Malam.

Langsung saja. Apakah realistis kita akan bebas Covid-19 pada hari kemerdekaan nanti?

Tak mudah menjawabnya. Karena penyakit cacar saja butuh 200 tahun untuk dibasmi. Tapi, kalau arti bebas Covid-19 yang dimaksud adalah kasusnya jadi terkendali, nah itu masih mungkin.
Sebagai catatan, cacar itu sudah resmi dinyatakan hilang oleh WHO pada 1980, dan jadi satu-satunya penyakit dalam sejarah yang berhasil diberantas tuntas. Alhamdulillah.
Lalu, bagaimana vaksin Covid-19 untuk eradikasi? Tentu signifikan.

Tapi, jika kita mau belajar dari cacar, maka tetap saja butuh waktu.

Ya kalau prediksinya Agustus bisa bebas, artinya kita tidak mengandalkan vaksin yang harus menyasar 70 persen penduduk Indonesia.
Kan Menteri Budi Sadikin sendiri yang mengatakan target penyuntikan vaksinasi seluruh Indonesia itu sebanyak 181 juta orang.

Target tersebut direncanakan bakal selesai dalam kurun waktu 364 hari. Koreksi jika saya salah.
Selain cacar, kita juga bisa belajar dari Hepatitis B di Amerika yang sudah mulai vaksinasinya pada 1991. Itu pun belum hilang dari muka bumi.

Padahal, penyakitnya jelas, vaksinnya juga jelas dan dianggap efektif. Namun, kalau bicara fakta ya tetap saja butuh waktu panjang.
Target Pak Doni menurut saya ambisius dan optimistis. Tapi ya bagus dan penting juga, sehingga akan menggerakkan semua sumber daya.

Dus, jika target tak terpenuhi, yang saya bayangkan adalah penurunan yang luar biasa angka Covid-19 di Indonesia. Bismillah.
Kenapa bisa begitu?

Karena, untuk mengejar target itu, artinya kita semua harus kerja keras. Tidak bisa lagi business as usual. Saya salut dengan Pak Doni yang punya semangat luar biasa ini. Kita semua harus mendukung.
Namun, sekali lagi, untuk membuat Covid-19 hilang dari bumi Indonesia dalam waktu 6 bulan, ya tidak mudah.

Yang saya sampaikan tadi ya sesuai fakta sejarah dan tidak bermaksud pesimistis. Bagaimanapun, saya tetap mendukung upaya-upaya eradikasi.
Saya kira, sambil mengejar target itu, kita sama-sama coba membatasi penyebaran Covid-19 sekuat mungkin dan mengambil langkah-langkah taktis yang memungkinkan kesehatan masyarakat terjaga tapi kegiatan ekonomi tetap berjalan. Saya yakin bisa.
Terakhir, kita harus sering-sering melihat situasi riil di lapangan, dengan tujuan melindungi populasi yang rentan.

Misalnya, kondisi di dalam transportasi umum ke tempat kerja yang padat sekali. Tiap hari. Seperti kereta dan bus. Ini harus diawasi.

Terima kasih.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Prof. Zubairi Djoerban

Prof. Zubairi Djoerban Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @ProfesorZubairi

14 Feb
Pagi.

Saya coba rangkum kerumunan pertanyaan di DM tentang orang dengan lupus (odapus) dan Covid-19.

Seperti pertanyaan: apakah vaksin Covid-19 aman untuk ibu hamil atau anak-anak dengan lupus atau apakah obat lupus akan memengaruhi cara kerja vaksin?

Berikut jawaban saya:
Apakah obat lupus akan memengaruhi cara kerja vaksin?

Umumnya obat lupus tidak akan berpengaruh. Dalam beberapa kasus, terutama yang menggunakan obat imunosupresan yang kuat, dokter akan memberi instruksi khusus.

Imunosupresan itu obat-obatan yang bisa melemahkan imun tubuh.
Apakah odapus termasuk kelompok yang ikut dalam uji klinis vaksin sehingga dikatakan aman dan efektif untuk menerimanya?

Yang saya tahu odapus tidak dilibatkan dalam uji klinis vaksin. Tapi, tidak ada bukti bahwa vaksin akan menghasilkan flare (gejala memburuk) pada odapus.
Read 13 tweets
7 Feb
Indonesia harus menunggu 10 tahun lebih untuk bebas dari pandemi Covid-19. Hal itu terungkap berdasarkan kecepatan vaksinasi yang dianalisis dari database Bloomberg.

