Lagi-lagi perempuan seolah-olah harus memilih BEKERJA atau KELUARGA.
Padahal tak sedikit yang ingin melakukannya secara bersamaan, bekerja sembari menumbuhkan keluarga, namun kultur / sistem dari perusahaan tidak berpihak untuk mendukung perempuan.
Setelah cuti melahirkan, sy pribadi ingin terus kembali bekerja dan pasti juga banyak perempuan yang demikian. Byk yg perlu kami usahakan agar kami kembali bekerja. Tapi apakah perusahaan MENDUKUNG para Ibu untuk kembali bekerja?
💫 ASI > adakah ruang laktasi di kantor (con't)
💫 Menitipkan anak > adakah daycare dekat dengan kantor / malah di kantor? baru sedikit perusahaan yang saya lihat memiliki daycare di kantornya. ATAU bolehkah membawa anak ke kantor?
Tak jarang dpt slentingan "salah sendiri pny anak, kan jd susah kerja, bikin repot orang lain"
Mengutip percakapan dengan @wahadaapa. Sistem yang ada saat ini tidak mendukung IBU BERKARIR. Gimana bisa kalo?
1) opsi support system ga byk dan susah 2) sistem perusahaan ga inklusif ke ibu2 jadi kt yg harus ngikutin 3) beban moral mengurus anak masih jauh lebih berat ke ibu
Gimana akhirnya ga banyak perempuan yang akhirnya memilih resign sebelum dan sesudah melahirkan?
Saat aku kembali bekerja, banyak yang aku negosiasikan ke boss aku kala itu. Apakah saya bisa membantu pembentukan kultur perusahaan menjadi family-friendly culture? Apakah perusahaan bs flexible in schedule?
Dibutuhkan sekali kultur yang mengizinkan IBU atau BAPAK untuk mengintegrasi kehidupan personal dan juga professional. Ga perlu bohong2 kalo mau anterin anak ke dokter / anter ke sekolah. Sejauh bisa mempertanggungjawabkan pekerjaan / KPI tercapai.
Bisa ga perusahaan open with that possibility? Treat as an adult. Tentunya dibutuhkan komitmen, keterbukaan, dan kepercayaan.
Jadi kalo melihat perempuan akhirnya resign setelah maternity leave, coba liat sistem dan kultur yang ada. Sudahkah memihak IBU bekerja?
"Dapet gaji 3 bulan, pake buat vaksin yang mahal-mahal dulu baru resign" ...
kok gimana ya... seolah-olah sedang mencuri uang perusahaan. Sedih sih 😭
Beneran deh buat perusahaan, daripada iming-iming ada PS, dekor kantor ala pinterest, coba untuk kasih iming2 :
- kultur ramah untuk yang berkeluarga (family friendly)
- flexible schedules
- life balance (i dont believe work life balance, karena work ya juga lyfe)
dan.... saya menulis semua thread di atas sembari pumping untuk mengumpulkan ASIP untuk bayi 2 bulan saya sehingga saat saya bekerja ia mendapat ASI yang cukup.
Cuti lahiran 3 bulan juga bukan seneng-seneng nikmatin gaji. Ini lagi membangun pondasi anak, mengembalikan kesehatan fisik dan mental sang Ibu, gitu...
kalau perusahaan menerapkan flexible schedule bisa ada jalan tengah yang berbeda.
Aku pernah di posisi ini, aku lantas bilang ke atasan kalo aku izin dan akan berusaha mengganti jam kerja di waktu lain dan juga kasih info status pekerjaan yang dipegang
Curhat lainnya
Aku juga ngerasain ini, pengennya ga pake baby sitter tapi di daycare, hanya saja daycare cuma sampai jam 5 sementara kantor sering lembur.
Kalo pulang 'tenggo' ada juga omongan 'kurang bekerja keras' 🥲
Bacanya hati ikut cenat cenut karena kebayang banget
Mencegah Kekerasan Seksual Pada Anak - sebuah thread
Zaman udah makin gila dan bisa sangat terjadi di sekeliling kita. Pencegahan yang utama bisa dilakukan : membuat anak-anak kita berdaya.
Aku ingat pernah dapat ini dari page mba @NajelaaShihab, semoga bermanfaat juga.
1. Biasakan untuk mengikuti kata "tidak" atau "stop" yang muncul dari anak. Misal saat kita kelitikin atau ga mau dicium. Kalo ia bilang stop, then stop.
Di sini anak sedang belajar mengendalikan dan merasakan kenyamanan tubuhnya sendiri. Kita perlu menghargai.
Reaksi ortu menentukan otoritas tubuh anak. Jangan malah nerusin atau bilang "dikiiiiit aja" atau "masak ga mau diciumm sih?"
Bayangkan kalo kalimat itu keluar dari orang lain. 🤯