuk bekerja dengan paman nya. Ketika dewasa Mayang menemukan jodoh nya dikota pemalang saat bekerja.
Dengan seorang bangsawan masih berdarah biru dari Pekalongan, Mayang menyulam kebahagiaan dimasa nya hingga saat ini. Masa itu adalah kenangan yang sudah berakhir.
Tidak heran jika terkadang penjelamaan harimau loreng masih sering terlihat oleh beliau saat dalam kesedihan.

Dengan rasa sabar semua perlakuan bibinya sudah termaafkan, karena hanya dengan kebesaran hati, keluarga itu dapat saling menyayangi.
Demikian kisah dari Mayang Pithaloka.

Saya iphend alzikra dan Team Pena Hitam. Pamit.

Wassallam

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with kalong

kalong Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @cerita_setann

Apr 25
Sebuah kisah tentang ISTRI yang melakukan pernikahan gaib dengan IBLIS demi KETURUNAN !!!

A Thread Horror
"SANG PENGANTIN IBLIS"

#bacahorror @asupanhororrr @IDN_Horor @bacahorror #pengantiniblis Image
September 1999

"Srekkk ... Srekkk ... Srekkk...."

Malam itu, suara langkah Kinanti terdengar mantap ketika menapaki jalanan tanah kering. Wajahnya terlihat datar, matanya menyorot penuh keberanian.
Ia terus saja berjalan menyusuri jalanan, sebelum akhirnya menghentikan langkahnya tepat di depan pintu sebuah rumah tak berpenghuni.

Hening dan gelap suasana di dalam rumah itu, membuat kesan seram begitu terasa. Namun hal itu tak membuat tekadnya goyah.
Read 53 tweets
Mar 11
-WARISAN PENARI-
"SAMPUR & KAWATURIH"

Jujur, banyak sekali DM yang masuk dan pembahasannya menarik semua. Mulai dari Gagar Mayang, Sampur / selendang, dan Kawaturih.

Tapi malam ini kita akan sedikit membahas tentang kengerian warisan sampur & kawaturih.

a thread

#bacahorror


Image
Image
Image
Image
Nah disini saya mau cerita sedikit tentang profesi seorang penari tradisional. Bisa di bilang seperti penari ronggeng atau semacamnya. Di cerita ini si ibu yang sudah terjun bertahun-tahun menjadi penari harus mengalami kengerian.
Di mana, yang seharunya itu di wariskan kepada anaknya, tapi si ibu ini memilih untuk tidak. Kenapa? Karena beliau tahu bagaimana rasanya dan kengeriannya ketika di ambang kematiannya. Beliau tidak mau anaknya akan bernasib sama.
Read 42 tweets
Mar 6
-POCONG CULI-

Sekitaran Demangan - Gejayan

"Tok...tok...tok...." pas di buka pintunya, ada pocong ngomong "...Culi"

a thread

#bacahorror #asupanhorror @asupanhororrr @IDN_Horor @merapi_uncover Image
Bagi teman-teman yang sudah lama tinggal di jogja, khususnya di daerah Demangan, pasti gak asing sama cerita pocong culi.

Menurut beberapa sumber, dulu di tahun 2000an, masyarakat sekitar Demangan di gegerkan sama teror pocong culi.
Ngerinya, pocong culi ini meneror warga sekitar dengan mengetuk pintu dan berteriak “culi...culi...” yang di artikan kalau pocong itu meminta untuk di lepaskan tali pocongnya.
Read 70 tweets
Mar 5
-BEGAL PESUGIHAN JALAN WATES-

Jalanan lurus, ngebut, kecelakaan = minimal rumah sakit dan maksimal kuburan

a thread

#bacahorror @gudangmistery @IDN_Horor Image
Banyak perbincangan tentang jalan propinsi jogja-wates yang terkenal dengan pemasangan BEGAL PESUGIHAN.

Jalanan lurus, ngebut, kecelakaan = minimal rumah sakit dan maksimal kuburan.
Di Kilometer berapa pemasangan pesugihannya, saya juga kurang tau, hanya saja, sepanjang jalan itu sering banget terjadinya kecelakaan. Bahkan kalo pas apes, kadang melihat beberapa kali korban sudah tergeletak di pinggir jalan atau di bawah kolong truk.
Read 22 tweets
Feb 12
THE REAL "SANTET LORO JIWO"

“Lanang menang milih, wedok menang nolak.”

A Thread

#bacahorror @gudangmistery @IDN_Horor Image
Sumatera 2018

Namaku Anis. Aku tinggal di Sumatera. Kejadian ini aku alami setelah menikah. tapi jauh sebelum itu, ketika masih sekolah, ada lelaki yang pernah suka sama aku. Namanya sebut ajaa Bowo.
Awal mula kita deket ketika ibuku jatuh sakit karena kecelakaan. Dikarenakan jarak sekolahan dgn rumahku jauh, aku gak bisa pulang buat jenguk ibuku. Dari sinilah aku meminta tolong Bowo untuk datang ke rumahku untuk melihat kondisi ibuku. Itu dikarenakan rumah kita memang dekat.
Read 58 tweets
Feb 7
“Ya beginilah, niatnya mondok mau cari ilmu agama, malah nemu hal munkar yg udah lama tersembunyi di pesantren. ((Bukan tempatnya)) Tapi ada penghuni di dalam tempat tersebut yg pernah ngelakuin hal biadab dan berusaha ia sembunyikan.”

a thread

#bacahorror Image
“Namanya Marlina. Dia salah satu santriwati di pondok pesantren ini. Dulu ketika mondok, dia menjadi korban bully karena bisu. Hal itu membuat Marlina ini mentalnya down. Sampai suatu ketika, karena kekurangannya itu,
ada salah satu oknum yg jg pengurus pondok sekaligus pemuka agama, melakukan tindakan munkar dan tak bermoral kepada Marlina. Marlina di lecehkan di salah satu ruangan pondok, sesaat setelah di suruh untuk mengembalikan buku hafalan.
Read 64 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(