Apakah benar begitu?
Analisis itu bisa keliru bisa benar. Kenapa? Amerika Serikat saja belum bebas dari influenza meski vaksinnya sudah lama ditemukan. Fakta lain, influenza memakan korban jiwa puluhan ribu orang tiap tahunnya di sana. Notabene mereka adalah negara yang disebut maju dan kaya.
Yang kedua, mari kita bicara penyakit HIV/AIDS. Apakah negara maju mampu mengatasinya? Tidak juga. Sejak kasus pertama dilaporkan pada 1981, belum juga teratasi sampai sekarang. Padahal, umur penyakitnya kan sudah 40 tahun dan masih saja banyak kasusnya.
Read 5 tweets
6 Feb
Apa yang terjadi di India menarik. September silam, mereka mengonfirmasi hampir 100 ribu kasus Covid-19 per hari. Hampir menyalip Amerika.

Tapi, pada 26 Januari 2021, kasus harian turun jadi 9100 kasus. Rekor terendah. Saat ini rata-rata kasus di sana mencapai 11 ribu kasus.
Kok bisa? Apa karena India melakukan testing lebih sedikit sehingga kasus Covid-nya berkurang? Tidak juga.

Bahkan, ada laporan yang menyebutkan kalau kesibukan ICU rumah sakit di sana telah menyusut. Intinya semua indikator menjadi berkurang dan ini masih misteri.
Ilmuwan penasaran. Mereka pun cari tahu kenapa kasus di India menurun dramatis--justru sebelum vaksinasi dimulai.

Ada yang bilang, India berhasil karena tingkatkan testing, sehingga orang ke rumah sakit lebih awal--yang juga membuat angka kematian turun.
Read 11 tweets
5 Feb
Selamat malam.

Saya mau coba jawab pertanyaan beberapa orang, termasuk jurnalis. Garis besar pertanyaannya masih sama: Apakah vaksinasi, notabene programnya sedang berjalan di Indonesia, bisa mengakhiri pandemi Covid-19?
Skenarionya itu begini. Dengan vaksin, dunia itu bisa mengubah Covid-19 menjadi penyakit yang mirip flu musiman. Ya, virus korona mungkin masih ada dan menginfeksi orang. Tapi vaksin dapat membuat Covid-19 tak lagi menyebabkan rumah sakit penuh dan kewalahan.
Saya optimistis itu terjadi. Kenapa? Dari sejarahnya kan vaksin sudah terbukti.

Nah, yang jadi diskursus harusnya bukan melulu vaksin membentuk herd immunity. Itu belakangan. Yang krusial ialah vaksin mencegah orang tidak sakit parah hingga butuh perawatan di rumah sakit.
Read 8 tweets
4 Feb
Sebenarnya isu ini sudah agak lama. Yaitu tentang penyintas Covid-19 yang masih mengeluhkan sejumlah gejala--yang dikenal sebagai Long Covid. Beberapa penyintas yang mengalami ini mengirim DM kepada saya.

Untuk merangkum pertanyaan mereka, ini penjelasan saya soal Long Covid:
Kita coba rekap dulu data kasus Covid-19 di dunia. Total jenderal, ada sebanyak 103 juta kasus, di mana 53,3 juta di antaranya sembuh dan mengakibatkan 2,24 juta orang meninggal. Angka ini terus meningkat, termasuk di Indonesia, yang tercatat sudah ada 1,1 juta kasus.
Dari data, dapat terlihat bahwa spektrum klinis infeksi Covid-19 ini memang amat luas. Meliputi infeksi asimtomatik, demam, kelelahan, mialgia, penyakit saluran pernapasan atas ringan, pneumonia dan lain-lain.
Read 16 tweets
3 Feb
Selamat siang.

Sebenarnya apa langkah yang harus dilakukan ketika Anda mengalami reaksi alergi setelah disuntik vaksin Covid-19?

Banyak pertanyaan soal ini dan saya anggap juga amat penting. Saya akan coba jawab. Semoga bermanfaat. Berikut uraiannya:
Pertama-tama, jika Anda mengalami reaksi alergi kategori parah usai divaksin, maka, segera dapatkan perawatan medis. Segera. Jangan ditunda-tunda.
Apa definisi seseorang mengalami reaksi alergi parah?

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat atau CDC punya batasannya. Yaitu jika seseorang memerlukan pengobatan dengan Epinephrine atau harus dibawa ke rumah sakit. Itu kategori alergi parah menurut CDC.
Read 13 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Too expensive? Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal Become our Patreon

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!